Masuk Daftar
My Getplus

Percobaan Pembunuhan Presiden Soeharto di KTT ASEAN

Pemberontak Filipina hendak melancarkan kudeta dengan mencelakai tamu negara. Gangguan keamanan itu segera diantisipasi oleh TNI.

Oleh: Martin Sitompul | 11 Mei 2023
Presiden Soeharto didampingi Presiden Filipina Corazon Aquino menuju ruang pertemuan KTT ASEAN ke-3 di Manila, Filipina pada 14 Desember 1987. Sumber: ANRI. Setneg No. 37

Peran Presiden Joko Widodo terhadap kesuksesan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur yang baru saja dihelat, menuai pujian berbagai pihak. Antara lain dari kumunikolog asal Universitas Airlangga Dr. Suko Widodo.

“Momentum ini akan meningkatkan kredibilitas untuk dapat melakukan hubungan diplomatik yang mumpuni di akhir masa jabatan,” ujarnya sebagaimana diberitakan antaranews.com, 11 Maret 2023.

Kredibilitas tinggi di antara petinggi ASEAN pernah didapat Indonesia juga di masa lalu. Yakni semasa Presiden Soeharto.

Advertising
Advertising

Di antara para pemimpin ASEAN, Presiden Soeharto yang paling senior. Itulah mengapa kehadiran Soeharto dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Manila bernilai penting. Namun, pada saat itu, pemerintahan Filipina sedang digoyang oleh pemberontakan yang dipimpin oleh Kolonel Gregorio “Gringo” Honasan. Kelompok Honasan berniat menggagalkan KTT tersebut untuk membuka jalan kudeta terhadap Presiden Filipina Corazon Aquino. Caranya dengan rencana mencelakai tokoh berpengaruh dalam KTT yang dihelat pada 14-15 Desember 1987 itu.

“Tanpa kehadiran Presiden Soeharto, maka KTT akan batal. Oleh karena itu, Pak Harto merupakan target percobaan pembunuhan oleh pemberontak Honasan,” kata Marsma TNI (Purn.) dr. Raman Ramayana Saman seperti dituturkan kepada Imelda Bachtiar dalam Pak Harto, Saya, dan Kontainer Medik Udara.

Raman tergabung dalam rombongan delegasi Indonesia yang bertugas sebagai komandan Tim Kesehatan Kepresidenan. Dia menuturkan betapa tindakan pengamanan untuk Presiden Soeharto dilakukan serapi dan seteliti mungkin. Untuk level kepala negara, bahkan tergolong luar biasa.

Baca juga: Benny Moerdani, Penjaga Setia Penguasa Orde Baru

Panglima ABRI Jenderal Benny Moerdani menyiapkan Satuan Paspampres yang diperkuat. Tim pengamanan ini terdiri dari Satuan Detasemen 81 Anti Teror Kopassus, Satuan Tugas Armada Laut (dengan kapal perang dan kapal pendarat tank), Satuan Tugas Udara (dengan pesawat Boeing 707, C-130 Hercules, komunikasi satelit beserta unsur-unsur pendukungnya). Kekuatan gabungan tiga matra ini dikerahkan untuk mengamankan KTT III ASEAN yang berlokasi di Philippines International Convention Center (PICC). Lokasinya menghadap Teluk Manila.

Selain itu, Benny Moerdani juga menyiagakan empat unit pengebom tempur A-4 Skyhawk TNI AU di Pangkalan Udara Sam Ratulangi, Manado. Sementara itu, Satuan Tugas TNI AL yang dipimpin Laksamana Muda M. Arifin mendirikan markas “terapung” di Teluk Manila, kira-kira 10 mil lepas pantai Manila. Di sanalah kapal-kapal perang milik TNI AL lego jangkarnya.

Namun, yang terbilang unik adalah pesawat C-130 Hercules yang difungsikan sebagai ambulans udara. Pesawat tersebut dilengkapi dengan Kontainer Medik Udara (KMU) untuk memungkinkan tindakan medis awal, termasuk operasi pembedahan manusia di darat maupun penerbangan. Catatannya: apabila diperlukan.

