Sebelum vaksinnya ditemukan, penyakit cacar amat mematikan. Daya mematikannya makin bertambah karena virusnya mudah menyebar. Wabah cacar pun menjadi teror mengerikan bagi penduduk. Kengerian inilah yang dimanfaatkan para komandan perang untuk melemahkan pasukan lawan.
Pada awal abad ke-14, tentara Tartar melempari musuhnya dengan mayat penderita cacar untuk melemahkan lawan. Praktik ini jadi salah satu contoh penggunaan cacar sebagai senjata biologis untuk membunuh sebagian besar populasi.
Dalam “Smallpox: a Disease and a Weapon”, fisikawan Rusia Dr. Ken Alibek menyebut cacar dijadikan senjata biologis dalam perang antara Prancis dan Inggris di Amerika Utara (kini Kanada) pada 1754-1767. Sebagian penduduk Indian di Amerika Utara berada di pihak Prancis. Banyaknya pasukan dari pihak Prancis membuat Inggris putar otak untuk mencari siasat.
Baca juga: Mula Cacar Menyebar
Dalam laporan kepada atasannya Colonel Hendry Bouquet di Markas Philadelphia, pemimpin Fort Pitt Kapten Inggris Simeon Ecuyer menyatakan keadaan Inggris di Amerika Utara terdesak. Rumahsakit di Fort Pitt sedang sibuk menangani kasus cacar. Sementara, benteng di Fort Pitt berhasil diduduki pribumi (Indian) dan Prancis.
Bouquet kemudian meneruskan laporan ini ke Sir Jeffery Amherst, panglima pasukan Inggris di Amerika Utara. Amherst yang berdarah dingin langsung membalas surat itu. “Apakah ada kemungkinan untuk menyebarkan cacarnya ke orang-orang Indian? Dalam situasi ini kita harus menggunakan segala strategi untuk melemahkan mereka,” kata Amherst dalam suratnya, dikutip History.com.
“Bagaimanapun, saya akan menjaga diri sendiri supaya tidak tertular,” balas Bouquet dalam suratnya, menyanggupi perintah Amherst.
Para serdadu Inggris lalu ditugaskan mendistribusikan selimut bekas penderita cacar dari rumahsakit ke penduduk Amerika. Cacar pun mewabah. Orang Amerika yang tidak pernah bersinggungan dengan cacar, tidak punya imunitas. Epidemi ini membunuh setengah dari populasi.
Baca juga: Kala Black Death Hampir Memusnahkan Eropa
Cacar juga digunakan sebagai senjata selama Perang Revolusi Amerika pada 1775-1783. Selama musim dingin 1775, tentara Amerika berusaha membebaskan Quebec dari pengaruh Inggris. Setelah berhasil merebut Montreal, usaha ini hampir berhasil. Namun pada Desember 1775, pempimpin pasukan Inggris mengirim warga yang terkena cacar untuk menulari pasukan Amerika. Cara ini berhasil membunuh 10 ribu orang Amerika. Wabahnya menimbulkan kekacauan.
Ancaman cacar sebagai senjata biologis baru bisa diredam ketika dokter Inggris Edward Jenner menemukan vaksin cacar pada Mei 1796. Jenner menemukan seorang pemerah susu bernama Sarah Nelms yang terserang cacar sapi. Sarah punya bintil-bintil cacar sapi di tangan dan lengannya. Ketika merawat Sarah, Jenner mengambil kesempatan untuk menguji teorinya.
Jenner mengambil nanah cacar sapi di lengan sarah dan memindahkannya (inokulasi) ke tubuh James Phipps, anak tukang kebunnya yang baru berumur delapan tahun. James lalu mengalami demam ringan dan bintil-bintil di sekitar area yang diberi nanah cacar sapi. Namun setelah beberapa hari, anak itu pulih. Dua bulan kemudian, Jenner kembali menginokulasi James pada kedua lengan dengan bahan dari cacar. Teorinya terbukti, James tidak merasakan efek apa pun. Anak itu sudah kebal terhadap cacar.
Baca juga: Langkah Gencar Menanggulangi Cacar
Dalam “Smallpox as Biological Weapon”, Donald A Handerson, dokter yang melakukan kampanye internasional pemberantasan cacar bersama rekan-rekannya, menyebut Uni-Soviet berusaha mengolah virus cacar selama 1930-an. Dengan melakukan serangkaian percobaan, pada 1980-an pemerintah Uni Soviet mencanangkan program produksi virus cacar dalam skala besar. Mereka berencana membuat bom cacar atau misil balistik antarbenua. Program ini tidak berhasil karena kekurangan dana.
Pertentangan pada penggunaan cacar sebagai senjata biologis muncuat pada 1967. WHO pada 1980 menyarankan agar seluruh negara berhenti mengembangkan virus cacar. WHO kemudian merekomendasikan agar seluruh virus dihancurkan pada Juni 1999. Negara yang meneliti cacar sebagai senjata biologis diminta menyerahkan seluruh sampel virus cacar ke WHO atau mengirimnya ke lembaga yang ditunjuk, seperti Institute of Virus Preparation Laboratories di Moskow, Rusia atau Centers for Disease Control and Prevention di Atlanta, Amerika Serikat.