Masuk Daftar
My Getplus

Menyapa Fans Sepak Bola di Negeri Seberang

Tur lintas benua sebuah tim sepak bola bukan sekadar untuk meraup untung, namun juga menghibur fans secara langsung.

Oleh: Rahadian Rundjan | 10 Agt 2014
Alumni FC kalah telak 0-5 dari Tottenham Hotspur dan 0-4 dari Everton dalam pertandingan uji coba tur Amerika Selatan, 1909. Foto: evertoncollection.org.uk.

PULUHAN ribu pendukung tim sepak bola Juventus memadati stadion Gelora Bung Karno, 6 Agustus 2014. Mereka menyaksikan pertandingan tim kesayangannya melawan Indonesian Super League All-Star, tim gabungan dari liga sepak bola tertinggi di Indonesia. Juventus menang telak 8-1.

Sejak kompetisi amatir bergulir, klub-klub Eropa telah melakukan tur antarbenua. Tercatat Corinthians FC, klub sepak bola amatir dari Inggris melakukan tur ke Afrika Selatan pada 1897. Corinthians melaksanakan 23 pertandingan. Sekira 5000 penonton menyaksikan langsung pertandingan pertama di stadion Wanderers Ground, Johannessburg. Semua biaya tur ditanggung Asosiasi Sepak Bola Afrika Selatan (SAFA).

“Tur tersebut merupakan keberhasilan besar dan dicatat sebagai saat pertama kalinya tim Inggris bermain di luar Eropa. Corinthians memenangkan 23 pertandingan mereka, melesakkan 113 gol dan hanya kemasukan 15,” tulis J.A. Margan, “Missing men: schoolmasters and the early years of Association Football,” tercantum dalam Football: From England to the World karya Dolores P. Martinez dan Projit B. Mukharji.

Advertising
Advertising

Kepopuleran Football League, liga sepak bola profesional di Inggris, pada awal abad ke-20 berbuah untung. Asosiasi Sepak bola Inggris (FA) menerima tawaran dari Argentina dan Uruguay untuk mengirimkan klub terbaiknya dalam serangkaian tur uji coba melawan klub-klub lokal. Everton dari Divisi Pertama dan Tottenham Hotspur dari Divisi Kedua dipilih untuk berangkat ke Amerika Selatan.

Saat itu, tur lintas benua adalah perjalanan berat. Dibutuhkan waktu enam minggu di perjalanan pulang-pergi dan 20 hari menjalani serangkaian pertandingan. Dana perjalanan ditanggung asosiasi sepak bola Argentina dan Uruguay, berupa tiket kapal kelas satu dan hotel tempat pemain menginap. Kedua tim berangkat menumpang kapal RMS Aruguaya jurusan Southampton-Buenos Aires pada 14 Mei 1909.

Pada 5 Juni 1909, tak lama setelah kedua tim mendarat di Buenos Aires, Everton dan Tottenham saling beruji coba, yang akhirnya tercatat sebagai pertandingan sepakbola profesional pertama di Amerika Selatan. Pertandingan yang dihadiri oleh 10.000 penonton tersebut berakhir dengan skor imbang 2-2.

Di pertandingan selanjutnya, kedua tim memenangkan hampir semua pertandingan dengan menghibur. Namun ada juga luapan kemarahan dari suporter lokal ketika timnya, Alumni, dibantai Tottenham 5-0.

“Mereka (pemain Tottenham) dilempari batu, bahkan seorang fans menyerang pemain dengan sebuah payung,” tulis Bill Murray dalam The World’s Game: A History of Soccer.

Di Indonesia, pangsa sepakbola tidak kalah ramainya. Klub asing pertama yang datang ke Indonesia adalah Sino Malay asal Singapura pada 1951, yang disambut dengan debut timnas Indonesia dalam pertandingan yang berakhir 6-0. Tahun-tahun berikutnya tim-tim lain dari Asia dan Eropa pun berdatangan, di antaranya Aryan Gymkhana India (1952), Manila Interport Filipina (1953). G.A.K. Graz Austria (1954), dan masih banyak lagi.

Bahkan timnas Indonesia juga sempat melakukan tur Eropa Timur untuk pemanasan menghadapi Olimpiade Melbourne 1956 dengan rute Rusia, Yugoslavia, Jerman Timur, dan Cekoslovakia.

Banyak cerita dari kunjungan klub-klub asing ke Indonesia. Mulai dari euforia, suka cita sampai benturan antarbudaya sepakbola. Contohnya pada kunjungan AC Milan pada 1994. Ketika kali pertama melihat stadion Tambaksari, Surabaya yang akan menjadi tempat bertanding, Fabio Capello sang pelatih sempat terheran-heran dengan tumbuhnya pohon-pohon besar yang menutupi tribun. AC Milan menang atas Surabaya Selection 4-1, meski pemainnya kepayahan karena bermain di siang hari dengan cuaca panas; masalah yang dihadapi oleh setiap pemain tim-tim Eropa saat melawat ke Indonesia.

[pages]

TAG

ARTIKEL TERKAIT

Sentot Alibasah Prawirodirjo, Putera, Hansip Sebelum Telepon Jadi Pintar Empat Hal Tentang Sepakbola Andi Azis, Tambora, dan Hutan Nasib Pelukis Kesayangan Sukarno Setelah 1965 Meneer Belanda Pengawal Mistar Indonesia Riwayat Jackson Record Spion Wanita Nazi Dijatuhi Hukuman Mati Akhir Kisah Raja Lalim Pawang Hujan dalam Pernikahan Anak Presiden Soeharto