Mengulas Bung Karno dari berbagai segi tak akan ada habisnya. Pemikiran dan gagasannya masih hidup hingga saat ini. Salah satunya tentang pembangunan kota. Pria kelahiran 6 Juni ini punya andil besar atas berdirinya bangunan dan monumen di Jakarta sehingga kota ini memiliki identitas tersendiri. Berikut adalah beberapa bangunan dan monumen yang lahir dari ide Bung Karno.
Monumen Nasional (Monas)
Dibangun pada 1960-an, Monas menjadi lambang perjuangan rakyat Indonesia dalam merengkuh kemerdekan dari para penjajah. Tidak mudah untuk membangun monumen setinggi 132 Meter ini. Perlu waktu hingga 14 tahun lamanya. Selain itu, dalam prosesnya Sukarno tidak menemukan karya yang sesuai dalam sayembara pembabgunan tugu monas sehingga beliau menunjuk langsung Friedrich Silaban dan R.M. Soedarsono sebagai arsitek monumen yang di atasnya dilapisi emas tersebut. Hingga kini Monas menjadi salah satu objek wisata populer di Jakarta.
Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) dan Hotel Indonesia
Dua bangunan untuk gelaran Asian Games edisi keempat, 1962. Hotel Indonesia diresmikan pada 5 Agustus 1962. Hotel ini menjadi hotel bintang lima pertama di Indonesia saat itu. Sedangkan SUGBK dibangun untuk memenuhi persyaratan Federasi Asian Games yang menunjuk Jakarta sebagai tuan rumah Asian Games. Salah satu syaratnya adalah ketersediaan kompleks olahraga. Dengan latar belakang keilmuan teknik sipil, ambisi dan selera yang tinggi, Sukarno akhirnya terjun langsung. Mulai dari pemilihan tempat sampai perancangan dua bangunan yang hingga kini masih berdiri tegak itu.
Wisma Nusantara
Terletak tidak jauh dari Hotel Indonesia, bangunan ini lahir karena keinginan Sukarno untuk membangun gedung pencakar langit pertama di Indonesia. Dalam perjalanannya, bangunan setinggi 100 meter tersebut mengalami berbagai gejolak. Salah satunya adalah sempat mangkraknya pembangunan gedung tersebut karena kehabisan dana akibat penurunan nilai rupiah pada masa 1960-an. Wisma Nusantara rampung pada 1972. Bangunan ini sempat menyandang sebagai gedung tertinggi di Asia Tenggara hingga 1983.
Patung Dirgantara dan Pembebasan Irian Barat
Dua patung yang bertekstur kasar dan keras karya pematung legendaris Edhi Sunarso. Cerita patung Dirgantara dimulai pada 1965. Sukarno meminta Edhi membuat patung untuk mengenang jasa para penerbang Indonesia. Edhi pun merealisasikan pesanan Bung Karno dengan membuat patung setinggi 11 meter tersebut dan diletakan di daerah Pancoran.
Sedangkan patung Pembebasan Irian Barat lahir karena Sukarno menganggap bahwa patung J.P. Coen, Gubernur VOC, yang lebih dulu ada di Lapangan Banteng adalah simbol warisan kolonial yang tidak sesuai dengan negeri ini. Itulah mengapa Bung Karno berinisiatif menggantinya dengan patung yang menjadi simbol para pejuang Trikora dan masyarakat Irian Barat yang memilih menjadi bagian dari Republik Indonesia. Hingga hari ini kemegahan Patung Dirgantara dan Pembebasan Irian Barat masih bisa dinikmati.
Masjid Istiqlal
Tempat ibadah yang berada di tengah kota Jakarta ini merupakan salah satu bangunan buah pemikiran Bung Karno. Friedrich Silaban ditunjuk menjadi arsitek masjid yang mulai dibangun pada 1961 tersebut. Walau sempat ada polemik karena Silaban adalah seorang Nasrani, namun itu tak sampai menghambat pembangunan Istiqlal. Kolaborasi Bung Karno dan Silaban inilah yang akhirnya membuat Jakarta mempunyai tempat ibadah yang begitu besar dan bergaya modern hingga saat ini.