Masuk Daftar
My Getplus

Juru Bahasa Soeharto Ketinggalan di Italia

Kemacetan membuat juru bahasa Presiden Soeharto ketinggalan. Penerjemah dadakan dilanda kepanikan.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 07 Agt 2019
Letkol Soeyono di belakang Presiden Soeharto dan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan di Bali. (Repro biografi Soeyono: Bukan Puntung Rokok).

Presiden Soeharto dianggap berhasil swasembada pangan. Dia pun diundang untuk berpidato dalam konferensi FAO (Badan Pangan dan Pertanian PBB) di Roma, Italia, pada 14 November 1985. Demi menjamin keamanan perjalanannya, intelijen sampai meminjam alat penangkal serangan rudal dari Israel yang dipasang dalam pesawat kepresidenan.

Dalam kesempatan itu, Soeharto menyumbangkan 100 ribu ton gabah kepada FAO untuk disalurkan kepada negara-negara yang dilanda kelaparan, terutama di Afrika.

Setelah menghadiri konferensi itu, Soeharto berkunjung ke India.

Advertising
Advertising

Baca juga: Anti Serangan Rudal Israel dalam Pesawat Kepresidenan

Letkol Soeyono, ajudan Presiden Soeharto, dalam biografinya, Bukan Puntung Rokok, menceritakan bahwa dalam perjalanan pulang dari Italia, ada kejadian yang menegangkan, yaitu ditinggalnya juru bahasa yang biasa mendampingi presiden dalam pembicaraan empat mata. Kemacetan lalu lintas membuat juru bicara itu tidak bisa mencapai pangkalan pemberangkatan tepat waktu.

Soeyono tidak menyebut nama juru bahasa itu. Namun kemungkinan besar adalah Widodo Sutiyo. Pegawai tetap di Departemen Luar Negeri itu dipindahkan ke Sekretariat Negara untuk menjadi penerjemah presiden sejak tahun 1969. Penunjukannya berawal dari menjadi juru bahasa Prancis ketika Soeharto menerima menteri dari Kamboja pada 1968.

“Pak Harto yang berdisiplin dengan waktu, memerintahkan agar meninggalkan juru bahasa tersebut di Roma, Italia,” kata Soeyono. Bila mungkin, juru bahasa itu disusulkan ke India, tempat Soeharto singgah untuk mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Rajiv Gandhi.

Widodo Sutiyo di antara Presiden Soeharto dan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher di Istana Merdeka Jakarta. (Repro otobiografi Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya). 

Dalam perjalanan menuju India, Soeharto menunjuk salah seorang pejabat Departemen Luar Negeri sebagai juru bahasa sementara. Soeyono memperhatikan betapa paniknya juru bahasa baru itu. Dia bolak-balik ke lavatory pesawat terbang karena stres.

“Padahal, di India, Soeharto dan Rajiv Gandhi berbicara empat mata,” kata Soeyono. Semua pejabat dari kedua belah pihak, termasuk juru bahasa dadakan yang panik itu, diminta berada di luar ruangan.

Dalam pengamatan Soeyono, Soeharto dan Ibu Tien fasih berbahasa Inggris, baik dalam percakapan resmi maupun pergaulan.

“Namun, dalam kesempatan berbicara diplomatik, Soeharto selalu tetap menggunakan bahasa Indonesia dan menggunakan juru bahasa,” kata Soeyono.

Baca juga: Cerita di Balik Nama-Nama Presiden

Soeyono berpendapat peran juru bahasa sangat penting bagi kepala negara guna menghindari jargon-jargon yang kurang tepat atau salah, yang bisa ditafsirkan berbeda oleh kalangan diplomatik.

“Memang terlihat hebat bila seorang presiden mampu berbahasa Inggris sehari-hari dengan para tamunya, tetapi alangkah hebatnya bila presiden bisa berkomunikasi diplomatik secara tepat,” kata Soeyono.

Oleh karena itu, Soeharto sangat mempercayai juru bahasanya: Widodo Sutiyo.

“Hubungan antara kedua orang Jawa itu ternyata dapat bertahan lama. Sampai akhir pemerintahan Soeharto, dialah juru bahasanya satu-satunya. Soeharto tidak mengizinkannya kembali ke dinas luar negeri,” tulis Francois Raillon dalam wawancara dengan Widodo Sutiyo yang termuat dalam Sadur: Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia.

Mengapa Widodo Sutiyo tak tergantikan dan selama 30 tahun menjadi juru bahasa Soeharto?

“Bukannya karena saya juru bahasa yang hebat,” kata Widodo, “tetapi yang dapat menggantikan saya tidak ada. Dan tidak ada yang peduli mencarikan pengganti.”

Setelah Soeharto berhenti, Widodo diangkat menjadi penasihat presiden. Dia kemudian ditunjuk sebagai Duta Besar untuk Takhta Suci Vatikan di Roma, Italia selama tiga tahun (2000-2003). Dia meninggal dunia pada 13 Oktober 2013.     

TAG

Soeharto

ARTIKEL TERKAIT

Ketika Kapolri Hoegeng Iman Santoso Kena Peremajaan Insiden Mobil Kepresidenan Soeharto Perdebatan Gelar Pahlawan untuk Presiden Soeharto TAP MPR Dicabut, Sejarah Makin Berkabut Pencabutan TAP MPR Membuka Lagi Wacana Gelar Pahlawan Soeharto, Begini Kata Sejarawan Merehabilitasi Soeharto dari Citra Presiden Korup Nawaksara Ditolak, Terbit TAP MPRS XXXIII/1967 Eks KNIL Tajir Soeharto Berkuasa seperti Raja Jawa Ali Moertopo “Penjilat” Soeharto