Masuk Daftar
My Getplus

Museum Bahari Ditelan Api

Sebagian barang bukti perjalanan sejarah maritim negeri sirna dilahap api.

Oleh: Randy Wirayudha | 16 Jan 2018
Museum Bahari terendam air pemadaman setelah terbakar Selasa (16/1/18) pagi/Foto: Randy-Historia.

KEBAKARAN melanda Museum Bahari di Jalan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara Selasa (16/1/18) sekira pukul 8.30 pagi. Dugaan sementara, api berasal dari hubungan arus pendek atau korsleting.

Kobaran api menghanguskan bangunan dua lantai Gedung A, C, dan D. Pemadam kebakaran (Damkar) sampai mengerahkan 20 unit mobil pemadam ke lokasi. Api baru bisa dipadamkan sekira pukul 12 siang.

Akibat upaya pemadaman, bagian bawah museum jadi terendam air setinggi betis orang dewasa. Hingga tulisan ini diturunkan, petugas damkar masih melakukan penyedotan air.

Advertising
Advertising

Kebakaran menyebabkan sejumlah koleksi museum hangus. Yang terparah, koleksi di lantai 1 dan 2 Gedung A serta lantai 2 Gedung C. Menurut kepala Museum Bahari Husnison Nizar, api awalnya berkobar di sisi utara Gedung C.

“Dari pantauan saya, semua hangus terbakar di lantai 2. Tapi kita belum bisa inventarisir apa saja koleksi yang terbakar,” ujarnya di Museum Bahari.

Merujuk keterangan yang ada, lantai 1 Gedung A berisi sejumlah replika perahu. Sedangkan lantai 2 merupakan tempat beberapa diorama kemaritiman, dan lantai 2 Gedung C merupakan tempat koleksi alat-alat navigasi, maket Laut Jawa, dan miniatur-miniatur kapal laut.

“Di Gedung C itu juga ada barang-barang pameran Perang Dunia II yang 27 Februari tahun lalu dihibahkan ke kita dari Kedutaan Belanda, Amerika (Serikat), Inggris, Australia. Dihibahkan dengan syarat pameran tetap selama setahun,” kata Nizar.

Bangunan Museum Bahari mempunyai sejarah panjang dalam khasanah sejarah maritim tanah air. Dibangun secara bertahap antara 1652-1771, bangunan Museum Bahari mulanya merupakan gudang rempah VOC. (baca: Dari Gudang Rempah Jadi Gudang Sejarah) Pemerintah Hindia Belanda yang menggantikan VOC lalu menjadikan gudang itu sebagai gudang komoditas perkebunan seperti kopi, teh, dan kina asal Jawa Barat.

Pada masa pendudukan Jepang, gudang itu berubah menjadi gudang logistik balatentara Jepang. “Baju-baju bagus rakyat diambil Jepang dan disimpan di sini lalu dikirim ke Burma, Malaysia,” kata kepala Koleksi dan Perawatan Museum Bahari Isa Ansyari kepada Historia beberapa tahun lalu.

Semasa republik, bangunan itu sempat terlantar di bawah Jawatan Pos, Telegraf, dan Telepon (PTT) sebagai pemilik sebelum kembali dijadikan gudang Telkom. Gubernur Ali Sadikin lalu mengambilalih gudang tersebut pada 1976 dan menjadikannya museum.

TAG

ARTIKEL TERKAIT

Umat Advent Hari Ketujuh, Penanti Kedatangan Yesus Kedua Kali Jenderal-Jenderal dari SMP Tarutung Lika-liku Sejarah Pipa Bukan Belanda yang Kristenkan Sumatra Utara, Tetapi Jerman Antara Lenin dan Stalin (Bagian I) Situs Cagar Budaya di Banten Lama Pemusnah Frambusia yang Dikenal Dunia Perupa Pita Maha yang Karyanya Disukai Sukarno Musik Rock pada Masa Orde Lama dan Orde Baru Pasukan Kelima, Kombatan Batak dalam Pesindo