Masuk Daftar
My Getplus

Barisan Pangeran di Pasukan Perang Hitler

Tak sedikit pangeran monarki Jerman mempertahankan eksistensinya dengan angkat senjata. Salah satunya suami Ratu Juliana.

Oleh: Randy Wirayudha | 25 Mei 2023
Kanselir Adolf Hitler menemui Putra Mahkota Pangeran Wilhelm pada tahun 1933 (Bundesarchiv)

KOTA Valenciennes di Prancis Utara mestinya sudah tak lagi jadi medan pertempuran pada 26 Mei 1940. Sisa-sisa pasukan Prancis sudah kocar-kacir keluar dari kota. Namun ketika barisan Resimen ke-1 Divisi Infantri ke-1 Angkatan Darat (AD) sebagai pasukan cadangan memasuki kota, beberapa prajuritnya masih jadi korban. Salah satunya Pangeran Wilhelm, cucu kesayangan Kaisar Jerman dan Prussia, Wilhelm II.

Pangeran Wilhelm yang ketika itu sudah berpangkat oberleutnant (setara letnan satu) turut memimpin kompinya di Resimen ke-1 masuk ke kota Valenciennes atas perintah Generalleutnant Philip Kleffel. Rupanya masih terdapat sisa pasukan Prancis hingga terjadi baku tembak. Sang pangeran pun kena tembak.

Para prajurit pun buru-buru membawanya ke bangsal medis dan kemudian ke rumahsakit darurat di Nivelles, Belgia. Nahas, nyawanya tak tertolong dan mengembuskan nafas terakhir di usia 33 tahun.

Advertising
Advertising

Baca juga: Serbuan Blitzkrieg ke Prancis

Segenap anggota monarki kekaisaran yang terasing di Doorn, Belanda, segera dilanda berduka. Termasuk Kaiser Wilhelm II. Maklum, sebagai putra tertua Putra Mahkota Wilhelm, Oberleutnant Pangeran Wilhelm merupakan penerus takhta kaisar garis kedua setelah ayahnya yang berpotensi meneruskan takhta Kekaisaran Dinasti Hohenzollern.

Menurut Charlotte Zeepvat dalam Queen Victoria’s Family: A Century of Photographs, jenazah Pangeran Wilhelm lantas dibawa ke Postdam, tempat para anggota kekaisaran menggelar upacara pemakaman di Gereja Friedenskriche. Ia  kemudian dikebumikan di pemakaman keluarga kekaisaran di Taman Sanssouci pada 29 Mei 1940. Sebanyak 50 ribu orang –terbesar selama rezim Nazi Jerman– menghadiri upacara itu.

Pangeran Wilhelm (kanan) bersama kakek (tengah) dan ayahnya pada tahun 1927 (Bundesarchiv)

Tetapi hal itu mengusik Adolf Hitler. Simpati publik pada monarki jelas jadi ancaman pemerintahannya. Akibatnya ia sampai mengeluarkan Prinzenerlaß atau “Dekrit Pangeran” di akhir Mei 1940. Dekritnya berisi larangan bertugas di medan perang bagi semua anggota kerajaan dari berbagai dinasti yang ada.

“Prinzenerlaß atau dekrit pangeran untuk membatasi peran para pangeran. Rezim Nazi sedikit demi sedikit ingin memarjinalisasi para pangeran yang membahayakan dan ini baru langkah pertama,” tulis Jonathan Petropoulos dalam Royals and the Reich: The Princes von Hessen in Nazi Germany.

Yang Bertahan dan Yang Membelot

Pangeran Wilhelm bukan anggota kerajaan bertitel pangeran pertama yang tewas di Perang Dunia II. Sebelumnya, cucu Kaisar Wilhelm II lainnya, yakni Pangeran Oskar Jr., juga tewas saat Jerman menginvasi Polandia pada 16 September 1939.

“Cucu Kaiser (Wilhelm II) tewas dalam pertempuran. Pangeran Oskar Jr. dari Kekaisaran Prusia berusia 24 tahun tewas saat memimpin kompinya dalam ofensif di Polandia,” tulis suratkabar The New York Times, 17 September 1939.

