Keponakan Hitler Melawan Jerman
Alih-alih membantu, putra saudara tiri pemimpin Nazi Jerman Adolf Hitler ini justru bergabung dengan Angkata Laut AS di masa Perang Dunia II.”
New York, Maret 1944, sejumlah calon prajurit bersiap untuk mengikuti pelatihan angkatan bersenjata Amerika Serikat di tengah Perang Dunia II. Namun sebelum memulai pelatihan, para calon prajurit itu lebih dahulu dipanggil untuk didata dan mendapat informasi mengenai penampatan tugas.
Satu per satu nama calon prajurit dipanggil, hingga sampailah pada satu nama yang hingga kini terus menarik perhatian karena keterkaitannya dengan salah satu diktator paling tersohor di dunia yakni Adolf Hitler, pemimpin Nazi Jerman yang kerap disebut sang Führer. Ia adalah William Patrick Hitler, putra Alois Jr –kakak tiri Adolf Hitler- dengan istrinya yang berdarah Irlandia bernama Brigid Dowling.
Jurnalis David Gardner yang melakukan investigasi mengenai keluarga Hitler menulis dalam The Hitler Bloodline: Undercovering the Fuhrer’s Secret Family bahwa Alois bertemu dengan Bridget di Dublin pada awal abad ke-20. Tak butuh waktu lama hingga keduanya menjalin hubungan dekat. Dalam sebuah manuskrip yang ditemukan Gardner di New York Public Library disebutkan kala itu Alois mengatakan kepada keluarga Brigid bahwa kehadirannya di Dublin dalam rangka urusan bisnis. Ia mengaku pekerjaannya berkaitan dengan “bisnis hotel” dan sedang melakukan tur Eropa untuk mempelajari industri ini di Inggris, Prancis, dan Belgia.
“Namun, ketika ayah Brigid mengetahui bahwa Alois sebenarnya adalah seorang pelayan yang bekerja di Sherbourne Hotel di Dublin, ia memerintahkan putrinya untuk memutuskan hubungan. Karena harus memilih antara kekasih dan keluarganya, Brigid memilih kawin lari ke London untuk menikah meskipun ayahnya mengancam akan menangkap menantu barunya yang tidak diinginkan itu karena melakukan penculikan,” tulis Gardner.
Baca juga:
Tak lama setelah Alois dan Brigid menikah, putra mereka lahir di Liverpool pada 12 Maret 1911. Bayi laki-laki itu kemudian diberi nama William Patrick Hitler. Brigid memilih memanggil putranya dengan nama Patrick atau Pat karena nama tersebut berbau Irlandia, sementara Alois menganggap “William” terdengar seperti nama orang Jerman dan bersikeras memanggilnya “Willy”.
Hidup sebagai pasangan muda yang jauh dari sanak keluarga tak dapat dibilang mudah. Pasangan ini harus mencari cara untuk dapat bertahan hidup, terlebih keduanya kini telah memiliki anak. Sejumlah usaha dirintis Alois untuk mendapatkan pundi-pundi uang, tetapi hampir semua pekerjaan yang dilakukannya tak dapat dikatakan sukses. Kegagalan bisnis yang berkali-kali dialaminya itu pula yang kemudian mendorong Alois untuk mencoba peruntungan di Jerman.
Joseph Howard Tyson menulis dalam The Surreal Reich bahwa pada bulan Mei 1914, Alois kembali ke Jerman tanpa Brigid dan William untuk memulai usaha baru, yaitu berjualan pisau cukur. Tak berselang lama dari kepergian Alois, Perang Dunia I pecah di Eropa yang mengakibatkan sulitnya menjalin komunikasi jarak jauh. Bertahun-tahun tanpa kabar, Brigid mendapat informasi bahwa suaminya telah menikah lagi dengan seorang perempuan Jerman pada tahun 1916. Dari pernikahan tersebut, Alois dikaruniai seorang putra bernama Heinz.
“Polisi Jerman menangkap Alois atas tuduhan Bigami pada tahun 1924, tetapi membatalkan kasus tersebut ketika istrinya yang berasal dari Irlandia, Bridget, menolak untuk menuntut sang suami,” tulis Tyson.
Setelah peristiwa itu Brigid membesarkan putranya seorang diri di Inggris hingga beberapa tahun kemudian karena kondisi keuangan yang sulit, ia mencoba menghubungi suaminya kembali. Komunikasi itu berujung pada perjalanan William ke Jerman. Menurut Giles Milton dalam When Hitler Took Cocaine and Lenin Lost His Brain: History’s Unknown Chapters, dua kali William pergi ke Jerman untuk menemui sang ayah dan keluarganya. Perjalanan pertama terjadi secara singkat pada tahun 1929 dan empat tahun kemudian William kembali ke Jerman untuk tinggal lebih lama. Pada saat itu, ia berharap untuk mendapatkan keuntungan dari posisi pamannya sebagai Kanselir Jerman.
