Masuk Daftar
My Getplus

Kegemaran Buya Hamka Menonton Film

Bagi Hamka film terkadang memberikan inspirasi kepada kegemarannya mengarang. Namun dia pun berpendapat film juga kerap memberi dampak buruk.

Oleh: M. Fazil Pamungkas | 22 Des 2020
Ilustrasi Buya Hamka (Betaria Sarulina/Historia)

Haji Abdul Malik Karim Amarullah (Buya Hamka) merupakan ulama sekaligus intelektual besar Indonesia. Sumbangsihnya untuk bangsa ini tidak bisa dianggap enteng. Ia memerankan peran penting dalam pergerakan umat Islam di Indonesia. Hamka turut mendirikan Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan membangun Muhammadiyah.

Hamka juga seorang pujangga besar Minangkabau. Selama hidupnya ia telah melahirkan banyak karya fenomenal, seperti Tafsir al-Azhar, Empat Bulan di Amerika, Sejarah Umat Islam, serta roman Angkatan Baru dan Tenggelamnya Kapal van der Wijk. Rupanya salah satu sumber inspirasi Hamka dalam membuat karya-karya tersebut berasal dari kegemarannya menonton film. Dalam otobiografinya, Kenang-Kenangan Hidup, Hamka bercerita jika tidak jarang dari film-film itu ia akan menemukan ide untuk mengarang.

Sejak kecil Hamka sudah menonton film. Dia kerap membolos sekolah untuk pergi menonton film kegemarannya. Bahkan tidak jarang demi melihat aksi Eddie Polo dan Marie Welcamp, aktor zaman film bisu, Hamka rela pergi dari tempat biasa ia mengaji. Kebiasaan menonton itu pun terbawa hingga dewasa. Setelah menjadi pengarang, ia tetap menyempatkan waktu melihat aktor-aktor kesukaannya berlaga.

Advertising
Advertising

Baca juga: Cerita Hamka Ditipu

“Waktu tinggal di Medan, setiap film bertukar, aku datang menonton. Turut bersesak membeli tiket, dengan memakai sarung. Aku tidak peduli. Kelasnya tidak memantang. Mula-mula ditanyakan kelas tiga. Habis! Ditanya kelas dua, kalau habis juga, dia duduk di kelas satu,” kata Hamka.

Ada banyak aktor dan aktris yang menarik perhatian Hamka. Menurutnya, cara mereka memainkan berbagai macam peran tidak ada tandingannya. Emil Jannings, Erich von Strheim, Harry Baur, Lon Chaney, Charles Laughton, Boris Karloof, dan Paul Muni, ada dalam deretan aktor pilihan Hamka. Sementara aktris kesukaannya, Greta Garbo, Marlene Dietrich, Barbara Stanwick, dan lain-lain. Satu aktor yang juga tidak bisa diabaikan oleh Hamka adalah Charlie Chaplin. Aktor sekaligus pelawak asal Inggris itu baginya memberikan falsafah yang baik.

Baca juga: Kisah Hamka dan Si Kuning

“Apakah Tuan Haji menonton film dansa, nyanyi, dan tiga perempat telanjang?” tanya seorang kawan kepada Hamka.

“Semasa usia agak muda, tentu ada! Apa gunanya disembunyikan,” jawab Hamka bersemangat.

“Tetapi setelah melihat dua tiga macam film seperti itu ternyata tidak ada keindahan seni yang dapat kuambil di dalamnya, kecuali untuk memberi ingat kepada bangsaku Indonesia tentang bahaya film-film yang sedemikian bagi jiwa pemuda. Film-film yang membangkitkan nafsu syahwat, sendirinya hanya meruntuhkan jiwa sendiri,” lanjutnya. “Diperlihatkan perempuan-perempuan separuh telanjang, menari dengan gembira. Apakah maksudnya? Lain tidak hanyalah menimbulkan syahwat! Setelah syahwat timbul ke mana hendak dibawa.”

Buruknya dampak film-film seperti itu juga diceritakan Hamka. Satu waktu pernah ada seorang pemuda dan pasangannya yang baik dan sopan pergi menonton. Akibat banyak adegan tidak baik, memunculkan keinginan-keinginan yang buruk. “Kesudahannya, timbulah penyakit yang paling mudah dikerjakan, tetapi paling bahaya bagi jiwa. Melarat karena nafsu yang telah timbul melihat film demikian, lalu pergi mencari pelepasnya. Akibatnya ialah sifilis,” ujar Hamka.

Baca juga: Hamka dan Maag Berjamaah

Menurut Hamka, film-film “pemicu syahwat” itu memiliki iklan yang luar biasa. Iklan dipajang berhari-hari, hingga berminggu-minggu dengan menampilkan gambar dua sejoli berciuman, seorang perempuan terbuka bagian dada dan pahanya. Ironinya iklan itu pun dibuat besar-besar, sehingga orang tertarik untuk melihat. Padahal setelah ditonton, kata Hamka, banyak adegan ditampilkan tidak selama yang diiklankan. Kadang-kadang hanya beberapa detik. Uang pun habis begitu saja.

Rupanya bukan hanya Hamka yang gemar menonton. Ayahnya semasa muda suka juga menonton. Gurunya di Padang Panjang Zainudin Labay, serta gurunya S. Mansur, semua penonton film. “Memang film tidak dapat dihindarkan lagi dari hidup manusia modern,” kata Hamka.

TAG

buya hamka film

ARTIKEL TERKAIT

Nyanyi Sunyi Ianfu Heroisme di Tengah Kehancuran dalam Godzilla Minus One House of Ninjas dan Bayang-Bayang Masa Lalu Ninja Hattori Misteri Kematian Aktor Inggris yang Dibenci Nazi Ibu dan Kakek Jenifer Jill Pyonsa dan Perlawanan Rakyat Korea Terhadap Penjajahan Jepang Benshi, Suara di Balik Film Bisu Jepang Warrior, Prahara di Pecinan Rasa Bruce Lee Exhuma dan Sisi Lain Pendudukan Jepang di Korea Eksil, Kisah Orang-orang yang Terasing dari Negeri Sendiri