Masuk Daftar
My Getplus

Nepotisme Sudah Terjadi Sejak Zaman VOC

Pengaruh ayahnya, Jeremias van Riemsdijk sebagai gubernur jenderal, membuat anaknya yang dianggap bodoh dan tidak kompeten dapat menduduki berbagai jabatan tinggi hingga menjadi anggota Dewan Hindia.

Oleh: Amanda Rachmadita | 27 Agt 2024
Lukisan Jeremias van Riemsdijk, Gubernur Jenderal VOC yang memimpin sejak tahun 1775-1777. (www.geheugen.delpher.nl).

KELUARGA elite Batavia di masa VOC memberikan gambaran bagaimana praktik nepotisme merajalela hingga menjadi salah satu penyebab keruntuhan perusahaan tersebut di akhir abad ke-18. Para pejabat tinggi tak hanya tanpa ragu memperkaya diri melalui perdagangan pribadi yang ilegal, suap, hingga penggelapan, tetapi juga memanfaatkan kekuasaan secara sewenang-wenang untuk menempatkan keluarga dan kerabat di posisi-posisi pekerjaan strategis, meski tidak memiliki kompetensi di bidang tersebut. Sebagai contoh keluarga Jeremias van Riemsdijk.

Jeremias van Riemsdijk lahir di Utrecht, 18 Oktober 1712. Dia memulai kariernya sebagai sersan dalam tentara VOC. Putra pendeta Scipio van Riemsdijk dan Johanna Bogaert itu mendaftarkan diri melalui kamer Amsterdam dan berangkat ke Batavia dengan menumpangi kapal Proostwijk pada 25 Februari 1735. Setelah mengarungi lautan lebih dari enam bulan lamanya, van Riemsdijk tiba di Batavia pada 24 September 1735.

Sejarawan Jean Gelman Taylor menulis dalam Kehidupan Sosial di Batavia: Orang Eropa dan Eurasia di Hindia Timur, tak lama setelah tiba di Batavia, van Riemsdijk dipindahkan ke pelayanan sipil dan dalam waktu tujuh tahun naik pangkat menjadi pedagang senior pertama. Karier van Riemsdijk masih terus merangkak naik hingga ia ditunjuk menjadi anggota dewan luar biasa dan anggota dewan penuh. Puncaknya pada 1775, van Riemsdijk yang kala itu menjabat sebagai direktur jenderal, orang nomor dua di wilayah koloni, menggantikan Petrus Albertus van der Parra sebagai gubernur jenderal.

Advertising
Advertising

Baca juga: 

Panjat Sosial Zaman Kolonial VOC

Seperti sejumlah orang Eropa lainnya yang berkarier di Batavia, van Riemsdijk juga memandang patronase dan hubungan kekerabatan dengan orang-orang berpengaruh, baik di Batavia maupun Belanda, sebagai hal yang penting. Menurut Gerrit Knaap dalam Genesis and Nemesis of the First Dutch Colonial Empire in Asia and South Africa, 1596–1811, van Riemsdijk merupakan keponakan Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier, yang dianggap bertanggungjawab atas pembantaian orang-orang Tionghoa di Batavia tahun 1740.

Tak sedikit sejarawan dan peneliti yang beranggapan bahwa hubungan kekerabatan ini memberikan pengaruh signifikan bagi van Riemsdijk di masa-masa awal kariernya. Terlebih, ia telah bertugas di Batavia ketika pamannya menjabat sebagai direktur jenderal dan kemudian menggantikan Abraham Patras sebagai gubernur jenderal VOC pada 1737. “Melihat kembali karier van Riemsdijk dengan mempertimbangkan hubungan keluarganya, sudah jelas bahwa di awal kariernya ia dipromosikan oleh pamannya,” tulis Taylor.

Meski begitu, karier van Riemsdijk di Batavia tak sepenuhnya berjalan mulus. Kenaikan jabatannya sempat dihambat oleh kejatuhan patronnya, Adriaan Valkecnier. Akan tetapi, rintangan itu berhasil diatasinya melalui pernikahan dengan Adriana Helvetius yang merupakan cucu seorang anggota dewan dan putri hakim kepala di Batavia. Salah satu saudara perempuan Adriana juga dikenal sebagai istri gubernur Sri Lanka. Tak heran setelah empat tahun menikah, van Riemsdijk diangkat menjadi anggota dewan luar biasa.

