Masuk Daftar
My Getplus

Riwayat Pedangdut Nyentrik Jhonny Iskandar

Alunan dangdut jenaka dari Jhonny Iskandar yang nyentrik akan selalu dirindukan.

Oleh: Randy Wirayudha | 10 Mei 2024
Pedangdut Jhonny Iskandar yang wafat pada usia 64 tahun (Tangkapan Layar Youtube JHONY ISKANDAR OFFICIAL)

AWAN duka menyelimuti dunia musik dangdut Indonesia seiring kabar wafatnya pedangdut legendaris Jhonny Iskandar. Pedangdut nyentrik yang berkarya sejak 1970-an itu menghembuskan nafas terakhir pada Jumat (10/5/2024) pagi di usia 64 tahun.

Pihak keluarga menyebut mendiang Jhonny Iskandar meninggal karena sakit. Selama ini, eks-vokalis kelompok musik Orkes Moral Pengantar Minum Racun (OM PMR) itu memiliki riwayat penyakit diabetes.

Dalam belantika musik dangdut, kepopuleran Jhonny Iskandar tak hanya dilambungkan oleh penampilannya yang slebor dan eksentrik tapi juga karena musikalitasnya. Namanya bersama OM PMR kian melambung lewat sejumlah hits yang populer di era 1980-an. Karya-karyanya didengarkan maupun dimainkan segala lapisan masyarakat, di antaranya “Judul-judulan”, “Secangkir Kopi”, dan “Bukan Pengemis Cinta”.

Advertising
Advertising

“Jhonny Iskandar penyanyi slebor. Secara visual dia sangat unik. Rambutnya gondrong, keriwil, dan memakai kacamata tanpa kaca alias bingkainya saja. Vokalnya melengking, agak cempreng, dan menyanyikan lirik-lirik yang kocak,” tulis komika cum eks-jurnalis musik Soleh Solihun dalam bukunya, Majelis Tidak Alim.

Baca juga: Elvis Menyanyi Dangdut

Jhonny Iskandar lahir di Kepulauan Masalembu, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur pada 20 Oktober 1959. Menurut Ardhie Raditya dalam Karakter Orang Madura: Pergulatan Budaya Lokal, Global, dan Subkultural, Jhonny Iskandar adalah salah satu ikon mengangkat reputasi Sumenep sebagai kota dangdut Madura seiring meredupnya keroncong pada 1970-an.

“Madura salah satu daerah surplus seni musik yang seringkali menyita perhatian peneliti luar. Bouvier (Hélène Bouvier, La Musique et les Arts du Spectacle dans le district de Sumenep, 1989, red.) mengungkapkan bahwa Sumenep tergolong daerah paling kaya musik tradisional dan bentuk seni pentasnya. Artis-artis nasional di industri musik dangdut berangsur-angsur berdatangan dari Madura Timur, Sumenep, dan menjadi idola baru menyamai popularitas Rhoma Irama, beberapa di antaranya Imam S. Arifin, Jhonny Iskandar dan Yus Yunus,” ungkap Ardhie.

Jhonny Iskandar yang terkadang menggunakan nama panggung “Jhonny Madumatikutu” itu mengasah bakatnya semasa jadi santri di Pesantren Zainul Hasan (Zaha) Genggong asuhan KH. Hasan Saifourridzall di Pajarakan, Probolinggo. Menukil wawancaranya dengan NU Online, 21 Juli 2013, Jhonny Iskandar mengasah kemampuannya saat membaca burdah atau syair shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sepanjang mondok kurun 1973-1977 di Pesantren Zaha Genggong itu Jhonny Iskandar menyalurkan hobinya di grup Hijir Marawis Genggong.

“Kalau sedang baca burdah, pokoknya yang paling ramai itu karena bacaan burdah saya dangdutan,” ujar Jhonny Iskandar.

Baca juga: Senandung Orkes Gambus

Selepas mondok, Jhonny Iskandar hijrah dan ikut mendirikan OM PMR pada 1977. Grup orkes dangdut jenaka itu berada di bawah asuhan grup lawak Warkop DKI (Dono, Kasino, Indro) sebagai salah satu homeband-nya hingga 1986. Pelawak Kasino pula yang mengusulkan nama-nama personelnya berbau India agar lebih menarik perhatian: Jhonny Madumathikutu (vokalis), Adjie Cetti Bahadursyah (perkusi), Boedi Padukone (gitar), Harry Muka Kapoor (kendang), Yuri Mahippal (mandolin), dan Imma Maranaan (bass).

“Kami dari tahun ’77 sampai 1986 ikut Warkop. Jhonny sendiri asuhan Warkop itu pernah tidak aktif. Keluar-masuklah, istilahnya. Setelah tahun 1988, dia menyatakan diri sebagai Jhonny Iskandar bukan Jhonny Madumatikutu,” ujar Budi saat diwawancara CNN, 22 Mei 2018.

Pada 1988, Jhonny Iskandar memutuskan bersolo karier. Dia bereuni pada 2013, membuat Orkes PMR melejit lagi pada 2014-2015 dengan merilis album berisi lagu-lagu parodi nan jenaka.

“Tahun 2014 saya bisa menyaksikan langsung penampilan PMR dan Jhonny Iskandar secara fisik masih saja seperti dulu. Tidak berubah. Awet muda. Tapi sekarang bingkai kacamatanya sudah ada kacanya. Sebelum anak-anak gaul (saat ini) memakai bingkai kacamata tanpa kaca, Jhonny Iskandar sudah melakukannya di tahun ’80-an,” sambung Soleh.

Akan tetapi karena masalah klasik terkait komparasi bayaran manggung, Jhonny Iskandar ‘cabut’ lagi dari Orkes PMR. Jhonny Iskandar selebihnya acap muncul kembali sebagai solois sampai akhir hayatnya.

Baca juga: Duel God Bless vs Soneta Group

TAG

dangdut musisi obituari penyanyi musik

ARTIKEL TERKAIT

Berkah Ditolak Jadi Tentara Rahayu Effendi Pernah Susah di Awal Karier Yok Koeswoyo Bicara Sukarno Yok Koeswoyo yang Tinggal dari Koes Plus Moonlight Sonata dan Kisah Cinta Tak Sampai Ludwig van Beethoven Muslim Penting dalam Musik Pop Memori Manis Johan Neeskens Kisah di Balik Alat Musik Kesayangan Squidward Sebelum Ahmad Albar Sukses di Indonesia Yang Dikenang tentang Sven-Göran Eriksson