Masuk Daftar
My Getplus

Dua Sisi Ahn Jung-geun dalam Film Harbin

Ahn Jung-geun dipandang sebagai pahlawan oleh masyarakat Korea dan Cina karena membunuh Perdana Menteri Jepang Ito Hirobumi. Namun, bagi orang Jepang, aksinya merupakan tindakan terorisme yang pantas diganjar hukuman mati.

Oleh: Amanda Rachmadita | 04 Jan 2025
Poster film Harbin yang dibintangi aktor terkenal Korea Selatan Hyun-bin. Film tentang perjuangan rakyat Korea melawan pendudukan Jepang ini telah tayang di bioskop Indonesia sejak 1 Januari 2025. (Naver/Wikimedia Commons).

PERLAWANAN terhadap pendudukan Jepang tak hanya menewaskan banyak rekan seperjuangan Ahn Jung-geun (Hyun-bin), aktivis gerakan kemerdekaan Korea di awal abad ke-20, tetapi juga membuatnya menjadi buronan paling dicari. Di tengah melarikan diri dari kejaran pasukan Jepang, Ahn justru dicurigai sebagai mata-mata musuh oleh aktivis gerakan kemerdekaan Korea lainnya.

Rasa bersalah atas kematian rekan-rekan seperjuangan membuat Ahn bertekad untuk membunuh Perdana Menteri Jepang Ito Hirobumi (Lily Franky). Kesempatan itu muncul ketika Ahn mendapat kabar bahwa Ito akan bertemu pejabat tinggi Rusia untuk membahas nasib Korea di stasiun kereta api Harbin pada 26 Oktober 1909. Ahn bersama rekan-rekan seperjuangan, yakni Woo Duk-soon (Park Jeong-min), Kim Sang-hyun (Jo Woo-jin), Lee Chang-sup (Lee Dong-wook), Ms. Gong (Jeon Yeo-bin), dan Choi Jae-hyung (Yoo Jae-Myung), menyusun rencana untuk menjalankan misinya.

Kisah di atas merupakan sinopsis film Harbin garapan sutradara Woo Min-ho, yang sebelumnya dikenal melalui film The Drug King (2018), The Spies (2012), dan Man of Vendetta (2010). Film berdurasi 114 menit itu menjadi salah satu film Korea Selatan pertama yang naik layar di bioskop Indonesia pada awal tahun 2025.

Advertising
Advertising

Ahn Jung-geun menjadi tokoh sentral dalam film Harbin yang didasarkan pada kisah nyata. Kesuksesan Ahn membunuh Ito membuat namanya dikenal luas, tak hanya di Korea Selatan maupun Utara, tetapi juga di Jepang dan Cina.

Baca juga: 

Exhuma dan Sisi Lain Pendudukan Jepang di Korea

Bagi orang Korea dan Cina, Ahn Jung-geun dianggap pahlawan karena membunuh Ito Hirobumi yang dipandang sebagai monster jahat. Namun, di mata orang Jepang, apa yang dilakukan Ahn tak lebih dari aksi terorisme. Sebab, bagi masyarakat Negeri Sakura, Ito berperan besar dalam Restorasi Meiji yang berujung pada modernisasi Jepang. Atas dasar ini, pembunuhan Ito dianggap kejahatan tingkat tinggi.

Pandangan berbeda mengenai tindakan Ahn Jung-geun merupakan dampak penjajahan Jepang di negara-negara Asia Timur. Perang Cina-Jepang I (1894-1895) dan Perang Rusia-Jepang (1904-1905) yang berujung pada kemenangan Negeri Matahari Terbit, menguatkan tekad Jepang untuk memimpin Asia dalam melawan kekuatan Barat. Atas dasar ini, negara yang dipimpin Mutsuhito atau Kaisar Meiji itu semakin terdorong untuk menyebarkan pengaruhnya ke berbagai wilayah, termasuk aneksasi semenanjung Korea.

Pendudukan Jepang di Korea ditandai dengan diangkatnya Ito Hirobumi sebagai pemimpin Jepang pertama di wilayah koloni pada 21 Desember 1905. Dengan izin dari Kaisar Korea, Ito mengambil alih komando atas para penjaga Istana. Menurut sejarawan Donald Keene dalam Emperor of Japan: Meiji and His World, 1852-1912, kendati di permukaan Kaisar Kojong menyambut baik hubungan baru dengan Jepang, dalam salah satu suratnya yang diselundupkan ke luar negeri, Kaisar menyebut tak pernah setuju dengan perjanjian baru yang diteken oleh Korea dan Jepang. Perjanjian itu dipaksakan kepada Korea dengan bayonet dan dengan demikian dipandang tidak sah.

