Masuk Daftar
My Getplus

Membela Kebenaran Tanpa Pamrih

Setelah kematiannya, Munir terus dikenang sebagai pemberani yang membela kaum tertindas.

Oleh: Risa Herdahita Putri | 29 Agt 2017
Budi Sutomo. (Dok. Pribadi).

Budi Sutomo menekuni kuliner sejak remaja. Dia kemudian mendalami tata boga di bangku sekolah kejuruan dan perguruan tinggi. Pengalaman kerjanya di berbagai hotel, bakery, restoran, hingga industri catering memperkaya pengetahuannya di bidang kuliner. Dia mulai dikenal setelah menjabat radaktur boga di majalah Kartini dan Sartika, food stylist beberapa produk iklan, serta konsultan bakery dan restoran. Lebih dari 50 buku tentang gizi dan kuliner yang sudah ditulis dan diterbitkannya.

Saat ini, Budi Sutomo mengasuh rubrik diet dan nutrisi di majalah Dokter Kita, redaktur majalah Sri Arum, kontributor Yahoo Kuliner, pengasuh rubrik Ask the Expert, majalah Pastry & Bakery, redaktur boga majalah TIM Taiwan, chef Nestle Indonesia, serta host acara masak di DAAI TV Indonesia.

Di balik kesibukannya dalam dunia kuliner, rupanya Budi mengidolakan sosok Munir Said Thalib, aktivis hak asasi manusia yang meninggal dunia akibat racun arsenik. Kepada Historia, Budi berbagi kekagumannya mengenai sosok itu.

Advertising
Advertising

Mengapa mengidolakan Munir?

Dia selalu membela kaum tertindas sampai akhir hidupnya. Membantu total tanpa imbalan.

Sejak kapan mengenal sosoknya?

Sejak saya kuliah tahun 1990-an. Saya tahu dari buku, majalah, dan media elektronik.

Apa yang Anda ingat dari perjuangan Munir?

Ketika dia membela kaum buruh. Contohnya kasus Marsinah dan kaum marjinal lainnya. Lalu saya paling ingat soal kasus penculikan aktivis mahasiswa yang sampai sekarang banyak yang tak kembali.

Marsinah adalah aktivis dan buruh pabrik PT Catur Putra Surya di Sidoarjo yang diculik dan ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993. Sementara penculikan aktivis terjadi dilakukan Tim Mawar bentkan Kopassus menjelang kejatuhan rezim Orde Baru, dengan 13 di antaranya belum kembali.

Bagaimana perjuangan atas kaum marjinal sepeninggal Munir?

Keberpihakan Munir dan kesediaannya membantu kaum marjinal menarik simpati. Ini justru menginspirasi banyak anak muda, bahwa hak asasi manusia harus ditegakkan. Sepeninggal beliau, saya pikir sekarang bermunculan banyak pahlawan hak asasi manusia.

Baca juga: Menolak Melupakan Munir

Perjuangan Munir juga menginspirasi Anda?

Ya. Semangat berbagi dan membela kebenaran tanpa pamrih. Juga harus menghargai hak orang lain dan tak boleh melanggar hak asasi manusia. Itu sangat menginspirasi.

Menurut Anda, apa tantangan penegakan HAM sekarang?

Terkadang nyawa taruhannya. Membela hak asasi manusia kaum marjinal pasti akan berhadapan dengan penguasa yang memiliki power.

Apa harapan Anda mengenai kasus kematian Munir?

Menolak lupa. Artinya, kebenaran harus diungkap, fakta harus ditegakkan, dan hukum tak boleh memihak. Saya berharap kasus ini akan terungkap oleh pemerintahan sekarang.

TAG

Hukum

ARTIKEL TERKAIT

Produk Hukum Kolonial Terekam dalam Arsip Menonton Eksekusi Hukuman Mati di Batavia Gubernur Jenderal VOC Dijatuhi Hukuman Mati Hukuman Kasus Pembunuhan di Masa Sultan Hamengkubuwono VI Dari Lapangan Berujung Penembakan Yap Thiam Hien Membela Soebandrio Jenderal Ibrahim Adjie Tembak Mati Perampok Jenderal Polisi Divonis Mati Mengadili Jenderal Polisi Bripda Djani Dikorbankan