Masuk Daftar
My Getplus

Jatuh Bangun Sejarah Skateboard

Mengayuh, meluncur, melompat, dan jatuh gedubrak menjadi warna-warni permainan skateboard

Oleh: Jay Akbar | 29 Des 2010

SIAPA sangka jika permainan ini berawal dari keisengan belaka. Skateboard kali pertama lahir di California, Amerika Serikat, sebagai alternatif selancar air atau surfing –karenanya sering disebut sebagai “sidewalk surfing”. Bentuk pertamanya masih sederhana, terbuat dari sebilah papan kayu yang dipasangi roda di bawahnya dan tonggak kemudi di bagian depan –mirip otoped.

Dianggap terlalu mudah dan kurang menantang, permainan ini hanya mengecap popularitas sesaat. Untuk waktu cukup lama orang kembali beralih pada surfing. Tapi surfing sangat tergantung pada kondisi alam. Jika ombak lagi jelek, para peselancar hanya bisa duduk menunggu. Pada dekade 1950-an para peselancar di California yang gelisah kembali melirik skateboard. Dengan sedikit kutak-kutik mereka menciptakan selancar darat alias skateboard. Kayu kemudi dibuang. Truck, alat berbentuk “V”, dipasang; berfungsi sebagai penopang antara roda dan papan sehingga pengguna skateboard bisa bermanuver lebih bebas. Truck turut mendorong lahirnya berbagai trik dan gaya permainan skateboard.

Memasuki tahun 1959 sebuah perusahaan bernama Roller Derby Skateboard mencium aroma bisnis dari permainan ini. Untuk kali pertama, mereka menjual papan selancar ke pasaran. Melihat animo mulai tumbuh, pada 1963 Larry Stevenson menerbitkan majalah Surf Guide yang khusus menyajikan serba-serbi permainan skateboard. Melalui perusahaannya, Makaha, Stevenson juga merilis papan selancar untuk pemain profesional. Pada tahun yang sama dia membuat kompetisi skateboard pertama di Pier Avenue Junior School, Hermosa, California.

Advertising
Advertising

“Dia turut menjadi aktor yang mempromosikan skateboard,” tulis Ace dalam buku Speed and Light: Indonesian Skateboarding.

Setelah sempat populer, yang ditandai dengan berbagai kompetisi internasional, namun pada tahun 1967 pamor skateboard anjlok. “Ini disebabkan munculnya produk-produk skateboard yang kurang mengutamakan keselamatan pengguna sehingga terjadi banyak kecelakaan,” tulis Freaks Skatecore Magazine, Vol. 1 April 2003.

Papan selancar abal-abal ini menggunakan roda berbahan dasar mirip keramik yang licin dan tak bisa mencengkeram jalan. Alhasil banyak skater cidera, bahkan meninggal dunia, saat bermanuver. Parahnya, beberapa kota di Amerika mengeluarkan larangan bermain skateboard. Industri skateboard pun tersungkur. Perusahaan besar seperti Makaha merugi dan gulung tikar. Orang yang ingin bermain skateboard harus membuat papan selancar sendiri. Skateboard berada dalam fase hidup segan mati pun enggan.

Di tengah kondisi sekarat, pada 1970 Frank Nasworthy, melalui perusahaannya Cadillac Wheels, mengembangkan roda berbahan dasar urethane. Frank mengampanyekan permainan skateboard yang aman. Tak sia-sia. Perlahan namun pasti permainan ini kembali menggeliat.

Perubahan juga terjadi pada cara bermain skateboard. Jika sebelumnya orang biasa menggunakan gaya bebas, yang lebih mirip menari balet atau selancar es, pada 1978, seorang pemain skateboard bernama Alan Gelfand (biasa disapa "Ollie") membuat sebuah manuver yang memunculkan lompatan revolusioner dalam permainan skateboard. Dia menjejakkan kaki belakangnya pada ekor papan dan melompat, sehingga dirinya dan papan meluncur ke udara. Teknik ollie pun lahir –menyandang nama penemunya. Banyak trik yang muncul saat ini didasarkan pada teknik ini. Tapi secara umum, ada dua jenis aktivitas skater: street skateboard (di jalanan bebas) dan court skateboard (di arena khusus).

