Masuk Daftar
My Getplus

Jejak Bung Karno di Jakarta

Walaupun sudah lama wafat, namun gagasan Bung Karno tetap hidup. Deretan bangunan dan monumen inilah buktinya.

Oleh: Fernando Randy | 13 Jun 2021
Deretan bangunan dan monumen di Jakarta yang ada berkat pemikiran dan gagasan Bung Karno. (Fernando Randy/Historia.id).

Mengulas Bung Karno dari berbagai segi tak akan ada habisnya. Pemikiran dan gagasannya masih hidup hingga saat ini. Salah satunya tentang pembangunan kota. Pria kelahiran 6 Juni ini punya andil besar atas berdirinya bangunan dan monumen di Jakarta sehingga kota ini memiliki identitas tersendiri. Berikut adalah beberapa bangunan dan monumen yang lahir dari ide Bung Karno.

Monumen Nasional yang terletak di pusat kota Jakarta. (Fernando Randy/Historia.id).

Monumen Nasional (Monas)

Dibangun pada 1960-an, Monas menjadi lambang perjuangan rakyat Indonesia dalam merengkuh kemerdekan dari para penjajah. Tidak mudah untuk membangun monumen setinggi 132 Meter ini. Perlu waktu hingga 14 tahun lamanya. Selain itu, dalam prosesnya Sukarno tidak menemukan karya yang sesuai dalam sayembara pembabgunan tugu monas sehingga beliau menunjuk langsung  Friedrich Silaban dan R.M. Soedarsono sebagai arsitek monumen yang di atasnya dilapisi emas tersebut. Hingga kini Monas menjadi salah satu objek wisata populer di Jakarta.

Advertising
Advertising
Monas yang kini menjadi salah satu tempat wisata di Jakarta. (Fernando Randy/Historia.id).
Seorang pengunjung saat melihat kemegahan Monas. (Fernando Randy/Historia.id).

Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) dan Hotel Indonesia

Dua bangunan untuk gelaran Asian Games edisi keempat, 1962. Hotel Indonesia diresmikan pada 5 Agustus 1962. Hotel ini menjadi hotel bintang lima pertama di Indonesia saat itu. Sedangkan SUGBK dibangun untuk memenuhi persyaratan Federasi Asian Games yang menunjuk Jakarta sebagai tuan rumah Asian Games. Salah satu syaratnya adalah ketersediaan kompleks olahraga. Dengan latar belakang keilmuan teknik sipil, ambisi dan selera yang tinggi, Sukarno akhirnya terjun langsung. Mulai dari pemilihan tempat sampai perancangan dua bangunan yang hingga kini masih berdiri tegak itu.

 

Suasana di Stadion Utama Gelora Bung Karno saat pertandingan Liga Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Tim Persija Jakarta saat merayakan gelar juara Piala Presiden di SUGBK. (Fernando Randy/Historia.id).
SUGBK saat menyelenggarakan pembukaan Asian Games 2018. (Fernando Randy/Historia.id).
Suasana di sekitar Hotel Indonesia saat malam hari. (Fernando Randy/Historia.id).
Hotel Indonesia yang merupakan hotel bintang lima pertama di Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).

Wisma Nusantara

Terletak tidak jauh dari Hotel Indonesia, bangunan ini lahir karena keinginan Sukarno untuk membangun gedung pencakar langit pertama di Indonesia. Dalam perjalanannya, bangunan setinggi 100 meter tersebut mengalami berbagai gejolak. Salah satunya adalah sempat mangkraknya pembangunan gedung tersebut karena kehabisan dana akibat penurunan nilai rupiah pada masa 1960-an. Wisma Nusantara rampung pada 1972. Bangunan ini sempat menyandang sebagai gedung tertinggi di Asia Tenggara hingga 1983.

Wisma Nusantara yang masih berdiri tegak di Jakarta hingga kini. (Fernando Randy/Historia.id).

Patung Dirgantara dan Pembebasan Irian Barat

Dua patung yang bertekstur kasar dan keras karya pematung legendaris Edhi Sunarso. Cerita patung Dirgantara dimulai pada 1965. Sukarno meminta Edhi membuat patung untuk mengenang jasa para penerbang Indonesia. Edhi pun merealisasikan pesanan Bung Karno dengan membuat patung setinggi 11 meter tersebut dan diletakan di daerah Pancoran.

Sedangkan patung Pembebasan Irian Barat lahir karena Sukarno menganggap bahwa patung J.P. Coen, Gubernur VOC, yang lebih dulu ada di Lapangan Banteng adalah simbol warisan kolonial yang tidak sesuai dengan negeri ini. Itulah mengapa Bung Karno berinisiatif menggantinya dengan patung yang menjadi simbol para pejuang Trikora dan masyarakat Irian Barat yang memilih menjadi bagian dari Republik Indonesia. Hingga hari ini kemegahan Patung Dirgantara dan Pembebasan Irian Barat masih bisa dinikmati.

Patung Dirgantara di kawasan Pancoran Jakarta. (Fernando Randy/Historia.id).
Patung Dirgantara yang tampak kokoh di Jakarta. (Fernando Randy/Historia.id).
Suasana di sekitara pancoran dan Patung Dirgantara yang berdiri tegak hingga sekarang. (Fernando Randy/Historia.id).
Patung Pembebasan Irian Barat yang terletak di pusat kota Jakarta. (Fernando Randy/Historia.id).
Perintah dari Bung Karno yang terpampang di Lapangan Banteng Jakarta. (Fernando Randy/Historia.id).
Patung Pembebasan Irian Barat yang terletak di pusat kota Jakarta. (Fernando Randy/Historia.id).

Masjid Istiqlal

Tempat ibadah yang berada di tengah kota Jakarta ini merupakan salah satu bangunan buah pemikiran Bung Karno. Friedrich Silaban ditunjuk menjadi arsitek masjid yang mulai dibangun pada 1961 tersebut. Walau sempat ada polemik karena Silaban adalah seorang Nasrani, namun itu tak sampai menghambat pembangunan Istiqlal. Kolaborasi Bung Karno dan Silaban inilah yang akhirnya membuat Jakarta mempunyai tempat ibadah yang begitu besar dan bergaya modern hingga saat ini.

 

Masjid Istiqlal yang beberapa waktu lalu direnovasi agar tampak lebih indah. (Fernando Randy/Historia.id).
Suasana di dalam Masjid Istiqlal yang beberapa waktu lalu direnovasi agar tampak lebih indah. (Fernando Randy/Historia.id).
Masjid Istiqlal yang beberapa waktu lalu direnovasi agar tampak lebih indah. (Fernando Randy/Historia.id).
Seorang pengunjung saat berkunjung ke Masjid Istiqlal beberapa waktu. (Fernando Randy/Historia.id).

 

TAG

fotografi sukarno jakarta

ARTIKEL TERKAIT

Sejak Kapan Orang Tersenyum saat Difoto? Evolusi Angkatan Perang Indonesia Bung Karno dan Jenderal S. Parman Penggila Wayang Pergeseran Kekuasaan dari Sukarno ke Soeharto Melalui TAP MPRS 33/1967 Nawaksara Ditolak, Terbit TAP MPRS XXXIII/1967 Pertemuan Presiden Sukarno dan Paus Yohanes XXIII di Vatikan Bung Karno dan Takhta Suci Vatikan Rumah Proklamasi Pak Azis, Tukang Cukur Bung Karno Gambir Berdarah dan Kudatuli sebagai Tonggak Awal Reformasi