PUBLIK, utamanya di Tasikmalaya, Jawa Barat dihebohkan dengan jasad misterius pada 15 Oktober 2021. Belum menemukan identitasnya. Pihak kepolisian sekadar mengumumkan ciri-ciri jasad, yakni terdapat tato tengkorak di lengan kanan dan tato swastika yang identik dengan Nazi di lengan kirinya.
Tato swastika acap dijadikan identitas kalangan Neo-Nazi di Eropa dan Amerika Selatan pasca-Perang Dunia II. Lazimnya sebagai bentuk fanatisme dan pemujaan mereka terhadap diktator Nazi Adolf Hitler serta gembong-gembong Nazi dan para jenderal ulung Jerman semasa Perang Dunia II. Selain swastika, simbol-simbol lain yang biasa dijadikan tato adalah simbol “SS” dengan style aksara Rune. Simbol tersebut untuk mengagungkan Waffen-SS atau Pasukan Schutzstaffel (SS).
Pasukan SS hadir pada 1933 sebagai satgas Partai Nazi. Tetapi enam tahun berselang, saat Perang Dunia II pecah, Waffen-SS “beranak-pinak” sebagai militer elit di luar Wehrmacht (tentara reguler Jerman). Anggota-anggotanya tak hanya dicomot dari prajurit reguler tapi juga prajurit-prajurit sukarelawan negeri-negeri yang bersekutu dengan Jerman.
Baca juga: Kapal Perang Jerman Karam di Sukabumi?
Simbol lain yang acap dipakai para kalangan Neo-Nazi sebagai tato adalah dua emblem elang: Parteiadler dan Reichsadler. Keduanya adalah modifikasi dari simbol elang berkepala dua yang diadopsi Dinasti Habsburg di abad ke-19. Modifikasinya berupa penambahan lambang swastika yang dicengkeram burung hitamnya. Perbedaannya, kepala burung pada Parteiadler menghadap ke kiri, sementara kepala burung Reichsadler menghadap ke kanan.
Satu lagi simbol yang juga gemar dijadikan tato oleh Neo-Nazi adalah simbol Totenkopf atau tengkorak dengan tulang bersilang. Menukil Stuart Reid dalam Frederick the Great’s Allies: 1756-63, simbol Totenkopf mulanya dipakai resimen kavaleri ringan Prusia di abad ke-18. Pasukan berseragam hitam itu menyematkan simbol tengkoraknya di topi lapangan setiap kali maju ke medan perang, seperti di Perang Suksesi Austria (1740-1748) dan Perang Tujuh Tahun (1756-1763).
Di masa Perang Dunia II, simbol itu turut dipakai beberapa unit militer reguler dan SS. Di kesatuan reguler, simbol tengkorak umumnya dijadikan insignia di seragam para awak dan perwira lapis baja di matra darat dan udara. Tetapi simbol Totenkopf kemudian lebih tenar akan kebengisannya karena juga dipakai sebagai identitas unit SS yang jadi penjaga dan algojo di kamp-kamp konsentrasi, SS-Totenkopfverbände.
Baca juga: Seragam Jerman Nazi Buatan Hugo Boss
Tato Pasukan SS
Kendati swastika dan tengkorak dipakai militer Jerman di Perang Dunia II sebagai simbol, para prajuritnya tak diwajibkan mentato tubuh mereka dengan simbol-simbol itu. Tubuh para prajurit, khususnya di unit-unit Waffen-SS, justru diwajibkan mentato tubuh mereka dengan simbol Blutgruppentätowierung atau tato golongan darah. Tato tersebut berbentuk huruf yang mengidentifikasi golongan darah masing-masing prajurit: A, B, AB, dan O. Biasanya tato berbentuk huruf itu berukuran kecil, 7 milimeter, dan berada di sisi dalam lengan kiri sekira 20 centimeter dari siku. Tato ini berfungsi untuk membantu unit medis dalam memberikan pertolongan pada prajurit-prajurit SS yang terluka, terutama jika erkennungsmarke (kalung prajurit) dan soldbuch (buku identitas prajurit) –yang juga memuat data golongan darah– hilang di medan perang.
“Ya, Blutgruppentätowierung, tato tentara Waffen-SS, itu tato golongan darah yang digunakan saat dibutuhkan transfusi darah mendesak, sementara data diri tidak ada. Biasanya diwajibkan saat pelatihan dasar dan dilaksanakan oleh sanität atau petugas medis,” ujar Alif Rafik Khan, pemerhati sejarah militer Jerman-Nazi, kepada Historia.
