Masuk Daftar
My Getplus

Gudang Garam di Antara Beruang Merah & Paman Sam

Presidentinlinna, istana kepresidenan Finlandia yang sarat sejarah, terutama terkait Amerika dan Rusia.

Oleh: Randy Wirayudha | 22 Jul 2018
Presidentinlinna atau istana kepresidenan Finlandia yang mulanya pada awal abad 19 merupakan gudang garam (Foto: tpk.fi)

LANGIT Helsinki sedang cerah-cerahnya Senin (16/7/2018) pagi itu. Di halaman Presidentinlinna atau Istana Kepresidenan Finlandia, enam bendera berjajar. Dua bendera Amerika Serikat (AS) dan dua bendera Rusia dikibarkan berselang-seling dengan dua bendera Finlandia. Hari itu jadi awal pekan yang ditunggu-tunggu sebagian besar masyarakat politik internasional.

Di istana megah berarsitektur neo-klasik itulah pertemuan penting Donald Trump (Presiden AS) dan Vladimir Putin (Rusia) berlangsung. Pertemuan bilateral itu diharapkan jadi babak baru hubungan AS-Rusia pasca-invasi Rusia ke Semenanjung Krimea dan isu gangguan Rusia terhadap Pemilihan Presiden AS 2016.

Tentu, pertemuan itu atas restu Presiden Finlandia Sauli Niinistö. Dia pula yang menyambut keduanya di pintu utama yang datang hampir bersamaan– sekira pukul 10 pagi. Ini keempat kalinya Helsinki jadi tempat pertemuan kedua pemimpin negara besar dunia itu sejak era Perang Dingin. Presidentinlinna sendiri tiga kali kedatangan pemimpin AS dan Rusia (pertemuan pertama terjadi di Kedutaan AS di Helsinki), termasuk ketika Rusia masih di bawah panji Uni Soviet.

Advertising
Advertising

Alasan mengapa ibukota Finlandia itu acap jadi “jembatan” pertemuan AS dan Rusia, selain Finlandia negara netral selama Perang Dingin, ia juga bukan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Selain itu, jarak Finlandia tak terlalu jauh dari AS, apalagi Rusia.

Khusus pertemuan kali ini, pemilihan Helsinki juga untuk meringankan jadwal padat Putin yang sehari sebelumnya wajib hadir di laga final PialaDunia 2018. Alasan serupa juga terjadi saat pertemuan Bush-Gorbachev tahun 1990.

“Pertemuan (1990) di Helsinki dipilih juga karena dekat dari Moskva. Bush sadar betapa sibuknya Gorbachev saat itu dengan beragam urusan domestik (reformasi Soviet),” ungkap Igor Kochilov dalam Translating History: 30 Years on the Front Line Diplomacy with a Top Russian Interpreter.

Gudang Garam Disulap Jadi Istana

Usai disambut Niinistö, Trump dan Putin langsung melakukan pembicaraan empat mata di Gothic Hall, ruang bersejarah di istana yang awalnya berupa gudang itu. Presidentinlinna awalnya merupakan gudang garam yang berdiri pada awal abad ke-19. Meski catatan siapa pemilik awal gudang dan kapan ia mulai dibangun belum ditemukan, gudang di atas lahan seluas 3000 meter persegi itu dibeli saudagar bernama Henrik Heidenstrauch pada 1816.

Saudagar cum pemilik kapal dagang itu lalu menyulap gudang garam berbahan kayu itu jadi mansion. “Pehr Granstedt yang mendesainnya jadi rumah pribadi nan besar milik Heidenstrauch dengan menghadap ke Pelabuhan Selatan pada 1818. Namun pada 1837, dibeli oleh pemerintah (Grand Duchy of Finland, red.),” terang James Maurice Richards dalam 800 Years of Finnish Architecture.

