Masuk Daftar
My Getplus

Rebutan Foto Pemimpin KAA, Dua Wartawan Hampir Baku Pukul

Demi mendapat foto Presiden Sukarno dan Perdana Menteri Zhou Enlai, dua wartawan asal Amerika Serikat dan Tiongkok nyaris baku hantam.

Oleh: Aryono | 24 Apr 2015
Fotografer berebut tempat untuk mengambil gambar pada KAA 1955.

MOMENTUM bersejarah seperti KAA adalah peristiwa berharga bagi jurufoto mana pun. Kehilangan momentum dapat berarti kehilangan kesempatan mengabadikan sejarah dalam lembaran foto yang mereka bikin.

Tak aneh jika para pewarta foto sampai harus berdesakan dan saling berebut untuk mendapatkan posisi terbaiknya saat memotret para delegasi KAA di Bandung, 18 April 1955. Terlebih ketika pemimpin perhelatan akbar bangsa Asia Afrika itu adalah Presiden Sukarno dan Perdana Menteri Tiongkok Zhou Enlai.

Kedatangan Sukarno selalu dinanti para pekerja media. Seperti diberitakan oleh majalah Berita KAA, no 3 April 1955, demi mendapat gambar terbaik, dua pewarta foto hampir saja terlibat baku pukul.

Advertising
Advertising

Ceritanya bermula ketika seorang pewarta foto dari Republik Rakyat Tiongkok tak terima kena sikut seorang fotograper Amerika. Wartawan yang tak diketahui namanya itu sedang bersiap mengambil gambar Sukarno, namun wartawan Amerika yang tubuhnya lebih besar menyenggol dan menyikutnya.

Tak terima kena sikut dan tergeser dari posisi terbaiknya, mereka pun beradu mulut bahkan nyaris saling jotos.

You know, I come from Great United States of America,” kata pewarta foto berkebangsaan Amerika yang bekerja untuk National Broadcasting Hongkong itu, berlagak sombong.

Tak ingin kejadian berlarut-larut, Mohammad Sabur, pengawal Presiden Sukarno turun tangan melerai mereka. Tak lama setelah kejadian, seorang anggota seksi penerangan KAA membisiki pewarta foto Amerika itu kalau lawannya berasal Peking, Tiongkok. Dia pun meminta maaf dan bergegas pergi.

Dua wartawan tadi merupakan bagian dari puluhan wartawan dari berbagai negara sudah tiba beberapa hari menjelang KAA. Sejak awal April 1955, untuk mempermudah urusan mereka, panitia lokal di bawah pimpinan Gubernur Jawa Barat Sanoesi Hardjadinata sudah menyediakan press room di gedung Dana Pensiun dengan dua kamar besar dan enam ruangan kecil. Sementara itu di gedung Concordia sudah disediakan ruangan pers lebih besar, lengkap dengan barnya.

Untuk keperluan pengiriman berita, Kantor Pos Telepon dan Telekomunikasi (PTT) Bandung menyediakan 20 frekuensi pesawat morse bagi kantor-kantor berita yang hadir. “Para delegasi dan wartawan akan dapat mengkawatkan 100.00-200.000 kata setiap hari dari kantor pos, telegraf dan telepon,” catat majalah Berita KAA, no 2 April 1955.

TAG

ARTIKEL TERKAIT

Serba-serbi Aturan Offside dalam Sepakbola Ayah Fariz RM Nafsu Berahi Merongrong Kamerad Stalin (Bagian I) Aksi Spionase di Balik Kematian Leon Trotsky Eks Pesindo Sukses Satu Episode Tim Garuda di Olimpiade Ibnu Sutowo dan Anak Buahnya Kibuli Wartawan Kisah Bupati Sepuh AS Kembalikan Benda Bersejarah Peninggalan Majapahit ke Indonesia Mata Hari di Jawa