Di tengah pandemi Covid-19 masih melanda dunia, Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan menyerang Ukraina pada 24 Februari 2022. Militer Rusia menyerang berbagai tempat di Ukraina. Ledakan terdengar di mana-mana. Korban pun berjatuhan.
World War 3 atau Perang Dunia 3 menjadi trending topic. Dan Perang Dunia I (1914–1918) juga terjadi di tengah pandemi Flu Spanyol pada 1918. Bahkan, perang itu berandil besar dalam menyebarkan wabah Flu Spanyol.
Sejarawan Ravando dalam Perang Melawan Influenza: Pandemi Flu Spanyol di Indonesia Masa Kolonial, 1918–1919, menyebut bahwa pandemi Flu Spanyol terjadi ketika Perang Dunia I tengah berkecamuk. Peperangan itu sendiri menjadi salah satu alasan kuat di balik penyebaran virus influenza tersebut.
“Mobilisasi tentara dari satu tempat ke tempat lainnya membuat virus ini mampu menembus batas-batas negara, dan dalam sekejap menginfeksi penduduk dunia,” tulis Ravando yang tengah menempuh pendidikan doktoral di University of Melbourne, Australia.
Baca juga: Seabad Flu Spanyol oleh Ravando
Penyakit virus influenza ini disebut Flu Spanyol karena liputan media Spanyol yang tinggi tentang pandemi ini. Hal ini karena tidak ada sensor media di Spanyol sebagai negara netral dalam Perang Dunia I.
Flu Spanyol diyakini bermula dari Haskell County, Kansas, Amerika Serikat sekitar akhir Januari dan awal Februari 1918. Virus ini menyebar ke Camp Funston, Kansas, sekitar 300 mil dari Haskell County.
Menurut Ravando, dari Camp Funston, virus influenza menyebar dengan masif ke kamp-kamp militer lain bahkan ke luar Amerika Serikat. Hal itu tidak lepas dari begitu derasnya arus tentara yang keluar-masuk dari kamp tersebut menuju Eropa. “Mereka pun berperan sebagai carrier aktif dari virus influenza tersebut,” tulis Ravando.
Baca juga: Lambatnya Penanganan Pandemi Flu Spanyol di Hindia Belanda
Tentara ekspedisi Amerika membawa virus Flu Spanyol masuk ke Eropa melalui Brest, Prancis, yang selama Perang Dunia I menjadi tempat pendaratan utama bagi tentara Paman Sam. Dalam Perang Dunia I, Amerika bergabung dalam Blok Sekutu bersama Prancis, Inggris, Rusia, dan lain-lain, melawan Blok Sentral yang terdiri dari Jerman, Austria-Hongaria, Bulgaria, dan Turki.
Dari Prancis, wabah Flu Spanyol menjalar hingga menjangkau hampir seantero Eropa. Terhitung sejak Maret 1918, Flu Spanyol telah menyebar mulai dari Eropa Barat, Afrika Barat, Asia Selatan, hingga berbagai wilayah lainnya. “Jadi hanya butuh waktu beberapa bulan saja bagi virus tersebut untuk menjangkiti seluruh dunia,” tulis Ravando.
Baca juga: Manuskrip-manuskrip tentang Pandemi di Dunia Islam
Perang Dunia I juga berperan menyebarkan Flu Spanyol ke Asia Tenggara, misalnya ke Filipina. Mobilisasi tentara Amerika di Filipina menjadi penyebab penyebaran Flu Spanyol. Amerika banyak merekrut tentara dari Filipina dan menjadikan beberapa kawasan di Filipina sebagai lokasi latihan tentara selama Perang Dunia I. Ketika pandemi merebak di kamp-kamp militer, pemerintah kolonial di Filipina segera mengisolasi Kamp Claudio yang diyakini sebagai titik penyebaran pandemi.
“Area sepanjang radius tujuh kilometer dari Kamp Claudio pun diawasi dan dijaga dengan begitu ketat,” tulis Ravando.
Flu Spanyol masuk ke Indonesia diperkirakan pada Juni 1918. Media massa memberitakan wabah itu terkait Perang Dunia I. Misalnya, koran Sin Po, 13 Agustus 1918, mengutip kabar dari Tiongkok bahwa penyakit Flu Spanyol disebabkan oleh Perang Dunia I. Jadi, medan perang di Eropa dipercaya menyimpan jutaan meter kubik gas beracun yang berkembang menjadi beragam penyakit.
Harian Oetoesan Hindia, 19 Desember 1918, juga menduga pandemi Flu Spanyol berkaitan erat dengan Perang Dunia I: “Jutaan manusia telah menjadi korban perang tersebut, baik di darat, laut maupun udara. Bisa jadi virus dan bakteri tersebut ikut terombang-ambing di lautan luas, dan menular melalui garam yang dikonsumsi oleh seluruh umat manusia.”
Baca juga: Konflik Keluarga dalam Perang Dunia
Menurut sejarawan Alfred Crosby, sebagaimana dikutip Ravando, pandemi influenza 1918 berkontribusi mempercepat penandatanganan Treaty of Versailles yang mengakhiri Perang Dunia I. Crosby menunjukkan bahwa tidak sedikit delegasi di antara dua blok yang bertikai terjangkit oleh Flu Spanyol. Beberapa dari mereka bahkan meregang nyawa. Negosiasi perjanjian yang sebelumnya berlangsung sengit perlahan-lahan mulai melunak.
“Masing-masing delegasi jelas sudah berada pada titik lelah yang tertinggi karena negosiasi yang berlarut-larut. Ditambah lagi mereka juga jengah lantaran harus menyaksikan bagaimana orang-orang terdekat mereka meninggal dunia lantaran influenza,” tulis Ravando.
Baca juga: Alarm Perang Dunia Ketiga
Akhirnya, Treaty of Versailles ditandatangani pada 28 Juni 1919 yang secara resmi mengakhiri Perang Dunia I. Namun, pertempuran telah berhenti sejak gencatan senjata ditandatangani pada 11 November 1918.
Berakhirnya perang disambut suka cita oleh penduduk di dunia. Misalnya, pada 13 November 1918, ribuan penduduk Singapura turun ke jalan merayakan berakhirnya Perang Dunia I meskipun gelombang kedua Flu Spanyol masih merajalela di sana.
Encyclopedia Britannica mendata korban Perang Dunia I lebih dari 8,5 juta –sumber lain hampir 10 juta– tentara tewas dan lebih dari 21 juta tentara terluka. Sedangkan korban warga sipil diperkirakan mencapai 13 juta jiwa. Kematian warga sipil disebabkan oleh kelaparan, penyakit, pertempuran, dan pembantaian.
Sekitar dua pertiga kematian militer dalam Perang Dunia I terjadi dalam pertempuran. Namun demikian, penyakit termasuk pandemi Flu Spanyol dan kematian saat ditahan sebagai tawanan perang, juga menyebabkan sekitar sepertiga dari total kematian militer. Dan kematian akibat Flu Spanyol di seluruh dunia diperkirakan mencapai 21 juta jiwa.