Masuk Daftar
My Getplus

Di Balik Lagu “Maria”

Yok Koeswoyo seniman yang peka dalam berkarya. Termasuk ketika ditinggal mati istrinya.

Oleh: Petrik Matanasi | 15 Agt 2023
Yok Koeswoyo sedang menyanyikan lagu "Maria" yang diciptakan untuk mengabadikan mendiang istrinya (tangkapan layar Youtube)

“Maria...Maria...Oooh..Mariaa...” syair lagu tersebut terus mengalun dari mulut pria kurus berambut putih itu. Kendati senyum kerap tersungging di bibirnya, matanya tak mampu menyembunyikan rasa sedih dan kehilangan dalam dirinya.

Begitulah penampilan Yok Koeswoyo, yang tenar di masa lalu bersama Koes Plus, ketika melantunkan tembang berjudul “Maria” dalam acara “Yok Koeswoyo Beraksi” di THR Sriwedari, Solo, 21 November 2011. Amat menghayati. Kendati nyaris 40 tahun usianya, lagu ciptaan Yok itu tetap memancar sebagai “wakil” kepedihan dalam penggalan perjalanan hidupnya.

Perjalanan lagu “Maria” itu bermula dari “Kota Hujan”. Setelah singgah makan bersama di Restoran Situ Lebak Wangi, Bogor, dua keluarga kecil itu naik mobil Fiat 125S untuk pulang ke Jakarta. Ketika melewati daerah Parung pada Kamis sore, 28 Desember 1973, Fiat itu disalip sebuah mobil Mini Cooper. Namun beberapa puluh meter di depan, Mini Cooper bertabrakan dengan sebuah truk Isuzu yang melaju ke arah Bogor. Truk buatan Jepang itu lalu hilang kendali hingga menabrak Fiat yang melaju ke arah Jakarta tadi.

Advertising
Advertising

Mini Cooper ringsek. Supirnya luka berat sementara penumpang lain meninggal di tempat. Sementara, Fiat tadi masuk selokan dan remuk. Menurut laporan Vista edisi 189 tahun 1974, supir dan penumpang di kursi depan selamat karena memiringkan tubuh ke kiri. Penumpang yang duduk di kanan belakang Fiat malang itu terluka parah dan akhirnya tak tertolong. Dua korban di depan sempat hilang kesadaran tapi akhirnya selamat. Hanya penumpang di kiri belakang yang masih sadar ketika kecelakaan terjadi.

Penumpang yang masih sadar itu adalah Koesroyo Koeswoyo alias Yok Koeswoyo. Dua penumpang di depan adalah Yon Koeswoyo dan istrinya. Penumpang yang meninggal adalah Sonya Maria Tulaar,  istri Yok.

Yok dan Maria kenal sejak 1960-an. Maria dikenal Yok ketika Yok masih main bass dan bernyanyi untuk band Koes Bersaudara. Maria saat itu merupakan pramugari Garuda Indonesia.

Sebelum 1968, Koes Bersaudara sering manggung di Pirus Room, Bandara Kemayoran, Jakarta. Tempat itu pula yang jadi titik Maria memulai atau mengakhiri tugasnya sebagai pramugari. Saat belum kenal dekat, Maria pernah mengantar Yok yang mabuk untuk pulang. Namun Yok dan Maria menjadi lebih dekat ketika Koes Bersaudara manggung di Manado. Kedekatan itu berlanjut menjadi keluarga pada 6 April 1968 ketika Yok dan Sonya resmi jadi suami-istri.

Sonya yang punya penghasilan tentu membuat keluarga yang dipimpin Yok aman ketika Koes Bersaudara tidak mendapat panggung dan tak punya uang. Maklum, kala itu penjualan album belum bisa dijadikan pilar untuk ekonomi keluarga.

“Yok masih beruntung, istrinya seorang pramugari Garuda,” aku Yon Koeswoyo dalam Panggung Kehidupan Yon Koeswoyo.

Namun biduk rumah-tangga Yok-Maria bukanlah model keluarga yang urusannya melulu ekonomi. Rumah-tangga mereka berwarna. Maria juga senang musik. Ia bahkan pernah menyumbangkan sebuah lagu untuk Koes Plus yang sering diperdengarkan, lagu berbahasa Inggris dengan judul “Why Do You Love Me”. Maria membuat liriknya dan Yok yang membuat musiknya. Lagu itu biasa dinyanyikan Yon Koeswoyo. Maria sendiri kemudian dijadikan sebuah lagu Koes Plus di album Koes Plus Volume 5 (1972) dengan judul "Sonya". Yok sendiri yang menyanyikan lagu ini.

Sebagai pramugari, Maria tentu bepergian ke mana-mana sesuai tugas yang diterimanya. Termasuk ke luar negeri mengantar jamaah haji. Lantaran mengantar jamaah haji mengharuskan pulang-pergi Jakarta-Jeddah secara maraton selama musim haji, Maria jadi hanya punya waktu sebentar di Jakarta.

Pada Desember 1973, Maria yang baru pulang mengantar jamaah haji mengajak Yok, Yon dan istrinya makan bersama di Bogor. Makan bersama itu semacam perpisahan sementara, sebab rencananya Maria akan berangkat lagi mengatar jamaah haji. Namun, Tuhan berkehendak lain. Perpisahan sementara itu menjadi perpisahan selamanya. Maria pergi selamanya pada usia 28 tahun –Yok sendiri menjadi duda di usia 30 tahun– meninggalkan Yok, Louise Herning Hapsari, dan Rangga Pandji Koeswoyo sang anak.

Kepergian Maria membuat Yok sedih dan amat kehilangan. Kehilangan itu mendorong Yok merangkai nada untuk mengenang mendiang istrinya yang baik itu. Hasilnya, lagu berjudul “Maria” muncul dalam album Koes Plus Volume 11. Lagu mendayu-dayu ini juga menjadi lagu Koes Plus yang –mencapai masa kejayaan pada 1970-an dengan ratusan lagu hits–  cukup populer.

Apik lakune. Sonya apik lakune,” kenang Yok.

TAG

sejarah musik band musik

ARTIKEL TERKAIT

PlayStation dan Nostalgia Mainan Anak-anak 1990-an Dakocan dari Boneka ke Lagu Anak-anak Ria Jenaka, Panakawan, dan Pesan-pesan Pemerintah Orde Baru Kembali ke Sunda Kelapa Kuntilanak dan Pontianak Nostalgia Si Unyil, Hiburan Anak-anak di Zaman Orde Baru Anak-anak Nonton Film di Zaman Kolonial Belanda Di Balik Layar Anna and the King Papa T. Bob dan Lagu Anak Sekolah di Sabang