Potret Ahn Jung-geun, aktivis gerakan kemerdekaan Korea yang membunuh Perdana Menteri Jepang Ito Hirobumi di Harbin pada 26 Oktober 1909. (Wikimedia Commons).

“Kaisar Kojong tidak punya pilihan lain selain terus memainkan peran sebagai sekutu setia Jepang… Ia secara khusus menyebutkan kegembirannya atas pengangkatan Ito Hirobumi sebagai residen jenderal. Pujian ini bertentangan dengan ketidaksukaannya yang sangat besar terhadap Ito, terutama setelah diberi tahu tentang pengangkatannya sebagai pemimpin Jepang pertama di Korea, tetapi Meiji, yang mungkin tidak mengetahui perasaan Kaisar Korea yang sebenarnya, menyatakan kesenangannya bahwa Kojong merasa puas dengan pemerintahan Ito,” tulis Keene.

Aneksasi Jepang terhadap Korea menuai respons negatif dari sebagian besar penduduk Korea. Bagi masyarakat Joseon, keberadaan Ito Hirobumi sama dengan penjajahan terhadap bangsanya. Selain itu, Ito dikenal sebagai pemimpin bertangan besi sehingga kebijakannya seringkali memberatkan penduduk. Akibatnya, perlawanan terhadap Jepang tak hanya terjadi di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri seperti di Cina dan Rusia.

Kebencian rakyat Korea terhadap Ito Hirobumi memuncak ketika pada 1907 ia memicu pengunduran diri Kaisar Kojong dan mengamankan Perjanjian Jepang-Korea yang memberikan Jepang kendali atas urusan dalam negeri Korea.

Baca juga: 

Empat Film Korea Selatan yang Menggambarkan Darurat Militer

Maximilian Ernst menulis dalam “On Shifting a Nation’s Collective Memory: The Role of Ahn Jung-geun in South Korea’s Foreign Policy”, termuat di Asian Journal of Peacebuilding Vol. 8 No. 2 (2020), apa yang dilakukan Jepang sama dengan melucuti kemerdekaan Korea, kendati secara teknis Kerajaan Korea masih ada. Jepang juga terus meningkatkan kekuasaan mereka di wilayah koloni dengan mengesahkan Undang-Undang pada 1907-1909 yang semakin memperketat cengkeramannya sebagai penjajah. Dampaknya, perlawanan terhadap pendudukan Jepang di tahun-tahun berikutnya dilakukan secara terbuka dan bawah tanah. Pada saat itulah Ahn Jung-geun bergabung dengan perlawanan bersenjata bawah tanah melawan penguasa kolonial Jepang di Vladivostok, di mana ia menyandang pangkat letnan jenderal.

Menurut Hye Ok Park dalam Koreans in Transnational Diasporas of the Russian Far East and Manchuria, 1895–1920: Arirang People, Ahn Jung-geun bersama aktivis gerakan kemerdekaan Korea, Choi Jai-hyung, membentuk kelompok perlawanan Danji dongmaeng. Kelompok yang memiliki 13 anggota inti itu memotong jari manis kiri untuk bersumpah setia dan bekerja sama demi kemerdekaan Korea. Para anggota tersebut menggunakan darah mereka untuk menulis “kemerdekaan Korea” pada bendera, dan atas dasar ini, kelompok itu dinamakan “danji” yang berarti memotong jari.

Ahn Jung-geun lahir pada 1879 dari keluarga yangban (bangsawan) Korea, yang dapat melacak nenek moyangnya hingga 26 generasi. Ia memiliki tujuh tahi lalat di dada dan perut yang menyebabkan dirinya sering dipanggil Ahn Un-chil. Mulanya, pria yang pernah belajar bahasa Prancis itu diharapkan menjadi sarjana mengikuti tradisi keluarga. Kakeknya memiliki enam putra, semuanya dikenal karena kemampuan dalam sastra, dan ayah Ahn adalah anak yang paling cerdas. Namun, Ahn tidak menjadi sastrawan. Meski memiliki kemampuan mumpuni dalam bidang kaligrafi, Ahn memilih berjuang ke medan perang.

“Saat masih kecil, ia dikenal sebagai penembak jitu yang terampil, dan ia lebih suka berburu daripada membaca buku. Ketika pertama kali diinterogasi setelah ditangkap, ia menyebutkan profesinya sebagai ‘pemburu’,” tulis Keene.

Potret Ito Hirobumi, negarawan Jepang yang berperan besar dalam Restorasi Meiji pada abad ke-19. Selain dikenal sebagai Perdana Menteri Jepang pertama, Ito merupakan pemimpin Jepang pertama di wilayah koloni Korea. (Wikimedia Commons).