Pemerintahan Grand Duchy of Finland di bawah Kekaisaran Rusia membelinya seharga 170 ribu rubel. Mansion itu lalu dijadikan istana kediaman Gubernur Jenderal Finlandia Pangeran Alexander Menshikov. Arsitek Carl Ludvig Engel dipercaya menangani perubahan itu. Di tangan Engel, rumah besar itu ditambahi bangunan sayap kanan serta lapangan besar di utara istana.

Istana juga dilengkapi aula dansa, aula makan malam, renovasi dapur, dan kapel di lantai dua. Namun, Engel tak melihat hasil akhir istana ini lantaran lebih dulu tutup usia pada 1840. Carl Alexander, putra Engel, meneruskan karya ayahnya hingga rampung pada 1845.

Laman kepresidenan Finlandia, tpk.fi, menyingkap, istana ini pertamakali kedatangan tamu agung anggota Kekaisaran Rusia pada 1851, yakni Pangeran Alexander Nikolayevich (kemudian menjadi Tsar Alexander II pada 1855). Parlemen Finlandia (di bawah Kekaisaran Rusia) juga pertamakali dibuka di istana ini pada 1863.

Interior istana kembali dipercantik sepanjang 1904-1907 oleh arsitek Johan Jacob Ahrenberg. Dia menambahkan ruang resepsi dan Ruang Tahkta (kini Aula Kenegaraan) yang dihiasi patung Psyche and Zephyr karya Walter Runeberg.

Saat Finlandia merdeka dari Rusia tahun 1917, istana itu dialihfungsikan menjadi rumahsakit militer sementara di lantai dasar dan kantor Kementerian Luar Negeri Finlandia di lantai duanya. Setelah Finlandia jadi republik, istana itu dikembalikan jadi tempat tinggal kepala negara. Sejumlah barang antik dan benda-benda seni yang tadinya disimpan di istana, dipindahkan ke Museum Nasional dan Museum Seni Ateneum.

Hanya tiga presiden yang enggan tinggal di Presidentinlinna. Risto Heikki Rity (1940-1944), Carl Gustaf Emil Mannerheim (1944-1946) tak tinggal di Presidentinlinna karena Perang Dunia II. Sementara, Urho Kaleva Kekkonen (1956-1982) tak tinggal di sana karena dia dan istrinya merasa suara lalulintas di depan istana terlalu berisik. Kekkonen memilih tinggal di vila kepresidenan di Tamminiemi.

Presidentinlinna terakhir mengalami renovasi pada 2012-2014. Renovasi itu memakan biaya 45 juta euro. “Proyeknya meliputi pemeliharaan, restorasi, dan konstruksi baru. Istana butuh direnovasi karena kondisi fondasinya memburuk dan butuh diperbaiki,” tandas Anne Puonti, juru bicara staf presiden, di laman resmi kepresidenan Finlandia.

Kini, Presidentinlinna hanya berfungsi sebagai venue acara-acara kenegaraan besar. Sejak kediaman resmi presiden Mäntyniemi rampung (1989-1993), tak ada lagi presiden yang tinggal di Presidentinlinna. Sementara, kediaman presiden sebelumnya di Tamminiemi pada 1986 dihibahkan kepada Kekkonen.

Baca juga: 

Dari Helsinki ke Helsinki
Bukber di Gedung Putih
Darah dan Air Mata Palestina
Tangan Dingin Moon Jae-in

TAG

Finlandia Presidentinlinna Istana-Kepresidenan Amerika-Serikat Rusia

ARTIKEL TERKAIT

Tanujiwa Pendiri Cipinang dan Bogor Tamatnya Armada Jepang di Filipina (Bagian II – Habis) Kisah Penemu Terkenal yang Menjadi Korban Rasisme Ketika Israel Menghantam Kapal Amerika Pukulan KO Berujung Kerusuhan di Hari Kemerdekaan Lobi Israel Menyandera Amerika? Nafsu Berahi Merongrong Kamerad Stalin (Bagian I) Problematika Hak Veto PBB dan Kritik Bung Karno Roket Rusia-Amerika Menembus Bintang-Bintang 73 Easting, Tarung Kolosal Tank di Perang Teluk