Baca juga: Laskar Muslim Hitler di Afrika Utara
Tato yang diberikan kepada prajurit dan perwira menengah SS itu lazimnya dibuat dengan aksara gaya kaligrafi Fraktur. Pengecualian terjadi buat para perwira tinggi SS dan dua unit SS khusus.
“Blutgruppentätowierung tidak berlaku bagi prajurit pindahan dari Wehrmacht atau satuan Allgemeine-SS karena memang tidak bertempur. Satuan Waffen-SS lain yang tidak mendapatkannya adalah Britische Freie Korps karena permintaan dari anggotanya sehingga dikecualikan. (Diizinkan) berhubung mereka penting sebagai alat propaganda,” sambung penulis buku 1000+ Fakta Nazi Jerman itu.
Untuk satuan-satuan sukarelawan Waffen-SS non-Jerman, tato itu lazimnya diberikan ketika mereka selesai melakoni pelatihan singkat. Namun menjelang akhir perang, kebiasaan pemberian tato mulai tidak diwajibkan bagi rekrutan baru. Fakta ini diperkuat dari hasil pemeriksaan pasukan SS yang diinterogasi intelijen Amerika Serikat di kamp tawanan Sekutu di Devizes pada November 1944, misalnya.
“Laporan analisis interogasi tawanan perang SS menyimpulkan bahwa praktik universal tato personil SS dilakukan saat pemeriksaan medis di kamp latihan SS. Tawanan perang mengklaim bahwa mereka tidak mungkin menolak tato itu. Beberapa di antara mereka tidak diberikan tato sebelum pecah perang. Dari 102 tawanan, 22 tidak memiliki tato golongan darah,” tulis pejabat investigasi Eli Rosenbaum dan Neal M. Sher dalam In the Matter of Josef Mengele.
Baca juga: Josef Mengele Dokter Keji Nazi
Namun, dalam kenyataannya tato golongan darah di masa perang tidak hanya ditemukan di lengan kiri prajurit SS. Para prajurit Wehrmacht yang dirawat di rumahsakit militer SS lazimnya kemudian juga diberikan tato golongan darah. Bedanya, bentuk hurufnya sekadar huruf latin biasa, bukan huruf Fraktur sebagaimana yang dimiliki prajurit Waffen-SS.
Pasca-kapitulasi Jerman kepada Sekutu, tato golongan darah itu dijadikan patokan oleh pasukan Sekutu atau pemburu Nazi lain untuk mengidentifikasi para eks-pasukan SS yang menyamar dengan seragam militer reguler atau pakaian sipil. Penyamaran para eks-SS dilakukan untuk menghindari diri dari mempertanggungjawabkan kejahatan perang yang mereka lakukan.
“Seperti yang terjadi pada 9 Juni 1945, otoritas militer Ceko mengumpulkan 8.000 orang Jerman di stadion di Chomutov. Mereka ditelanjangi untuk menginspeksi Blutgruppentätowierung. Siapapun yang memiliki tato itu akan dipisahkan dari kerumunan dan dipukuli sampai mati dengan tongkat kayu dan besi di depan semua orang,” singkap Peter C. Brown dalam The Forgotten German Genocide: Revenge Cleansing in Eastern Europe, 1945-50.
Hal yang sama dilakoni pasukan Sekutu yang menawan banyak personil militer Jerman di akhir perang. Mereka yang ketahuan sebagai eks-pasukan SS lazimnya disiksa sebelum diajukan ke persidangan kejahatan perang. Hanya sedikit dari mereka yang lolos setelah menghapus tato dengan beragam cara.
“Seorang prajurit Divisi ke-13 SS ‘Handschar’ yang tak disebutkan namanya mengatakan: ‘Saat ditahan di kamp tawanan perang di Tamsweg, saya bertemu Sturmbannführer (setara mayor) Liecke dari divisi kami. Dia membawa kami menemui dokter SS dari Divisi ke-14 yang memberi kami tablet-tablet hidrogen untuk menghapus tato golongan darah. Kami hancurkan dan oleskan tablet itu ke lengan. Walau rasanya sangat gatal, tato itu bisa hilang dalam dua-tiga hari dan kami lolos dari inspeksi para penjaga kamp’,” tandas George Lepre dalam Himmler’s Bosnian Division: The Waffen-SS Handschar Division, 1943-1945.
Baca juga: Empat Senjata Jerman yang Mengubah Dunia