BELANDA mengerahkan Angkatan Laut untuk melakukan blokade terhadap Republik Indonesia. Armada Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) pun harus lebih cerdas dan berhati-hati dalam memilih jalur pelayaran. Mereka bisa berada dalam bahaya jika bertemu kapal Belanda yang lebih canggih.
Upaya agak gila pernah dicoba, yaitu membuat kapal selam mini untuk melawan kapal Belanda. Dengan modal 5 ribu ORI (Oeang Republik Indonesia), kapal selam mini dibuat di sekitar Yogyakarta. Indroyono Soesilo dan Budiman dalam Kapal Selam Indonesia mencatat, Djadoe Ginangan dibantu oleh M. Susilo, pegawai perencanaan kapal, untuk merancang desain kapal selam tersebut.
Setelah perancangan di sebuah pabrik besi di Yogyakarta, pada Juli 1947 mereka mulai mengerjakan kapal selam mini berukuran 7x1 meter, bobot mati 5 ton, dan memakai mesin mobil Fiat 5 PK.
Baca juga: Perwira Indonesia di Kapal Selam Belanda
Kapal selam mini ini juga dipasangi torpedo berukuran 5 meter. Jarak tembaknya sekitar 1 mil. Harapannya kapal selam ini mampu melawan kapal perang Belanda. Torpedo yang dipasang warisan Jepang yang tersisa di lapangan terbang Maguwo, bukan jenis torpedo yang dipasang di kapal.
“Dalam percobaannya, kapal selam yang digerakkan mesin truk itu berhasil bergerak mengapung dan menyelam. Tetapi ketika torpedo dicoba untuk dilepaskan, ternyata handel pengikat tidak mau melepaskan dan torpedo tetap terikat. Akibatnya kapal selam mini itu terseret oleh torpedonya sendiri,” tulis Moehkardi dalam Akademi Militer Yogya dalam Perjuangan Fisik 1945 Sampai dengan 1949.
Kapal selam mini ini diawaki langsung oleh Ginangan. Uji coba kapal selam mini ini dilakukan di sungai Kalibayem, Yogyakarta. Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan Mohammad Hatta lewat Surat Keputusan Nomor A 527/1948 tanggal 23 Juni 1948 memberi perintah kepada Ginangan untuk menyerahkan kapal selam mini kepada Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), jika telah selesai dikerjakan dan diuji coba, paling lambat sampai 20 September 1948.
Baca juga: Tentara Rusia di Kapal Selam Indonesia
Pembuatan kapal selam mini terhenti pada percobaan saja. Tidak pernah menjadi usaha masif melawan Belanda. Kapal selam ini kemungkinan tidak efektif dalam perang. Meski begitu, Ginangan tetap berguna bari ALRI. Ia diberi tugas di Aceh, basis penting ALRI pada 1948.
Waktu tentara Belanda menguasai Yogyakarta, mereka menyita kapal selam buatan Ginangan. “Wah, orang Indonesia, di kali, membuat kapal selam dari drum,” ejek pihak Belanda lewat siaran radio.
Setelah tentara Belanda angkat kaki pada 1950, Ginangan terus berkarier di Angkatan Laut. Sebagai ahli mesin, ia termasuk perwira teknik di Angkatan Laut dengan pangkat kapten.
Baca juga: Ketika Kapal Selam RI Diintai Armada VII AS
Ginangan lahir di Sibolga, Sumatra Utara pada 23 April 1918. Ia pernah belajar teknik pelayaran di Negeri Belanda. Menurut koran Algemeen Handelsblad edisi 18 Agustus 1937, Ginangan merantau ke Belanda dengan naik kapal MV Marnix van Sint Alriegonrie pada 11 Agustus 1937.
Koran Heldersche Courant edisi 22 Juli 1939 menyebut Ginangan belajar di kursus pelatihan mualim. Ia juga sempat bekerja di perkapalan. Sebelum kembali ke Indonesia, ia sempat bekerja menjadi mualim di sebuah perusahaan pelayaran.
Ginangan pensiun dari Angaktan Laut sebagai letnan kolonel pada 1961. Usaha membuat kapal selamnya tetap diingat Angkatan Laut.*