Dukung Indonesia Berarti Masuk Kamp Pulau Semau

Pulau Semau di barat Kupang menjadi saksi bisu pengorbanan para pejuang kemerdekaan Indonesia. Beberapa dari mereka ditahan di sana karena melawan Belanda.

Oleh: Petrik Matanasi | 10 Apr 2025
Dukung Indonesia Berarti Masuk Kamp Pulau Semau
Aksi dukungan untuk Indonesia merdeka di Australia. Usai perang, para pejuang kemerdekaan yang dipulangkan dari Australia banyak mengalami penahanan di Pulau Semau, NTT. (anmm.gov.au)

KEDATANGAN kapal motor Australia Experance Bay di Pelabuhan Kupang, Nusa Tenggara Timur pada awal 1946 membuat geger. Otoritas Belanda di sana sampai buka suara. Bukan tanpa alasan, sebab kapal yang mengangkut ratusan orang Indonesia dari Australia untuk dipulangkan itu menurunkan 20 orang penumpangnya di sana.

Ke-20 orang yang diturunkan itu bukan sembarang orang alias “berbahaya”. Pihak Belanda mencap mereka sebagai agitator. Menurut kabar dari Ilyas Jacoub kepada Djamaludin Tamin, seperti tercatat dalam “Arsip Mohamad Bondan 460” yang tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), mereka yang diturunkan di Kupang itu yakni Mohamad Senan, Soedihat, Soeparmin, JA Loemanau, Ilyas Jacoub bersama istri dan tujuh anak mereka, A. Quddus, Maoen, Aroean, Hendrik Salenda, Loeter Salendeho, Agoes Linggar, Bakri, Misnan, Takim, Poeri, Badri, Kadri, Markatab, Loedin Djalaloedin, dan Rail.

Otoritas Belanda pun menahan ke-20 orang tadi di Pulau Semau, sebuah pulau kecil di barat Kupang. Menurut Het Dagblad edisi 12 Maret 1946, dari Pulau Semau ke-20 orang itu hendak dipindahkan Labuan. Diberitakan pula, para agitator itu menerima ransum militer Australia secara penuh selama mereka tinggal di Semau.

Advertising
Advertising

Ketika tahanan itu hendak dipindahkan, status daerah Nusa Tenggara bukanlah di bawah kendali pemerintah sipil Hindia Belanda atau Nederland Indie Civil Administration (NICA). Nusa Tenggara kala itu di bawah kendali tentara Australia selalu tentara pendudukan wakil Sekutu setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II.

Serah terima dari Australia ke Belanda baru terjadi pada Senin, 18 Maret 1946, sore pukul empat dalam sebuah ucapara. Pihak Australia diwakili Kolonel Bartley dan Belanda diwakili kepala NICA yang diwakili CW Schuller.

“Kita adalah sekutu, namun persahabatan abadi telah tercipta,” kata Bartley, dikutip Het Dagblad.

Namun, perkataan Bartley tak mewakili sebagian sikap tentara Australia yang tak suka pada Belanda. Tentu juga tak mewakili pekerja pelabuhan Australia yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Kebanyakan orang Indonesia yang dipulangkan dari Australia itu adalah jejaring para buruh Australia yang mendukung kemerdekaan Indionesia.

Namun, yang mengalami penahanan usai tiba di Kupang bukan hanya ke-20 agitator dari kapal Experance Bay. Beberapa bulan sebelumnya, ada 75 serdadu KNIL yang ditahan di Semau meski sebentar. Pada 27 September 1945, mereka dihukum di Kupang karena pemogokan yang mereka lakukan sebelumnya di Australia. Mereka dimasukkan ke sebuah kamp yang bekas kamp Jepang di Pulau Semau. Di antara mereka terdapat Sersan Soekatmo, Sersan Tojib, kopral Soewarto, kopral Kasman, kopral Soekir, kopral Abdoel Hamid, dan kopral Moezeki.

“Kawan-kawan yang di Pulau Semau sudah dipindahkan ke Kupang dan mereka sudah berkunjung ke rumah malam hari dengan diantar serdadu Australia,” lapor Ilyas Jacoub dalam suratnya.

Kupang menjadi tempat persinggahan bagi orang Indonesia yang dipulangkan dari Australia. Mereka berada di Australia ketika Perang Dunia II pecah demi menghindari tentara Jepang yang berkuasa di Indonesia. Selain serdadu KNIL, yang dipindah ke Australia ketika Jepang berkuasa juga orang buangan dari Boven Digoel. Mereka ini merupakan pejuang kemerdekaan Indonesia pra-perang.

Rombongan lain yang pernah dihukum di Pulau Semau adalah rombongan Gustaaf Kamagi, orang yang dituduh membunuh seorang serdadu KNIL di sebuah kamp Belanda di Australia. Selain itu, Kopral Pasek juga pernah dibawa ke Semau karena mendukung RI. Menurut Mohamad Bondan dalam Memoar seorang eks-Digulis: Totalitas Sebuah Perjuangan, di Semau mereka dapat jatah ransum dan boleh membuat rumah. Mereka hanya diminta oleh perwira Belanda untuk berhenti melakukan pembangkangan.

“Jika kalian masih tetap membangkang, kalian akan menerima hukuman sesuai hukum militer dan ini artinya akan ditembak mati,” kata seorang kapten tentara Belanda, dikutip Bondan dalam bukunya.

Namun mereka yang ditahan punya jawaban. “Setiap orang di sini menolak untuk menerima pertanggungan jawab dari tentara Belanda yang mau merobohkan kemerdekaan negara kami,” jawab salah satu penghuni Pulau Semau.

TAG

perjuangan perang dunia ii perang kemerdekaan australia

ARTIKEL TERKAIT

Teror Pesawat Zero di Pesisir Australia Novi “Sukatani” Dipecat Seperti Para Pejuang Kemerdekaan Berhenti Jadi Polisi, Mattulada Jadi Ilmuwan Pisang Asal Jawa Dibutuhkan Australia Di Sekitar Lagu "Bangun Pemudi Pemuda" Kenapa Australia Menyebutnya Soccer ketimbang Football? Simpati Serdadu Australia terhadap Kemerdekaan Indonesia Misi Diplomat Australia Sesudah Proklamasi Kemerdekaan Goresan Tinta Seniman Australia Merekam Revolusi Kemerdekaan Di Balik Senandung Kemerdekaan Husein Mutahar