Masuk Daftar
My Getplus

Dua Sisi Snouck Hurgronje

Snouck Hurgronje lebih dikenal sebagai tokoh kontroversial ketimbang sebagai akademisi dan ilmuwan.

Oleh: Amanda Rachmadita | 14 Mei 2023
Pameran Snouck Hurgronje di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, 13-15 Mei 2023. (Riyono Rusli/Historia.ID).

SEBAGIAN besar orang Indonesia memandang Snouck Hurgronje sebagai sosok kontroversial. Peran Snouck dalam upaya memadamkan perlawanan rakyat Aceh membuatnya dianggap sebagai tokoh antagonis dalam Perang Aceh (1873–1914).

Di sisi lain, pria yang lahir pada 8 Februari 1857 itu juga dikenal sebagai akademisi dan orientalis yang disegani. Wim van den Doel, penulis buku Snouck: Biografi Ilmuwan Christian Snouck Hurgronje menyebut tak sedikit pula pihak yang memandang Snouck sebagai pemikir yang progresif.

Pembahasan mengenai dua sisi Snouck Hurgronje itu menjadi tema utama dalam peluncuran buku, simposium mini, dan pameran foto bertajuk “Admired and Despised: The Life and Works of Snouck Hurgronje” yang diselenggarakan di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Sabtu (13/5/2022). Pameran foto yang menampilkan foto-foto koleksi digital Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda, berlangsung dari 13 hingga 25 Mei 2023.

Advertising
Advertising

Sejumlah tokoh hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut, di antaranya Jajat Burhanuddin, panelis dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jajang A. Rohmana, panelis dari UIN Sunan Gunung Jati Bandung, Bonnie Triyana, panelis serta pemimpin redaksi Historia.ID, dan Wim van den Doel, penulis buku Snouck: Biografi Ilmuwan Christian Snouck Hurgronje.

Baca juga: Kisah Ilmuwan, Petualang, dan Mata-mata

Menurut Jajat Burhanuddin, kehadiran buku Snouck: Biografi Ilmuwan Christian Snouck Hurgronje tak hanya memperkaya khazanah literatur sejarah Nusantara secara umum, tetapi juga dapat menjadi referensi tambahan mengenai para ilmuwan Belanda yang meneliti tentang Islam di Nusantara, khususnya Snouck Hurgronje.

“Selain memberikan nasihat kepada pemerintah Kolonial Belanda, termasuk pengarahan intelijen kepada serangan mendadak militer di Aceh, karier Snouck Hurgronje juga berkaitan dengan pemahamannya tentang Islam,” kata Jajat.

Jajat menambahkan, “Berawal dari perjumpannya dengan sejumlah umat Islam Indonesia, Snouck melanjutkan penelitiannya dengan melakukan pengamatan terhadap cara-cara ulama Jawa mempraktikkan ajaran agama Islam hingga kemudian berkembang menjadi sistem yang mapan. Melalui pengamatan tersebut, tingkat penetrasi Islam dalam kehidupan umat muslim dapat diukur.”

Kiri-kanan: Jajat Burhanuddin, Jajang A. Rohmana, Wim van den Doel, dan Bonnie Triyana, dalam diskusi buku Snouck: Biografi Ilmuwan Christian Snouck Hurgronje di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, 13 Mei 2023. (Riyono Rusli/Historia.ID).

Sementara itu, Jajang mengungkapkan bahwa Snouck Hurgronje mendapat bantuan dari sejumlah orang dalam melakukan penelitian terkait Islam di Nusantara. Salah satunya Haji Hasan Mustapa yang dikenal sebagai cendekiawan dan pujangga tersohor di tanah Pasundan.

“Snouck dan Hasan Mustapa pertama kali bertemu di Makkah. Komunikasi di antara keduanya terus berlanjut setelah Snouck tinggal di Hindia Belanda,” kata Jajang.

Hasan Mustapa tak sekadar rekan bertukar pikiran bagi Snouck. Kemampuan dalam menulis dan membaca tulisan Arab, membuatnya menjadi informan penting bagi Snouck dan pemerintah kolonial Belanda. Ia juga pernah menjabat kepala penghulu di Kutaraja (1893–1895) dan Bandung (1895–1917).

Baca juga: Para Pembantu Snouck Hurgronje

Wim van den Doel mengatakan bahwa pembahasan Snouck Hurgronje tak hanya mengenai perannya sebagai pembantu pemerintah kolonial Belanda dalam memadamkan perlawanan rakyat Aceh, yang kemudian membuat sosok Snouck kerap dianggap kontroversial karena kaitannya dengan kolonialisme di masa lampau.

“Terlepas dari perannya sebagai pejabat negara yang diutus ke koloni, penelitian tentang Islam yang didalami oleh Snouck salah satunya juga karena rasa ingin tahu sebagai seorang ilmuwan dan akademisi,” kata Van den Doel.

Baca juga: Kemenangan dan Kegagalan Snouck Hurgronje di Aceh

Sementara itu, Bonnie Triyana mengatakan hal menarik terkait pembahasan Snouck Hurgronje adalah bagaimana masyarakat di masa kini, khususnya masyarakat Indonesia, melihat sosok Snouck. Ia menyebut dalam sebuah polling di sosial media, sebagian besar publik memandang Snouck Hurgronje sebagai mata-mata kolonial Belanda, di samping beberapa orang lainnya melihat Snouck sebagai akademisi dan tokoh yang berperan dalam meredam perlawanan rakyat Aceh.

“Kebutuhan kita melihat Snouck hari ini mungkin akan berbeda dari beberapa puluh tahun yang diwarnai dan dipengaruhi oleh tradisi historiografi yang sangat nasionalistik serta patriotik, sehingga sering kali di dalam hal tertentu kita melupakan ada wilayah-wilayah yang memang butuh kita dalami lebih detail,” kata Bonnie.

Baca juga: Terpukau Sosok Snouck Hurgronje

Bonnie menekankan pentingnya memandang sejarah secara kontekstual sebagai upaya untuk meminimalkan pandangan yang menggeneralisasi figur tertentu dalam sejarah. “Dan yang lebih penting adalah bagaimana membagikan pengetahuan ini kepada publik agar stigma itu tidak terus menerus terjadi,” kata Bonnie.

Senada dengan Bonnie, Jajang juga mengungkapkan bahwa membaca sejarah perlu dilakukan secara kronologis. “Tidak loncat, tidak memposisikan tokoh di masa lalu dengan cara pandang kita di masa kini,” kata Jajang. “Pasalnya cara pandang kita di masa kini berbeda dengan masa lalu.”

Terkait hal tersebut, Jajang menyebut buku Snouck: Biografi Ilmuwan Christian Snouck Hurgronje berkontribusi dalam menggambarkan kehidupan Snouck Hurgronje yang kompleks.*

TAG

snouck hurgronje

ARTIKEL TERKAIT

Selintas Riwayat Snouck Hurgronje Cerita Tentang Hamka Alkisah Gereja Tertua di Gaza Saul, Raja Israel yang Berakhir di Tangan Bangsa Filistin Di Balik Kemenangan Daud atas Goliat Goliat yang Gagah dari Filistin Mendedah Sejarah Syiah Peradaban Islam dalam Sehimpun Arsip Ujian Haji Masa Kolonial Belanda Memenuhi Panggilan Suci