Sejak remaja, Chand Parwez Servia (61) ikut membantu kakaknya yang jadi pengusaha bioskop di kota kelahirannya, Tasikmalaya. Ketika duduk di bangku kuliah, kakaknya mempercayakan sebuah bioskop di Cirebon kepadanya. Pada masa itulah, pria berdarah Pakistan ini belajar negosiasi dengan produser sekaligus mempelajari cara kerja produser film.
Kegiatan Chand Parwez di bisnis film mulai dikenal luas ketika dia ikut mendirikan Festival Film Bandung, yang kemudian dilarang pemerintah Orde Baru. Agar festival film itu tetap berjalan, dia mengubah nama kegiatan menjadi Forum Film Bandung. Tahun 1995, dia mendirikan rumah produksi Starvision.
Sampai sekarang, rumah produksinya telah memproduksi puluhan film, sinetron, dan acara televisi. Beberapa film di antaranya box office dan meraih penghargaan bergengsi.
Baca juga: Hamka dan Patung Nabi Muhammad
Ditemui dalam diskusi Hari Film Nasional di Museum Nasional, kepada Historia.id, Chand Parwez berbagi cerita kekagumannya pada Buya Hamka, seorang ulama, sastrawan, sejarawan, dan politisi.
Abdul Malik Karim Amrullah, atau lebih dikenal dengan Buya Hamka, lahir di Desa Kampung Molek, Maninjau, Sumatra Barat, pada 17 Februari 1908. Namanya diabadikan Muhammadiyah sebagai Universitas Hamka. Dia pun masuk dalam daftar Pahlawan Nasional Indonesia. Lewat karyanya Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, nama Hamka melambung sebagai sastrawan.
Bagaimana Hamka menjadi sosok yang inspiratif untuk anda?
Dia mengajarkan kehidupan, menjadi sosok muslim yang tepat, rahmatan lil ‘alamin. Dia ahli agama, budayawan, dan juga orang yang rendah hati, sangat positif dan dalam banyak hal dia dedikasikan hidupnya untuk kepentingan umat.
Sejak kapan anda mengidolakan Hamka?
Dari dulu. Sudah lama dia menjadi tokoh favorit saya.
Pelajaran apa yang bisa dipetik untuk kehidupan masa sekarang?
Tokoh seperti dialah yang kita nantikan di era sekarang. Dia bisa hidup dalam keberagaman kita, pluralisme, dengan sangat baik.
Bagaimana cara anda mewujudkan kekaguman itu?
Saya mau buat filmnya. Alhamdulillah saya bisa menjadikan sosoknya sebagai tokoh dalam film biopic. (Film Buya Hamka diperankan Vino G. Bastian diproduksi tahun 2020).
Apa yang diharapkan dengan menampilkan sosok Buya Hamka dalam film?
Kata-kata, ungkapan yang dikatakan Buya, menjadi pesan positif. Orang mengenalnya dari karyanya dan buku-bukunya juga difilmkan. Ucapan-ucapannya menjadi materi sosial media. Tapi dia secara real seperti apa? Nah, menurut saya beliau adalah seorang panutan.
Apa yang paling anda ingat dari sosok Buya Hamka?
Banyak. Dia adalah sosok ulama yang bersahaja. Itu luar biasa. Karyanya yang saya sangat suka adalah Tafsir Al-Azhar. Kadang membaca Al-Qur'an sulit kalau cuma membaca artinya. Di situ Anda bisa menemukan banyak hal.