VESTA Oral Stoudt merupakan satu di antara jutaan wanita Amerika Serikat yang berkontribusi pada upaya perang dengan bekerja di industri pertahanan atau pabrik komersial untuk menggantikan para pria yang sedang berperang. Meningkatnya semangat patriotisme penduduk Negeri Paman Sam seiring dengan masuknya Amerika ke dalam pusaran Perang Dunia II membuat para pria di negara itu berbondong-bondong mendaftarkan diri ke dinas militer untuk menjadi prajurit, dua di antaranya adalah putra Stoudt yang bertugas di angkatan laut.
Stoudt bekerja di Green River Ordnance Plant dekat Dixon, Illinois, di mana ia bertugas mengemas kotak-kotak peluru yang akan digunakan di medan perang. Setiap kotak disegel dengan pita perekat yang menjulur di atas kotak. Sebelum dikirim ke palagan, kotak-kotak itu lebih dahulu dicelupkan ke dalam lilin untuk menjaga agar peluru yang berada di dalamnya tidak lembab karena kebocoran atau kerusakan pita perekat. Nantinya setelah tiba di lapangan, seorang tentara dapat membuka kotak itu dengan memegang pita perekat dan menariknya untuk membuka segel lilin.
Baca juga:
Namun, menurut Tish Davidson dan Scott Davidson dalam From War Room to Living Room: Everyday Innovations from the Military, setelah bertugas selama beberapa waktu Vesta Stoudt menyadari bahwa pita perekat yang digunakan untuk menjaga agar peluru-peluru di dalam kotak tetap aman tidak terlalu baik kualitasnya. Hal ini membuatnya khawatir.
“Jika pita perekat sobek di tengah perang, prajurit harus membuka kotak itu dengan kuku atau pisau. Ia khawatir bahwa ketika pita perekat itu rusak, waktu ekstra yang diperlukan untuk membuka kotak tersebut bisa menjadi pembeda antara hidup dan mati bagi seorang prajurit yang ditembaki,” tulis Tish Davidson dan Scott Davidson.
Stoudt kemudian menyampaikan kekhawatirannya tentang pita perekat yang lemah itu kepada atasannya dan menyarankan agar kotak-kotak tersebut disegel dengan sebuah strip berbahan kain yang lebih kuat sehingga kecil kemungkinannya untuk rusak. Tak berhenti di situ, wanita kelahiran Prophetstown, Illinois, 13 April 1891 itu juga menyampaikan kelemahan pita perekat yang digunakan pabriknya dan memberikan solusi untuk mengatasinya kepada pengawas pemerintah di pabrik. Sayangnya mereka mengatakan kepada Stoudt bahwa pemerintah lebih tahu apa yang harus dilakukan dan kemungkinan besar tidak tertarik untuk mengganti pita perekat yang kini telah digunakan.
Penolakan yang diterima Stoudt tak mematahkan semangatnya. Hal ini justru membuatnya tergerak untuk langsung menghubungi Presiden ke-32 Amerika Serikat, Franklin Delano Roosevelt. Ibu delapan anak itu menulis surat kepada sang presiden pada 10 Februari 1943 untuk menyampaikan gagasannya mengenai pita perekat dari strip kain yang lebih kuat dan aman untuk digunakan.
Dalam suratnya, Stoudt meyakinkan Roosevelt bahwa pita perekat baru itu memiliki kualitas yang lebih baik. Tak hanya membuat perlengkapan perang yang ada di dalam kotak tetap aman selama proses pendistribusian menuju medan pertempuran, kotak yang disegel dengan pita perekat kain yang kuat itu juga dapat dibuka dengan cepat dan andal.
Baca juga:
Pahlawan Berbulu di Perang Dunia II
“Agar semakin meyakinkan, Stoudt bahkan menyertakan gambar dalam suratnya untuk memperjelas apa yang dia usulkan. Wanita itu juga menjelaskan bahwa ia telah menyampaikan gagasannya kepada inspektur pemerintah di pabrik persenjataan yang beranggapan bahwa idenya mungkin akan berhasil, tetapi mereka mengatakan kepadanya bahwa pemerintah tidak akan tertarik untuk mengganti pita perekat,” tulis Tish dan Scott.
Berbanding terbalik dengan respon yang diterimanya di pabrik, Presiden Roosevelt justru menganggap ide yang disampaikan Stoudt sangat bernilai dan dapat membantu prajurit AS untuk memenangkan pertempuran di lapangan. Berdasarkan hal tersebut, sang presiden meneruskan ide Stoudt ke Departemen Persenjataan Dewan Produksi Perang. Seperti halnya Presiden Roosevelt, orang-orang di Departemen Persenjataan juga terkesan dengan ide Stoudt. Mereka kemudian mengirimkan pesan balasan kepada wanita itu yang berisi tentang persetujuan dan rencana untuk mengembangkan serta memproduksi pita perekat baru.
Seperti apa yang disampaikan Depertemen Persenjataan kepada Vesta Stoudt, proses pengembangan dan produksi pita perekat baru itu pun segera dilakukan. Warod Changpradith menulis dalam “Adhesive Tape”, termuat di Technical Innovation in American History: An Encyclopedia of Science and Technology, bahwa divisi Revolite dari Johnson & Johnson Company menciptakan duct tape atau lakban.
“Selama Perang Dunia II, para tentara membutuhkan lakban tahan air yang tahan lama dan berguna untuk perbaikan. Oleh karena itu, Johnson & Johnson melapisi gulungan pita perekat mereka dengan polietilen,” tulis Changpradith.
Namun, alih-alih dikenal dengan sebutan duct tape, Tish Davidson dan Scott Davidson menyebut bahwa lakban yang marak digunakan di masa Perang Dunia itu lebih dikenal dengan nama duck tape. “Nama ini kemungkinan besar berasal dari kata Belanda doek, yang merupakan jenis kain atau mungkin karena tahan air seperti bebek. Pita perekat ini baru dikenal sebagai duct tape setelah perang. Para tentara segera menemukan bahwa pita perekat atau lakban memiliki banyak kegunaan. Selain tahan air, lakban juga dapat memperbaiki hampir semua hal,” jelas keduanya.
Baca juga:
Keponakan Hitler Melawan Jerman
Oleh karena itu ketika para tentara kembali ke kehidupan sipil, mereka menemukan kegunaan baru untuk lakban, yakni perbaikan rumah tangga. Meningkatnya popularitas lakban di luar militer bahkan membuat warna pita perekat ini berevolusi, dari hijau tentara menjadi silver. Menurut Michael S. Kramer dalam Believe It Or Not, dalam kehidupan sehari-hari lakban marak digunakan untuk menyegel dan menghubungkan saluran AC dan pemanas. Akibatnya, nama lakban pun berubah dari duck tape menjadi duct tape. Akan tetapi, pita perekat ini sering menjadi rapuh ketika dipanaskan, dan kadang-kadang terbakar sehingga tidak lagi direkomendasikan untuk digunakan pada saluran pemanas.
Pada akhirnya, pita perekat yang digagas Vesta Stoudt semasa Perang Dunia II tak hanya bermanfaat bagi kebutuhan perang dan militer tetapi juga menjadi perlengkapan pokok untuk perbaikan rumah dalam kehidupan sehari-hari. Berkat idenya yang sangat berharga dan kontribusinya di masa perang itu pula Vesta Stoudt menerima penghargaan Chicago Tribune's War Worker Award di tahun 1944. Stoudt tutup usia di umur 75 tahun pada 9 Mei 1966, setelah menderita sakit yang berkepanjangan.