Indonesia memiliki banyak sekolah atau kampus seni di berbagai daerah yang sudah berdiri sejak lama. Banyak alumnusnya mewarnai sejarah seni Indonesia. Salah satunya Azmir Azhari, seniman patung realis, kelahiran 1953 di Payakumbuh, Sumatera Barat. Pria yang memiliki puluhan kucing ini dikenal karena patung-patung figur tokoh terkenal seperti Jenderal Soedirman di Purbalingga hingga patung Taufik Kiemas.
Azmir tertarik dengan dunia seni sejak kecil. “Saya sejak SD sudah suka melukis, hingga kalau melihat gundukan tanah liat saya bikin patung, hingga lulus SMA tahun 1973 saya kuliah di ASRI di Yogyakarta sekarang namanya ISI, Awalnya saya ambil jurusan seni Lukis,” katanya.
Ada satu hal yang mengubah jalan hidup Azmir dari melukis menjadi pematung. Pertemuannya dengan Edhi Sunarso, dosennya sekaligus pematung yang membuat monumen Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.
Baca juga: Makanan Jiwa dari Sang Pematung Edhi Sunarso
“Saat itu saya melukis di depan kampus seni patung karena banyak objek-objek yang menarik, ternyata saat itu saya diperhatikan oleh Empu Ageng Edhi Sunarso, pematung legendaris kesayangan Bung Karno, lalu beliau melihat sketsa saya dan mengatakan 'wah ini cocoknya seni patung ini' dan sejak itu saya pindah ke jurusan seni patung," lanjut Azmir.
Baca juga: Sukarno Ingin Patung Terbang kepada Edhi Sunarso
Azmir Azhari pun bulat memutuskan menjadi pematung. Berbekal bakat dan pengalaman bekerja bersama Edhi Sunarso, capaian Azmir pun melesat. Berbagai patung beragam bentuk dan ukuran dikerjakannya.
Baca juga: Patung Pancoran Edhi Sunarso Terpengaruh Pematung India
“Ya tentu saja berbagai patung berkesannya, salah satunya adalah patung Jenderal Soedirman di Purbalingga, namun sayang bahannya kurang baik karena dana dari pemda minim, lalu ada juga patung Pesut Mahakam di Samarinda, patung Knalpot, patung Lempar Cakram, serta patung Dokter Goeteng yang semuanya juga ada di kota Purbalingga,” kata Azmir.
Meski dedikasinya pada karya sudah sepenuh hati, apresiasi yang dia terima masih jauh dari kata pantas. Azmir pun masih jauh dari kata cukup. Bahkan, dia sudah berpindah tempat tinggal hingga dua kali. Keadaan ini tambah berat dengan pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai. Hal itu berimbas pada berbagai proyek karya patungnya yang urung rampung hingga kini, salah satunya adalah patung almarhum Didi Kempot.
“Ya untuk saat ini terpaksa saya hentikan dulu patung Didi Kempot karena berbagai hal dan pandemi yang belum selesai. Tapi suatu saat saya berharap patung ini bisa berdiri tegak sebagai penghargaan atas jasanya bagi musik Indonesia," kata pria yang sempat mempunyai galeri di Pasar Seni Ancol ini.
Baca juga: Didi Kempot, Makin Tua Makin Ambyar
Walau kini kehidupan Azmir belum membaik, ada hal yang tetap bisa menjadi pembelajaran bagi para seniman muda di masa kini, yaitu semangat dan energi dalam berkarya dalam kondisi sesulit apapun. Menjelang Hari Seni Sedunia pada 15 April mendatang Azmir pun memberikan nasihat kepada para anak muda yang ingin menekuni bidang seni.
“Ya jadikanlah karya seni patung kita sebagai misi kebudayaan yang bukan hanya mempunyai estetika tapi juga makna yang mendalam, karena seni adalah realita kehidupan sesungguhnya,” tutupnya.
Baca juga: Balada Patung Buruh Tani Pertama di Salatiga