Pangeran Oskar Jr. merupakan putra dari Pangeran Oskar yang merupakan anak kelima Kaisar Wilhelm II. Di hari tewasnya, Pangeran Oskar sudah menyandang pangkat letnan di Resimen Infantri ke-51 dari Divisi Infantri ke-18, Korps ke-9 AD Jerman pimpinan General der Artillerie Emil Leeb.

Baca juga: Konflik Keluarga dalam Perang Dunia

Dalam Perang Dunia II setidaknya ada delapan pangeran dari Dinasti Hohenzollern di kemiliteran Jerman. Selain Pangeran Wilhelm dan Pangeran Oskar, ada pula Pangeran Louis Ferdinand, Pangeran ‘Fritz’ Friedrich, Pangeran Hubertus, Pangeran Wilhelm-Victor, dan Pangeran Karl-Franz-Joseph.

Pangeran Hubertus merupakan kakak dari Pangeran Wilhelm. Sejak 1934 ia sudah jadi perwira di Resimen ke-8 dan turut serta dalam invasi ke Polandia sebagai kru kendaraan lapis baja. Tetapi pasca-kematian adiknya, ia terkena imbas Prinzenerlaß. Ia kemudian ditarik dari garis depan dan diberhentikan dengan hormat.

Pangeran Hubertus (bawah, duduk) bersama para saudaranya, Pangeran Wilhelm; Pangeran Louis Ferdinand, dan Pangeran Friedrich di masa kecil (Verlag NPG)

Setali tiga uang dengan nasib Pangeran Friedrich dan Pangeran Franz Joseph yang ikut angkat senjata di kesatuan Schutzstaffel (SS/Paramiliter Nazi Jerman). Hitler makin gencar menyisihkan para anggota kekaisaran, terutama yang berasal dari lingkaran dalam Dinasti Hohenzollern setelah kematian Kaisar Wilhelm II pada 9 Juni 1941.

Saat Wilhelm II wafat, sambung Petropoulos, Hitler berniat memimpin pemakamannya dengan upacara kenegaraan di Postdam. Namun istri mendiang kaisar, Permaisuri Viktoria Luise, menolaknya hingga membuat Hitler menyimpan dendam. Langkah perhitungannya, Hitler membatasi jumlah pelayat dan memerintahkan semua media Jerman tak meliput pemakamannya.

“Dia (Hitler, red.) ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk berjalan di belakang peti mati kaisar di hadapan publik Jerman dan dunia, demi menunjukkan bahwa dirinya adalah suksesor yang sah,” kata Permaisuri Viktoria Luise dikutip Petropoulos.

Dampaknya, beberapa pangeran lain dari dinasti kerajaan berbeda berangsur-angsur ikut terkena imbas Prinzenerlaß dalam kurun 1941-1944. Di antaranya Pangeran Welf Heinrich dari monarki Hannover dan Pangeran Christoph dari Kerajaan Hesse.

Baca juga: Ratu Elizabeth II yang Dihujat dan Dicinta

Pangeran Christoph merupakan putra kelima dari Pangeran Frederick Charles dari Dinasti Hessel-Kassel. Ia juga masih saudara ipar Pangeran Philip yang kelak jadi suami Ratu Elizabeth II.

Namun yang utama jadi perhatian Hitler adalah Pangeran Christoph, masih keponakan mendiang Kaisar Wilhelm II. Karier kemiliteran Pangeran Christoph bermula dari kesatuan SS. Ia mencapai pangkat oberführer (mayor) meski kemudian ia beralih jadi pilot di kesatuan Jadgeschwader 53 Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman) pada 1942.

“Kenapa Welfie (Pangeran Welf Heinrich) harus meninggalkan AD? Saya sangat kecewa dan marah karena sejak tanggal 22 (November 1941) tidak boleh terbang lagi. Bayangkan perasaan saya yang sudah terbang ke daerah musuh sampai 18 kali. Lalu tiba-tiba ada telefon dari (Panglima Luftwaffe, Hermann) Goering di Berlin untuk melarang saya!” tulis Pangeran Christoph dalam suratnya kepada istrinya, Putri Sophie, dikutip Petropoulos.