Pernikahan merupakan salah satu jalan untuk menapaki piramida VOC. Para pegawai VOC yang tengah merintis karier umumnya menargetkan putri para pejabat kompeni. Hal inilah yang dilakukan oleh van Riemsdijk. Ia menikah sebanyak lima kali, semuanya dengan perempuan yang lahir di Batavia. Pernikahannya dengan Thedoroa Rotgers, istri kelimanya, juga membuka peluang bagi van Riemsdijk untuk menjalin koneksi dengan orang-orang penting di Batavia.

Pada akhirnya, menurut E.M. Beekman dalam Troubled Pleasures: Dutch Colonial Literature from the East Indies, 1600-1950, wilayah koloni didominasi oleh segelintir keluarga seperti keluarga van der Parra, van Riemsdijks, De Klerk, dan Altings, yang saling menikah dan menjaga kesejahteraan finansial satu sama lain karena hal tersebut akan menguntungkan seluruh “keluarga sebagai sebuah korporasi”.

Serupa dengan van der Parra, van Riemsdijk juga sangat menyukai kemewahan. Salah satu kisah paling tersohor tentang dirinya berkaitan dengan penunjukannya sebagai direktur jenderal VOC. Arsiparis dan sejarawan Mona Lohanda menulis dalam Sejarah Para Pembesar Mengatur Batavia, untuk memperingati promosinya sebagai direktur jenderal, van Riemsdijk sengaja memesan sebuah kereta kaca dari Eropa meski ia sesungguhnya telah memiliki dua kerata kaca, di samping ada beberapa buah kereta lagi dari berbagai model dan jenis.

Baca juga: 

Gubernur Jenderal VOC yang Dituduh Korupsi

Van Riemsdijk juga dikenal sebagai gubernur jenderal yang memelihara nepotisme di lingkungan pejabat tinggi Batavia. Posisinya sebagai pejabat tinggi di Batavia turut memberikan pengaruh terhadap karier putranya, Willem Vincent Helvetius van Riemsdijk. Di usia 19 tahun, pria kelahiran Batavia, 23 November 1752 itu telah diangkat menjadi pedagang atau koopman pada 1771. Dalam waktu dua tahun, ia telah naik jabatan menjadi pedagang utama atau opperkoopman.

Matthijs Antonius van Rhede van der Kloot menulis dalam De gouverneurs-generaal en commissarissen-generaal van Nederlandsch-Indië 1610-1888, secara berturut-turut putra Jeremias van Riemsdijk itu pernah menduduki jabatan sebagai syahbandar (1773), anggota Gecommitteerde tot en over de Zaken van den Inlander atau komite untuk dan tentang urusan Inlander (1776), anggota College van Heemraden atau lembaga yang memerintah Ommelanden (wilayah di luar tembok kota Batavia) (1776), presiden komisaris College van Huwelijkse en Kleine Gerechtszaken atau Pengadilan bagi Urusan Perkawinan dan Perkara Pengadilan yang Ringan (1779). Di tahun 1793, Willem Vincent Helvetius van Riemsdijk ditunjuk menjadi anggota dewan luar biasa, dan puncaknya pada 1799 ia diangkat menjadi anggota Dewan Hindia.

Pengangkatan Willem Vincent Helvetius van Riemsdijk tak luput dari sorotan. Kendati pada saat itu sang ayah, Jeremias van Riemsdijk, telah meninggal dunia pada 1777, tak sedikit yang menganggap bahwa keberhasilannya menembus posisi itu karena bantuan koneksi keluarganya yang dikenal sebagai klan paling berpengaruh di Batavia.

“Walaupun bersekolah di Batavia dan mempunyai reputasi sebagai ‘orang yang bodoh dan tidak berpendidikan’, ia diangkat sebagai anggota dewan pada 1799 dan mengumpulkan kekayaan dari pos-pos VOC yang ditempatinya,” tulis Taylor.*

TAG

voc nepotisme

ARTIKEL TERKAIT

Awal Mula Meterai di Indonesia Kisah Pejabat VOC Dituduh Korupsi tapi Malah Dapat Promosi Ambisi van Goens Membangun Batavia Baru di Ceylon Kisah Dua Anak Gubernur Jenderal VOC yang Bermasalah Kembali ke Sunda Kelapa Bermula dari Nazar Anak Yatim Piatu dan Terlantar pada Masa VOC Asal Nama Wakatobi Tanpa Pajak, Palembang Kaya Kecakapan Elie Ripon Sang Sersan Swiss di Banda