Masuk Daftar
My Getplus

Kemal Idris Terhipnotis "Marilyn Monroe" di Paris

Kesempatan liburan selama memimpin Garuda III di Kongo dimanfaatkan Kemal Idris ke Roma dan Paris. Sial ketika berpapasan dengan perempuan mirip Marilyn Monroe.

Oleh: M.F. Mukthi | 20 Mar 2021
Kemal Idris semasa muda bersama Daan Mogot. (Repro Bertarung dalam Revolusi).

Di tengah kegalauannya akibat beberapa rencana penugasan yang diberikan KSAD Jenderal Nasution padanya semua dibatalkan, Kolonel Kemal Idris dipanggil Menpangad Letjen A. Yani. Kemal diberikan tugas baru oleh KSAD baru itu.

“Kemal, sudahlah. Jangan dipikirkan. Cepat-cepatlah persiapkan diri. Saya baru senang kalau kamu naik pesawat terbang menuju Afrika!” kata Yani sebagaimana dikenang Kemal dalam otobiografinya yang ditulis Rosihan Anwar dan Ramhadhan KH, Kemal Idris Bertarung dalam Revolusi.

Kemal ditugaskan memimpin pasukan Garuda III yang bertugas menjaga perdamaian di Kongo. Sejak merdeka dari Belgia pada 1960, negeri di tengah Afrika itu dilanda perang saudara. Gerakan nasionalis yang dipimpin Patrice Lumumba tak hanya membuat Belgia sakit hati melepas bekas koloninya itu, namun juga mengganggu kepentingan Amerika Serikat (AS) yang telah lama menguasai kekayaan alam Kongo sebagai kompensasi atas dukungannya atas kolonialisme Belgia di sana.

Advertising
Advertising

“Selama 126 tahun, AS dan Belgia telah memainkan peran kunci dalam membentuk orang Kongo,” tulis Georges Nzongola-Ntalaja, profesor African and Afro-American Studies di University North Carolina, dalam artikelnya “Patrice Lumumba: The Most Importance Assassination of the 20th Century, dimuat guardian.co.uk.

Baca juga: Hilangnya Mutiara Hitam

Kuatnya persaingan antar-faksi politik bertemu dengan kepentingan Barat membuat Kongo terjerembab dalam perang saudara berkepanjangan. Dengan latar belakang itulah PBB mengirim pasukan perdamaiannya, United Nations Operation in the Congo (UNOC).

Pasukan Garuda III yang dipimpin Kemal Idris dikirim di bawah payung UNOC. Mereka ditempatkan di dekat Albetville (kini Kalemie) yang kaya mineral. Pertempuran dengan pasukan pimpinan Moise Tsombe, yang memerdekakan diri dari republik yang dipimpin Presiden Kasavubu, sering terjadi.

“Didukung oleh orang-orang Eropa dan mayoritas suku di selatan, Tsombe mendeklarasikan Katanga merdeka pada 11 Juli 1960. Dilindungi oleh pasukan yang ditugaskan dan disuplai oleh Belgia, Katanga tetap tenang karena sebagian besar Kongo dihancurkan dalam perang saudara. Dalam beberapa waktu Katanga berjalan, pemerintahan berfungsi, tambang berproduksi, dan industrinya berkembang pesat. Satu-satunya catatan mengejutkan datang dari pemberontakan Luba yang berkembang di distrik utara,” tulis politikus James Minahan dalam Nations Without States: Historical Dictionary of Contemporary National Movements.

Baca juga: Orang Afrika: Mengapa Sukarno Disingkirkan?

Dalam masa tugasnya di Kongo dari akhir 1962 hingga Mei 1963, Pasukan Garuda III berhasil mengadakan pendekatan baik kepada rakyat.

“Kami ajarkan mereka bagaimana cara mengolah masakan Indonesia, membuat kue serta menyayur daun singkong. Padahal mereka mengetahui memasak singkong hanyalah untuk makanan inti dengan cara dibusukkan, dikeringkan, lalu ditumbuk jadi tepung dan langsung dapat dimasak,” kata Kemal.

Kedekatan dengan penduduk membuat Garuda III lebih mudah menjalani tugas karena adanya kepercayaan penduduk. Seringkali penduduk memberitahu dengan sukarela serangan yang dilakukan sebuah kelompok bersenjata. Dengan informasi itu, pasukan Garuda III bisa mengantisipasi dan mempersiapkan segalanya.  

Baca juga: Rais Abin, Panglima Perdamaian Dunia

Keberhasilan itu membuat Kemal sebagai komandan diberi liburan selama beberapa hari. Kesempatan itu dia pergunakan untuk pelesir ke Roma (Italia) dan Paris (Prancis). Di kala liburan di Paris itulah Kemal mengalami hal memalukan. Sekeluar dari hotel tempatnya menginap, Kemal berpapasan dengan perempuan cantik. “Jalannya seperti Marilyn Monroe. Saya terpesona dengan goyang pinggulnya,” kata Kemal.

Saking terpesonanya, Kemal terus memandangi perempuan itu dengan menoleh karena dia terus berjalan. Kemal pun tak mengetahui situasi di depannya kendati kakinya terus melangkah.

“Tiba-tiba saya tersentak seperti ada yang memukul kepala saya. Mungkin penggemarnya, bisik saya dalam hati. Ternyata setelah saya perhatikan baik-baik, kepala saya terbentur tiang listrik. Orang-orang yang ada di pinggir jalan tersenyum melihat saya.”

TAG

kemal idris ahmad yani

ARTIKEL TERKAIT

Percobaan Pembunuhan Leon Trotsky, Musuh Bebuyutan Stalin Kisah Mata Hari Merah yang Bikin Repot Amerika Hukuman Penculik Anak Gadis Pengawal Raja Charles Masuk KNIL Masa Kecil Sesepuh Potlot Cerita Tak Biasa Mata-mata Nazi Kriminalitas Kecil-kecilan Sekitar Serangan Umum 1 Maret Dokter Soetomo Dokter Gadungan Komandan AURI Pantang Kabur Menghadapi Pasukan Gaib Umar Jatuh Cinta di Zaman PDRI