Ahn Jung-geun menunjukkan kemampuan menembaknya ketika menyelesaikan misi membunuh Ito Hirobumi. Kala itu, Ito dan Menteri Keuangan Rusia V.N. Kokovtsev keluar dari kereta untuk memeriksa para penjaga yang berbaris di sepanjang peron stasiun Harbin. Setelah peninjauan berakhir dan Ito berbalik untuk menyapa delegasi Jepang yang menyambutnya, Ahn yang mengenakan pakaian Barat segera melompat dan mengarahkan pistol kepada Ito, melepaskan enam tembakan, di mana tiga tembakan pertama melukainya.

Ito segera dievakuasi ke dalam kereta untuk mendapat perawatan darurat, tetapi ia meninggal setengah jam kemudian. Sementara itu, Ahn Jung-geun ditangkap oleh penjaga Rusia setelah meneriakkan “Korea Hurrah!” atau “Korea Jaya!” sebanyak tiga kali. Pada saat itulah orang-orang menyadari bahwa ia adalah orang Korea. Sesaat sebelum kematiannya, Ito diberi tahu bahwa penembaknya adalah orang Korea, kata-kata terakhirnya adalah “baka na yatsu ja” yang berarti “Terkutuk! Bodoh!”

Setelah ditangkap pasukan Rusia, Ahn Jung-geun diserahkan kepada Jepang. Dalam catatan yang ditulis di panjara sembari menunggu hukuman mati, Ahn mengisahkan, ia pernah bergabung dengan pasukan pembela keadilan yang dibentuk ayahnya. Dalam sebuah pertempuran, Ahn berhasil menyalamatkan diri dan berlindung pada pendeta Wilhelm atau Hong Sok-ku. Selama masa persembunyiannya, Ahn mengisi waktu dengan mempelajari agama Kristen. Pada Januari 1897, ia dibaptis dan memperoleh nama Thomas.

Dikenal sebagai sosok nasionalis, Ahn Jung-geun membayangkan persatuan tiga negara besar di Asia Timur –Cina, Korea, dan Jepang. Menurut Keene, Ahn berpandangan, cara terbaik bagi negara-negara Asia Timur untuk mengakhiri ancaman agresi dari kekuatan Barat adalah dengan bersatu.

Baca juga: 

Banjiha, Potret Kemiskinan Korea dalam Parasite

“Ahn sesungguhnya tidak anti orang Jepang. Orang yang paling dikaguminya adalah Kaisar Meiji, dan salah satu tuduhannya yang paling keras terhadap Ito Hirobumi adalah ia telah dengan sengaja menipu Kaisar, yang tidak menginginkan penaklukkan Korea, tetapi perdamaian di Asia Timur dan kemerdekaan Korea. Pengetahuan Ahn tentang keinginan Kaisar diperoleh dari pernyataan tujuan Jepang dalam memulai perang dengan Rusia pada 1904,” tulis Keene.

Selain itu, Ahn Jung-geun yakin banyak orang Jepang juga tak sepakat dengan kebijakan-kebijakan yang diberlakukan Ito Hirobumi. Percakapan Ahn dengan sejumlah orang Jepang yang membenci Ito membuatnya beranggapan kematian sang perdana menteri yang telah mengganggu perdamaian Asia Timur, diinginkan banyak orang baik Korea maupun Jepang.

Pandangan Ahn Jung-geun tak sepenuhnya benar. Kendati sikapnya di penjara Lushun menarik simpati para penjaga Jepang, kematian Ito Hirobumi yang merupakan negarawan dan ikon Restoraji Meiji dipandang sebagian besar masyarakat Jepang sebagai aksi terorisme. Oleh karena itu, pada 14 Februari 1910, Ahn dijatuhi hukuman mati. Tanggal eksekusinya ditetapkan pada 26 Maret 1910. Ahn tidak mengajukan banding, tetapi meminta disiapkan pakaian sutra Korea berwarna putih yang akan digunakan saat meninggal. Ketika hari eksekusi tiba, Ahn digantung pada pagi hari. Seorang dokter Jepang menyatakan Ahn meninggal pukul sepuluh pagi. Jenazahnya dibawa ke tempat pemakaman umum di sekitar penjara.*

TAG

korea selatan

ARTIKEL TERKAIT

Korps Wanita yang Menghadapi Dua Front Barongko, Santapan Raja dan Kesukaan Presiden Akhir Tragis Sang Penerbang Legendaris Sengkarut Tawa dan Sendu dalam Memoir Seorang Guru Perupa Pita Maha yang Karyanya Disukai Sukarno Tertipu Paranormal Palsu Duka Atim dan Piati Picu Kemarahan PKI Waktu The Tielman Brothers Masih di Indonesia Jalan Perjuangan Tak Berujung dalam Perang Kota Ketika Media Amerika Memberitakan Sukarno dan Dukun