Rivalitas Malaysia-Indonesia telah merembes ke berbagai bidang, terlebih di olahraga. Robby Darwis, stopper Persib dan timnas era 1980-an, merasakan betul hal itu. Dia tak pernah melupakan peristiwa yang dialaminya 29 tahun silam. Alih-alih mendapat senang dan kebanggaan merumput bersama klub luar, dia justru sial sejak awal gegara sebuah insiden.
Pada 1989, Robby dikontrak Kelantan FC dari Persib. Bersama Kelantan, Robby bermain di Divisi 1 Liga Semi-Pro Malaysia. Robby menjalani debutnya pada 11 Juli kala timnya menghadapi Singapore FA (timnas Singapura yang “membonceng” kompetisi Liga Malaysia).
Baca juga: Gaung Maung di Pentas Sejarah
“Ketika itu saya baru saja pulang dari (timnas) PSSI untuk Pra Piala Dunia, saya langsung ke Singapura. Di pertandingan lawan Singapura itulah terjadi insiden. Ada protes sampai ricuh di lapangan,” ujar Robby kepada Historia.
Mengetahui ada kericuhan, Robby mendekati rekan-rekannya yang mengerubungi wasit untuk melerai. “Waktu saya lagi berusaha memisah-misahkan rekan-rekan tim, wasit kakinya ketendang,” kenang Robby. Tendangan itu membuat wasit tersungkur dan marah. “Begitu bangun, dia (wasit) ngeluarin kartu merahnya ke saya. Saya sendiri nggak tahu pelakunya,” lanjut Robby.
Skorsing Aneh Negeri Jiran
Hukuman itu membuat Robby merasa dijadikan korban “konspirasi”. Pasalnya, setelah itu FAM (induk sepakbola Malaysia) membawa kasus itu ke FIFA. Berbeda dari para pemain Singapura yang disanksi hanya dengan skorsing 2-3 pertandingan, Robby dapat skorsing jauh lebih banyak.
“Saya tiga-empat bulan larangan bermain. Makanya aneh di situ. Ya habis itu musim sudah selesai. Jadi sedikit sekali saya bermain di sana,” sesalnya.
Baca juga: Robby Darwis yang Legendaris
Skorsing itu juga membuat Robby tak bisa memperkuat timnas Indonesia di SEA Games 1989. “Tahun 1989 itu kan Malaysia tuan rumah. Sementara Indonesia juara bertahannya (cabang sepakbola SEA Games). Apalagi saya juga di tim inti timnas, jadi ya nggak tahu lah (konspirasinya). Saat itu kita masih tim kuat. Di samping fisik kita bagus, kualitasnya juga bagus-bagus,” sambung Robby.
Kecurigaan Robby bukan tanpa alasan. Sebab, ingat Robby, technical meeting (TM) ASEAN Football Federation sempat membicarakan kasusnya. “Waktu rapat TM itu saya dibilangnya boleh main. Makanya waktu menjelang lawan Brunei (di penyisihan Grup B), saya sudah pemanasan. Tapi lalu saya malah nggak boleh main. Nah, habis SEA Games justru sanksi saya dicabut,” kata Robby.
Baca juga: Malaysia Sengaja Curangi Indonesia di Tenis Meja
Sekembalinya ke Persib usai putus kontrak dengan Kelantan, Robby juga baru bisa merumput di Perserikatan 1989/1990 selepas 2 Desember, setelah FIFA mencabut sanksinya. Menurut Sekretaris Umum PSSI Nugraha Besoes, dilansir Pikiran Rakyat 1 November 1989, hukuman Robby dicabut FIFA kemungkinan besar lantaran rekaman video yang diperiksa tak menunjukkan Robby melakukan serangan fisik terhadap wasit.
“Itulah makanya. Saya sendiri nggak mau mempermasalahkan yang sudah lalu. Meski pihak klub (Kelantan) juga sempat protes dan ingin melihat saya lebih sering bermain untuk mereka. Hubungan saya, pergaulan dengan rekan-rekan setim yang asli Malaysia pun baik-baik saja, nggak ada sentimen apa-apa,” ujarnya menutup pembicaraan.