Perubahan besar-besaran kemudian dilakukan terhadap bahan baku dan desain papan (deck). Perusahaan-perusahaan pembuat deck memilih kayu maple yang terkenal lentur, ringan, serta tahan panas dan hujan. Ukuran yang semula 9 inci dipangkas jadi sekitar 7,5 inci. Pada awal 1980-an, Tim Puerta, salah seorang pendiri perusahaan Santa Cruz Skateboards, untuk kali pertama menambahkan desain lengkung (concave) di bagian belakang papan selancar. Di Indonesia desain itu dikenal dengan sebutan “papan ikan” (bentuknya menyerupai ikan) dan kerap dimainkan skateboarder Indonesia generasi pertama.

“Zaman dulu papannya masih papan ikan. Eranya itu sampai tahun 1990. Setelah itu akhirnya konstruksi disempurnakan lagi dengan penambahahan tail (lengkung depan pada papan),” ujar Toni Sruntul, dedengkot skater Indonesia yang kini aktif mengelola forum www.frontside180.com, kepada Majalah Historia Online.

Skateboard masuk ke Indonesia pada 1976. Saat itu belasan “anak Menteng” mulai menggilai aktivitas ekstrem ini. “Skateboard dibawa oleh orang-orang ekspatriat yang tinggal di Jakarta, mahasiswa-mahasiswa yang sekolah di sana (Amerika) juga memperkenalkan olahraga ini. Saat itu angkatannya Arya Subiakto, Didi Arifin, Ardhy Poly,” ujar Toni. “Setelah itu bermunculan komunitas-komunitas skateboard: Geng Polonia, Geng Monas, Geng Blok M Melawai, dan Geng Detroid Bandung.”

Sejak itu perkembangan skateboard menunjukkan gejala positif. Sejumlah skateshop dibuka di Jakarta. Skatepark juga dibangun. Geliat positif juga terjadi di sejumlah kota besar di Indonesia. Pihak industri tak tinggal diam, peluang ini dimanfaatkan untuk mendulang untung. Mereka membangun simbosis mutualisme dengan skater dengan menjadi sponsor: memberikan dukungan berupa produk hingga gaji. Skateboard kian bertaji ketika pada 1999 terbentuk Indonesian Skateboarding Association (ISA), sebuah organisasi induk Skateboard Indonesia.

“ISA berkontribusi dalam pengembangan informasi dan pengenalan mengenai skateboard di Indonesia. Hal ini direalisasikan melalu pelaksanaan event-event skate dan supervisi serta pembangunan sarana skateboard,” ujar Jo Charlie, salah satu arsitek di balik pembentukan ISA kepada Majalah Historia Online.

ISA tercatat sebagai bagian dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dari cabang Persatuan Olah Raga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Perserosi). Sayang, keanggotaan mereka tak menjamin datangnya dukungan pemerintah. Atlet skateboard masih kesulitan mencari tempat berlatih yang memadai. Sarana dan prasarana juga terbatas.

Tapi toh keterbatasan itu tak membuat para skater jadi cengeng. Mereka membuktikan lewat segudang prestasi. Saat ini banyak atlet skateboard Indonesia menjuarai kompetisi level internasional.

TAG

ARTIKEL TERKAIT

Menjegal Multatuli Nobar Film Terlarang di Rangkasbitung Problematika Hak Veto PBB dan Kritik Bung Karno Ibu dan Kakek Jenifer Jill Tur di Kawasan Menteng Daripada Soeharto, Ramadhan Pilih Anak Roket Rusia-Amerika Menembus Bintang-Bintang Guyonan ala Bung Karno dan Menteri Achmadi Pieter Sambo Om Ferdy Sambo Percobaan Pembunuhan Leon Trotsky, Musuh Bebuyutan Stalin