Pangeran Philipp (kiri) dan Pangeran Christoph dari Dinasti Hesse (Almanach de Gotha)

Beruntung ia bisa minta bantuan kakaknya yang jadi anggota aktif Partai Nazi, Pangeran Philipp. Pangeran Philipp menemui Hitler untuk bicara soal dekritnya.

“Pada 21 Februari (1942) saya akhirnya bisa bertemu dan bicara langsung dengan Hitler di markas besar. Dia mengatakan, ‘saudara-saudara Anda bisa jadi perwira kapan saja tapi saya harus menolak masuknya anak-anak kekaisaran yang secara verbal maupun tindakannya menentang saya atau negara Nasional Sosialis’,” kata Pangeran Philipp dikutip Petropoulos.

Pangeran Christoph pun bisa kembali bertugas. Namun kemudian pada 7 Oktober 1943 dalam invasi Sekutu ke Italia, pesawat angkut Siebel 104 yang diterbangkannya diserang Sekutu dan jatuh di Pegunungan Apenina. Pangeran Christoph tewas dan dikuburkan di lokasi jatuhnya pesawat.

Baca juga: Putra Mahkota yang Terbuang

Hitler menepati janjinya. Pada akhirnya hanya beberapa anggota kerajaan yang diawasi ketat oleh Gestapo (Polisi Rahasia Nazi) yang ia larang kiprahnya di medan perang. Sisanya dianggap loyal kepada Nazi meski tetap berharap dipilih Hitler jadi suksesor takhta kekaisaran tetap bertahan. Di antaranya, Pangeran Alexander Ferdinand yang bertugas di Korps Sinyal Luftwaffe, Pangeran August Wilhelm di kesatuan SS, lalu Pangeran Josias dari Dinasti Waldeck dan Pyrmont yang menjadi salah satu ajudan Panglima SS Reichsführer Heinrich Himmler.

Beberapa yang lain harus menemui ajal akibat terjangan peluru musuh. Antara lain Pangeran Wilhelm dari Dinasti Hesse, kapten di pasukan SS yang tewas di Gor, front timur dan Pangeran Hubertus dari Dinasti Saxe-Coburg dan Gotha, oberleutnant Luftwaffe. Keduanya tewas pada medio 1943. Sedangkan Pangeran Gottfried dari Dinasti Hohenlohe-Langenburg ditarik dari front timur dan dipecat lantaran dicurigai terlibat Plot Juli 1944 –sebuah upaya pembunuhan terhadap Hitler pimpinan Kolonel Claus von Stauffenberg pada 20 Juli 1944.

Pangeran Bernhard yang mempersunting Putri Juliana pada Januari 1937 (nationaalarchief.nl)

Namun dari banyak pangeran yang memilih bertahan, kasus berbeda dijalani Pangeran Bernhard Jr. dari Dinasti Lippe-Biesterfeld. Putra Pangeran Bernhard dari Lippe kelahiran Jena, Jerman, pada 29 Juni 1911 itu di kemudian hari menjadi suami Ratu Juliana yang memerintah Belanda periode 1948-1980.

Masa lalu kelam Pangeran Bernhard itu sempat menggegerkan publik sehabis rilisnya tesis Annejet van der Zijl yang dibukukan, Bernhard, een verbogen geschiedenis (2010). Riset Van der Zijl jadi pengungkapan baru terlepas Pangeran Bernhard menyanggah ia pernah menjadi seorang Nazi.

“Mungkin (Pangeran) Bernhard merasa dia bukan mantan Nazi, meskki pada faktanya tentu saja dia mantan Nazi,” ungkap Van der Zijl, dikutip Nederlandse Omroep Stichting, 8 Maret 2010.