Pada mulanya Hitler memberinya pekerjaan sementara di sebuah bank. Beberapa waktu kemudian, sang Fuhrer memberinya pekerjaan di Opel Automobile Works, yang ironisnya tak disukai oleh William. Berulang kali William memohon kepada pamannya agar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, tetapi Hitler menolak untuk membantu keponakannya lebih jauh.
“William menjalankan tugasnya sebagai pekerja di sebuah perusahaan mobil. Akan tetapi, ia segera ‘ditarik’ dari pekerjaannya atas perintah Hitler karena dituduh mencoba menjual mobil untuk keuntungannya sendiri,” tulis Milton.
Baca juga:
Hidup sebagai anggota keluarga Hitler di Jerman tak seperti yang dibayangkan William. Alih-alih mendapatkan keuntungan untuk menopang hidupnya dan sang ibu di Inggris, William justru harus menutupi hubungan keluarga di antara dirinya dengan Adolf Hitler dari hadapan publik. Sebuah peristiwa yang tak akan dilupakan William terjadi pada tahun 1934. Kala itu ia bersama dengan beberapa orang lainnya ditangkap oleh Gestapo dan dijebloskan ke penjara. Hal ini dilakukan karena ada kecurigaan akan terjadinya pemberontakan yang diinisiasi oleh Kapten Ernst Roehm. William mungkin tidak terlibat dalam rencana penggulingan Hitler, namun belakangnya yang sama dengan sang Fuhrer justru membuatnya dituduh sebagai penipu.
Selama proses penangkapan dan penahanan itulah William meminta petugas untuk menghubungi pamannya maupun orang-orang kepercayaan Hitler sebagai bukti bahwa ia adalah Sang Fuhrer. Namun hal itu tidak berhasil, hingga akhirnya William dibebaskan karena campur tangan dari Konsulat Inggris, mengingat kewarganegaraan William adalah Inggris. Rasa kecewa yang ada di dalam diri William pada akhirnya membuat ia memutuskan untuk meninggalkan Jerman dan kembali ke Inggris pada tahun 1939. Di tahun yang sama, seiring dengan meningkatnya sentimen negatif terhadap Hitler di Inggris, William yang kesulitan untuk mendapat pekerjaan memutuskan untuk pergi ke Amerika Serikat bersama ibunya.
Ketika Perang Dunia II pecah di Eropa, William memulai tur ceramah di Amerika, di mana ia mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap sang paman dan mengecam kebijakannya. Tak lama setelah AS terlibat dalam perang, William menulis surat kepada Presiden Franklin Delano Roosevelt untuk meminta izin bergabung dengan angkatan bersenjata AS.
“Surat tersebut dikirim ke FBI, yang kemudian mengizinkannya untuk bergabung. Menurut sebuah surat kabar, petugas perekrutnya mengatakan: ‘Senang bertemu dengan Anda Hitler. Nama saya Hess’,” tulis Milton.
Sementara itu menurut Gardner, setelah diizinkan bergabung dengan angkatan bersenjata Amerika, William dilantik sebagai salah satu prajurit yang bertugas di Angkatan Laut AS pada tahun 1944. Ia selanjutnya ditempatkan di stasiun pelatihan di bagian utara New York, tenggara Texas, dan Davisville, Rhode Island, sebelum akhirnya ditempatkan di Korps Medis Angkatan Laut.
“Dua tahun kemudian, saat surat kabar tidak memuat berita apapun tentang William Patrick, dia diberhentikan dengan hormat dari pangkalan angkatan laut di Newport, Rhode Island dengan penghargaan American Campaign Medal dan Second World War Victory Medal. Dia mengatakan kepada sekelompok wartawan yang sedang menunggu bahwa ia berharap untuk menjadi warga negara Amerika dan dia berencana untuk mengganti namanya dan menjalani kehidupan yang tenang dan biasa,” tulis Gardner.
Setelah Perang Dunia II berakhir, William menghapus nama Hitler dan mengubahnya menjadi William Patrick Stuart Houston. Memutuskan untuk hidup jauh dari sorotan publik, William menikahi Phyllis Jean-Jacques yang memberinya empat anak laki-laki dan mendirikan laboratorium diagnostik yang berspesialisasi dalam pengujian darah. William meninggal pada 14 Juli 1987 dan dimakamkan di Pemakaman Holy Sepulchre, Coram, New York.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar