SITI Hartinah Soeharto atau Ibu Tien dikenang sebagai pribadi yang menyukai ketertiban dan kerapihan, termasuk dalam soal rambut. Banyak kalangan menyebutnya sangat anti jika melihat seorang lelaki memelihara rambut panjang. Setidaknya dalam catatan para wartawan Istana, sudah ada dua jurnalis yang pernah kena tegur Ibu Tien terkait soal itu.
Jurnalis pertama adalah Dudi Sudibyo, fotografer senior Kompas yang sudah sejak 1975 ngepos di Istana. Ceritanya, pada 9 April 1981 Presiden Soeharto dan Ibu Tien menjamu para penumpang dan awak pesawat Garuda Indonesia DC-9 Woyla yang baru saja selamat dari upaya pembajakan kelompok Jamaah Imran. Saat melakukan pemotretan, tetiba Dudi merasa rambut gondrongnya ada yang menjambak halus dari belakang. Ternyata Ibu Tien.
“Nanti potong ya, rambut gondrongnya,” tegur Ibu Tien sebagaimana dikisahkan Dudi dalam buku 34 Wartawan Istana Bicara tentang Pak Harto.
Dudi mengaku memang saat itu belum sempat mencukur rambut. Dia yang sebenarnya kelelahan setelah meliput pembajakan pesawat Woyla di Thailand harus segera kembali ke Jakarta dan meliput acara di Jalan Cendanan tersebut. Akibat peristiwa “penjambakan” itu, Dudi menjadi pergunjingan seru kawan-kawannya sesama jurnalis yang saat itu datang pula ke Cendana.
Baca juga: Kutu Subversif dalam Rambut Gondrong
Jurnalis kedua yang mengalami peristiwa nyaris sama adalah Totok Susilo. Fotografer yang saat itu berkarier di harian Sinar Harapan, sempat pula mendapat teguran perihal rambut gondrongnya dari Ibu Tien. Suatu ketika dalam pesawat yang membawa rombongan presiden dari Surabaya ke Jakarta (selepas meresmikan patung Yos Sudarso), Pak Harto dan dan Ibu Tien berkesempatan mendatangi para wartawan Istana yang juga ikut.
Saat giliran Ibu Tien menjabat tangan Totok, tetiba sang ibu negara berkata, “Lho rambutnya kok gondrong?” Demi mendengar teguran itu, Totok pun hanya bisa tersenyum masam.
“Ya, ora opo-opo tho. Lha lagek nglakoni (Ya tidak apa-apa. Sedang melakukan tirakat),” kata Pak Harto seolah mewakili Totok untuk menjawab pertanyaan Ibu Tien.
Begitu sampai rumah, Totok langsung mencukur rambutnya. Selang beberapa hari dalam sebuah kegiatan di Istana Merdeka, Totok kembali bertemu muka dengan Ibu Tien dan langsung mendapat pujian
“Lha itu bagus. Rapi, kan,” kata Ibu Tien.
Totok mengaku lega sekaligus senang saat dipuji oleh Ibu Tien. Ia pun menjadi mafhum bahwa diam-diam ternyata Ibu Negara sangat memperhatikan penampilan para wartawan yang ngepos di Istananya.*