Baca juga: Sengkarut Pohon Keluarga Hitler

Van der Zijl mengungkapkan bahwa Pangeran Bernhard mulanya jadi anggota Partai Nazi dan kemudian saat jadi mahasiswa di Humboldt Universität, masuk satuan Paramiliter SA (Sturmabteilung) pada medio 1934. Pun dengan adiknya, Pangeran Aschwin. Ia ikut berkarier di AD Jerman.

Usai SA direorganisasi menjadi SS, Pangeran Bernhard beralih ke kesatuan berkuda Reiter-SS sekaligus merangkap karier di Pabrik IG Farben. Itu artinya Pangeran Bernhard statusnya masih anggota Nazi ketika pertamakali pertemu Putri Juliana di Olimpiade Musim Dingin 1936 dan ketika mempersunting Putri Juliana pada 1937.

“Tetapi tidak semua orang senang dengan pernikahan Bernhard dengan calon ratu Belanda. Hitler dan Menteri Propaganda Joseph Goebbels punya pandangan miring tentang Pangeran Bernhard dan pemerintah Belanda. Dalam buku hariannya, Goebbels mengejek Bernhard sebagai sosok pengecut dan tak punya karakter karena dianggap begitu mudah menjaga jarak dengan rasa kebanggaannya sebagai orang Jerman,” tulis Barbara Henkes dalam Negotiating Racial Politics in the Family: Transnational Histories Touched by National Socialism and Apartheid.

Pangeran Bernhard dengan seragam RAF pada tahun 1942 (Bibliothèque et Archives Canada)

Pada medio 1939, Pangeran Bernhard sudah memperlihatkan pembelotannya, utamanya semenjak pindah ke Belanda. Invasi Jerman ke Belanda dan Belgia pada Mei 1940 lantas memperkuat pendiriannya untuk beralih pihak.

“Pada awal Oktober 1939, Bernhard menerima peringatan dari teman-temannya di Jerman bahwa Hitler berencana menginvasi Belanda dan Belgia dengan segera. Dia kemudian melaporkannya ke pemerintah Belanda dan staf umum (militer), serta menyampaikan pesan serupa kepada Raja Leopold (Belgia),” ungkap Alden Hatch dalam Bernhard, Prince of the Netherlands.

Baca juga: Marsekal Jenius itu Bernama Erich von Manstein

Benar saja. Ketika Jerman mulai menginvasi Belanda, Pangeran Bernhard mengungsikan Putri Juliana dan anak-anaknya ke Kanada. Bernhard sendiri menemani Ratu Wilhelmina menjalani pemerintahan pengasingan di London.

Melalui rekomendasi Raja George VI dan Perdana Menteri Winston Churchill, Pangeran Bernhard dilibatkan dalam perencanaan-perencanaan intelijen di Kementerian Perang Inggris. Bernhard bahkan diberi pangkat kehormatan letnan kolonel udara setelah mendapat pelatihan 1.000 jam terbang di Skadron Udara ke-322 RAF (AU Inggris) yang berisi pilot-pilot Belanda. Jelang pembebasan Belanda oleh Sekutu, Pangeran Bernhard dipromosikan sebagai komodor udara sekaligus menjadi panglima Tentara Belanda untuk menerima penyerahan Jerman di Wageningen, 5 Mei 1945.

Pangeran Bernhard (kanan) bersama Marsekal Bernard Montgomery jelang "Operasi Market Garden" (Imperial War Museum)

TAG

perang-dunia perang dunia ii hitler nazi nazi jerman jerman-nazi

ARTIKEL TERKAIT

Mata Hari di Jawa Roland Garros Pahlawan di Udara Mendarat di Arena Tenis Ada Rolls-Royce di Medan Laga Pangeran Bernhard, dari Partai Nazi hingga Panglima Belanda Kisah Putri Bangsawan India Jadi Mata-mata Inggris (Bagian II) Kisah Putri Bangsawan India Jadi Mata-mata Inggris (Bagian I) Cerita Tak Biasa Mata-mata Nazi Nasib Tragis Sophie Scholl di Bawah Pisau Guillotine JJ Nortier Kabur dari Nazi ke Front Pasifik Merpati Terbang untuk Perang