Masuk Daftar
My Getplus

Musibah Kris Biantoro Seketika Berubah Hadiah

Nyaris ditembak ketika sedang bernyanyi, Kris Biantoro malah mendapatkan berkah.

Oleh: M.F. Mukthi | 31 Mei 2023
Kris Biantoro (Ilustrasi: Awaluddin Yusuf/Historia)

Kris Biantoro, penyanyi legendaris tanah air, akhirnya lega. Masa penantian yang tiada kepastian akhirnya usai. Pencanangan Trikora untuk merebut Irian Barat dari Belanda menandakan akan dimulainya perjuangan bersenjata ke pulau di ujung timur tersebut. Sebagai sukarelawan, itu artinya Kris akan diberangkatkan ke palagan. Latihan dasar kemiliteran yang selama ini diikuti pun jadi tak sia-sia.

“Kami senang bukan main karena akhirnya kami akan berangkat ke medan pertempuran setelah menanti selama berbulan-bulan. Kami pun melompat-lompat saking gembiranya,” kenang Kris dalam otobiografi berjudul Manisnya Ditolak.

Kris akhirnya berangkat ke Papua. Tugasnya bukan memanggul senjata dan menembak lawan, tapi menyanyi di hadapan para prajurit karena ia tergabung dalam tim kesenian. Tim itu diketuai Arif Suratno, mantan Tentara Pelajar.

Advertising
Advertising

Baca juga: Papua dan Ambisi Presiden Pertama

Kris yang akhirnya kembali ke ibukota dengan selamat itu memang penyanyi. Masa ketika ditugaskan ke Papua itu merupakan masa Kris merintis karier di dunia musik. Dia tinggal di ibukota menumpang di rumah salah satu kakaknya demi mewujudkan mimpinya sebagai penyanyi.

“Dunia nyanyi-menyanyi itu nikmat sekali,” ujarnya.

Kendati harus membagi waktu antara bekerja, kuliah, dan bernyanyi, kegiatan yang terakhir tetap diseriusi Kris selama di Jakarta. Ia kerap manggung di berbagai tempat bersama berbagai band yang dikenalnya.

Baca juga: Elvis Menyanyi Dangdut

“Band-band yang paling sering saya ikuti adalah Blowing Wild, Surunala, dan kemudian Lokananta. Dengan membonceng band sana atau band sini, saya sibuk mentas. Saya dan rekan-rekan manggung di mana-mana, di kampung-kampung tak masalah, di emperan-emperan toko pun jadi. Lantas banyak duitkah saya? Tidak. Ketika itu, honor belum jadi mode. Kami sudah girang kalau, sesudah bermain, diberi makan pakai telur,” sambung Kris.

Namun, pengalaman mengerikan pernah menghamipirinya ketika sedang bernyanyi. Kejadiannya berlangsung di tempat manggung favorit Kris, Wisma Nusantara.

“Gedung Wisma Nusantara masa itu adalah wilayah gedung tua dekat Istana Negara, yang dulu bernama Gedung Harmoni. Gedung itu belakangan dibongkar menjadi halaman kompleks Sekretariat Negara. Letaknya tepat di pojok halaman SekNeg. Pada masa tempo dulu, gedung itu adalah tempat pertemuan orang Belanda untuk bersantai. Di situ terdapat permainan bilyard, dsb,” tulis sineas Misbach Yusa Biran dalam Kenang-kenangan Orang Bandel.

Baca juga: Dansa-dansi di Harmonie

 

Gedung itu pula yang kerap didatangi Syafei atau yang beken dipanggil Bang Pi’i untuk menikmati musik. Pi’i merupaan jagoan Senen yang dijuluki “Raja copet”. Pada 1966 ia dijadikan Menteri Keamanan Rakyat dalam Kabinet “100 Menteri” Dwikora II.

Pi’i itulah yang mendatangkan pengalaman mengerikan pada Kris ketika sedang pentas di Wisma Nusantara. Pi’i datang dalam kondisi mabuk. Setiap orang yang hapal karakter Pi’i, termasuk Kris, biasanya ketakutan bila si “tokoh” sedang mabuk. Pi’i bakal berbuat seenaknya tanpa ada yang berani mencegah atau menghentikannya.

Dengan kondisi mabuk berat, Pi’i meminta Kris menyanyikan lagu “Seroja” ciptaan Said Effendi. Dipesankannya agar Kris membawakan lagu itu dengan merdu dan cara berdendang yang mesti pas.

Baca juga: Aksi Beken Jagoan Senen

Mendapat perintah dari “jagoan”, Kris hanya bisa mengiyakan. Jangankan menolak, menguasai diri pun bagi Kris saat itu merupakan urusan pelik lantaran jantungnya telah berdetak kencang. Salah sedikit, urusannya nyawa. Benar saja.

“Baru saja saya bersiap-siap akan menyanyi, Sapei sudah mengeluarkan pistol dan menodongkannya ke arah saya. Pucuk senjata ini berada persis di pelipis saya. Ini rupanya cara dia memastikan bahwa saya akan melantunkan lagu Seroja dengan benar,” kenang Kris.  

Kris hanya berusaha sebaik mungkin untuk membawakan “Seroja” agar sesuai kemauan Bang Pi’i. Suasana hatinya kacau lantaran terbelah antara takut bila nyanyiannya mengecewakan Pi’i dan hadiah yang bakal diterimanya bila berhasil menyenangkan si “jago”.

Kris akhirnya lega. Tak sedikitpun komplain datang dari Pi’i. Sebaliknya, lantaran performanya berhasil menyenangkan Pi’i, Kris pun mendapat hadiah.

Baca juga: Sekamar dengan Letkol Untung Sjamsuri

“Saya menyanyikan lagu Seroja dengan baik sekali sehingga saya dapat persen. Dengan uang dari Sapei inilah saya kemudian membeli sepeda jengki untuk kuliah,” sambung Kris.

TAG

operasi trikora irian-barat

ARTIKEL TERKAIT

Saat Sintong Khawatir Diterjunkan di Pedalaman Irian Petualangan Evertsen, dari Arktik hingga Arafura Imajinasi Yamin Tentang Papua Sikap PKI Atas Papua Ketika Kolonel D.I. Pandjaitan Mengangkat Orang Jerman Jadi Intel Operasi Jatayu, Penerjunan Terakhir di Irian Barat Kolega Sang Panglima Mandala Kala Soeharto Jadi Panglima (2-Habis) Muslihat Opsus di Papua Pepera: Bersama Indonesia atau Mati