Masuk Daftar
My Getplus

Pengabdian Orang Laut

Tanpa Suku Orang Laut, penguasa Melayu tak akan bisa menguasai pelabuhan dan perdagangan.

Oleh: Risa Herdahita Putri | 03 Des 2017
Orang Laut yang tinggal di atas perahu.

PENGUASA Melayu pada masa lalu mendapat bantuan dari Suku Orang Laut untuk menguasai pelabuhan dan mengamankan wilayahnya. Tanpa bantuan mereka, Orang Melayu terisolir.

Orang laut banyak beraktivitas dalam perdagangan. Mereka juga menjadi prajurit bagi kerajaan-kerajaan Melayu.

“Dinamika perdagangan kerajaan Melayu muncul atas bantuan armada perahu Orang Laut. Pihak kerajaan akan terisolir di pantai dan pelabuhan tanpa bisa bergerak dan beraktivitas tanpa bantuan Orang Laut,” kata Didik pradjoko, pengajar departemen sejarah FIB UI.

Advertising
Advertising

Didik menjelaskan Orang Laut dalam hal ini adalah Orang Melayu yang mendiami pesisir pantai. Hidupnya di atas sampan atau perahu. Mereka hidup nomaden di wilayah Johor, Kepulauan Riau, pantai timur Sumatra, Bangka, Belitung, Kepulauan Natuna, Kepulauan Sulu, Kalimantan Timur, Sulawesi Timur, dan Kepulauan Maluku.

“Pembagiannya meliputi, Kepulauan Mergui, Selat Malaka, Kepulauan Riau hingga Natuna, Orang Bajo di Sulu, Kalimantan Timur, Sulawesi, dan Maluku,” lanjutnya

Kondisi geografi Indonesia membuat orang Indonesia sejak lama menggunakan laut. Puncaknya sejak 7000 tahun lalu di mana permukaan air laut naik yang membuat kondisi geografi seperti sekarang.

“Artinya sebelumnya ada proses adaptasi dari orang darat menjadi orang laut,” ujar Didik.

Menurut Didik, beberapa sumber menyebutkan keberadaan Orang Laut sudah muncul antara tahun 500-800 M. Mereka sudah mengenal perdagangan maritim dengan menjual kepada pedagang-pedagang asing berupa tripang, mutiara, kerang, sagu, dan kulit kayu bakau.

Dalam laporannya, Suma Oriental, Tome Pires menjelaskan Orang Laut hidup dari mencari ikan, berburu, dan berdagang. Selain itu, mereka juga berperang membantu pangeran dari Palembang (Parameswara) menyebrang ke Tumasek, Muar dan akhirnya membangun kerajaan di Malaka.

Sementara di Kepulauan Riau, Orang Laut dikenal sebagai orang Suku Laut. Mereka seperti Orang Suku Tambus, Orang Suku Galang, Orang Suku Bulang, Orang Suku Bintan, dan Orang Suku Mepar (Lingga).

“Orang laut dikenal sebagai rakyat laut. Penduduk dari suatu kerajaan, mungkin dulu Kerajaan Riau Johor,” kata Didik.

Sejarawan Universitas of Hawaii Leonard Andaya dalam Kingdom of Johor menyebutkan Sultan Johor sebelum abad 18 M mengerahkan 5.500 pasukan yang direkrut dari orang Suku Laut. Mereka bahkan diperkuat dengan 233 kapal perang yang dipersenjatai meriam dan senapan.

Dalam memajukan perekonomian kerajaan, kapal-kapal orang Suku Laut itu bertugas mengamankan jalur pelayaran. Mereka menyerang dan menghancurkan kapal-kapal dagang yang berdagang dengan pesaing Johor. Sebaliknya, mereka melindungi kapal-kapal yang berniaga dengan Sultan Johor.

Sejak masa Kerajaan Sriwijaya, mereka juga telah dijadikan prajurit laut. Mereka dipimpin oleh seseorang yang bergelar datuk.

“Orang laut dulunya bajak laut. Ketika masa Sriwijaya menjadi prajurit. Harus dirangkul agar mereka kerjasama dengan penguasa Melayu,” ujar Didik lagi. Hingga akhir abad 18 M, Orang Laut masih mengabdi kepada kerajaan-kerajaan Melayu.

TAG

ARTIKEL TERKAIT

Sejarah Prajurit Perang Tiga Abad tanpa Pertumpahan Darah Ibnu Sutowo dan Para Panglima Jawa di Sriwijaya Mahkamah Rakyat sebagai Gerakan Moral Mencari Keadilan Serdadu Ambon Gelisah di Bandung Permina di Tangan Ibnu Sutowo Sudirman dan Bola Selintas Hubungan Iran dan Israel M Jusuf "Jalan-jalan" ke Manado Tradisi Sungkeman