Baca juga: Dari Operasi Alpha ke Satria Mandala

Untuk memimpin Task Force Gabungan KTT ASEAN III, negara-negara ASEAN mempercayakannya kepada Marsekal Muda Teddy Rusdy, Asisten Perencanaan Umum Panglima ABRI. Sepekan menjelang KTT, Teddy bersama kelompok kecil pasukan komando dipimpin oleh Letkol Inf. Luhut Binsar Panjaitan berangkat ke Manila lebih awal. Sebagai advanced team, mereka bertugas memastikan keamanan dan keselamatan rombongan Presiden Soeharto. Mulai dari menyediakan reception party yang mengatur koordinasi dengan para pejabat tuan rumah KTT, menyiapkan akomodasi untuk anggota pasukan, memasang Stasiun Satelit Bumi untuk komunikasi, menyusuri semua tempat yang akan dilibatkan selama KTT III ASEAN, hingga dukungan operasi serta logistiknya di Manila dan sekitarnya.

“Masih terbayang adegan ketika di bandara, saya duduk di dalam ambulans. Saya menyaksikan Letkol Inf. Luhut Binsar Panjaitan memeriksa dan mengokang satu persatu dan memastikan tidak ada peluru di senjata laras panjang setiap anggota pasukan jajar kehormatan militer Filipina yang akan menyambut Presiden Soeharto,” kenang Raman.

Menurut Teddy, Kolonel Honasan dilindungi oleh teman-teman dan pengagumnya, termasuk mereka yang masih menjabat dan menyatakan setia kepada pemerintah. Perwira kelahiran 14 Maret 1948 itu memang terkenal flamboyan. Dia banyak dipuja oleh Angkatan Muda Militer Filipina. Hal itu menyebabkan Teddy dan jajarannya di Task Force TNI umumnya mencurigai pasukan tuan rumah Filipina. Sulit untuk membedakan mana pasukan yang masih setia kepada Presiden Cory Aquino dan mana pasukan pemberontak.

Baca juga: Membohongi Presiden Filipina

“Tampaknya hanya pendekatan intelijen yang rapi dapat menemukan lokasi Kolonel H. Honasan di sekitar Manila, Filipina. Melalui teman-temannya, keberadaan Gringo Honasan dapat dilacak,” ungkap Teddy Rusdy dalam Think Ahead: 70 Tahun Teddy Rusdy, biografi yang ditulis Servas Pandur.

Pada Minggu, 11 Desember –tiga hari menjelang KTT ASEAN, Honasan tertangkap di Manila lewat operasi khusus intelijen. Selama KTT berlangsung, Honasan ditahan di atas kapal Landing Ship Tank (LST) milik AL Filipina di Teluk Manila. Pasukan AL dan Marinir Filipina yang ditugaskan mengamankan Honasan, berdekatan dengan kedudukan Satuan Tugas Armada TNI AL. Dengan demikian, KTT ke-3 ASEAN berlangsung lancar dan aman. Presiden Soeharto pun kembali ke Jakarta menggunakan Pesawat DC-10 Garuda dan mendarat ke Lanud Halim Perdanakusuma dengan selamat.

Honasan sendiri pada akhirnya berhasil meloloskan diri berkat bantuan aparat keamanan yang menjaganya. Pada 1992, Presiden Fidel Ramos memberikannya amnesti. Setelah dipecat dari militer, Honasan masuk dunia politik dan berhasil menjadi senator periode 1995-2004. Pada pemilihan umum 2016, Honasan maju sebagai wakil presiden mendampingi Jejomar Binay, tetapi dikalahkan oleh pasangan Rodrigo Duterte dan Leni Robredo yang saat ini memerintah Filipina.     

TAG

soeharto asean filipina

ARTIKEL TERKAIT

Daripada Soeharto, Ramadhan Pilih Anak Eks Pemilih PKI Pilih Golkar Ledakan di Selatan Jakarta Supersemar Supersamar Sudharmono Bukan PKI Lika-liku Quick Count yang Krusial Dianggap PKI, Marsudi Dibui Dulu Rice Estate Kini Food Estate Dari Petrus ke Kedung Ombo Soeharto Nomor Tiga, Mendagri Murka pada Lembaga Survei