Masuk Daftar
My Getplus

Apakah Cheng Ho Pernah Naik Haji?

Selain diyakini seorang muslim, Cheng Ho juga dipercaya bergelar haji. Benarkah dia pergi ke Tanah Suci Makkah?

Oleh: Novi Basuki | 14 Agt 2019
Patung Laksamana Cheng Ho (Zheng He) dan armadanya di China Port Museum, Ningbo. (123rf.com).

Barangkali menarik jika Cheng Ho juga dibahas saat musim haji seperti saat ini. Sebab, oleh tak sedikit warga Indonesia, di samping diyakini menganut Islam, Cheng Ho juga dipercaya merupakan laksamana bergelar haji. Makanya, ada sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo yang menaungi Masjid Cheng Ho di Surabaya.

Adapun sandaran utama yang menganggap Cheng Ho seorang haji ialah Xingcha Shenglan (Menjelajahi Pemandangan Indah Menggunakan Rakit Sakti), Yingya Shenglan (Mengarungi Pemandangan Indah di Seberang Samudra), dan Xiyang Fanguo Zhi (Kronik Negeri Asing di Samudra Barat).

Ya, Tianfang –begitu mereka menyebut Baitullah– memang termasuk salah satu wilayah yang tercatat dalam tiga catatan perjalanan yang masing-masing disusun oleh Fei Xin, Ma Huan, dan Gong Zhen itu. Mereka, kita tahu, adalah orang-orang yang beberapa kali ikut dalam pelayaran Cheng Ho.

Advertising
Advertising

Baca juga: Apa Agama Cheng Ho?

Namun, dengan dicatatnya Tianfang, apakah berarti Cheng Ho selama tujuh kali ekspedisinya mengarungi samudra luar negeri sempat menunaikan ibadah haji ke Tianfang di Makkah sana?

Coba mari kita kaji perlahan-lahan. Supaya runut, kita sebaiknya mulai dari Xingcha Shenglan sebagai buku yang dalam hal ini paling ringkas informasinya dibandingkan dua buku lainnya.

Saya katakan demikian karena selain menyuguhkan data singkat mengenai kondisi geografis, busana, fauna, aktivitas perdagangan, serta tentang rakyat dan rajanya yang “menyembah langit” (bai tian), Xingcha Shenglan hanya menuliskan bahwa di Makkah ada masjid tua yang “di tengahnya terdapat selapis batu hitam [yang diletakkan pada bangunan berbentuk] kubus, konon [batu hitam itu] awalnya turun dari langit” (zhong you hei shi yi pian, fang zhang yu, yue han chu tian jiang ye)”.

Baca juga: Islamisasi ala Cheng Ho

Begitu saja uraiannya. Perihal bagaimana, kapan, dan atau siapa saja yang ke Makkah, di Xingcha Shenglan sama sekali tak ada kejelasannya.

Untungnya, Yingya Shenglan menyuguhkan jawaban yang lumayan detail terkait pertanyaan-pertanyaan tersebut. Katanya, perlu berlayar tiga bulan ke arah barat daya dari Guli (Kalikut, India), baru bisa tiba di Zhida (Jeddah). Lalu, butuh sebulan melaut guna mencapai Moga (Makkah). “Kemudian, berjalan sekitar setengah hari buat menggapai Tiantang libai si (masjid Baitullah) yang berjuluk Kaiabai (Kakbah).”

Baca juga: Cheng Ho Tak Menyerang Jawa

Lantas, pertanyaannya kenapa mesti berangkat dari Kalikut? Ma Huan mengisahkan,

“Pada tahun ke-5 pemerintahan Kaisar Xuande [1430, yang notabene penjelajahan terakhir Cheng Ho], kekaisaran memerintahkan kasim Cheng Ho dan lain-lain melawat ke negeri-negeri asing.... Ketika divisi kapal [yang dikepalai oleh kasim Hong Bao] tiba di Kalikut, kasim Hong Bao mendapati negeri Kalikut akan mengutus orang untuk pergi ke Makkah. Ia pun memilih penerjemah dan lain-lain yang kesemuanya berjumlah tujuh orang ... menumpang kapal negeri [Kalikut] ini untuk ikut ke situ. Setahun berselang ... mereka kembali ke Cina. Bersama tujuh orang [Cina yang terdiri dari] penerjemah [dan kawan-kawan] yang telah ke Makkah itu, syarif Makkah juga mengirim utusan yang membawa barang-barang untuk dipersembahkan kepada kedinastian.”

Xiyang Fanguo Zhi menarasikan kisah serupa. Maklum, Gong Zhen, penyusunnya yang berlatar belakang militer, banyak beroleh info dari Ma Huan selaku interpreter bahasa Arab/Persia. Tak pelak, Xiyang Fanguo Zhi tampak tak ubahnya saduran Yingya Shenglan yang dipoles dengan gaya tutur yang lebih apik tapi sebenarnya isinya sami mawon.

Baca juga: MS Kaban, Cheng Ho, dan Buruh Cina

Nah, dari situ bisa kita baca, yang ke Makkah cuma tujuh awak kapal dari rombongan kapal-kapal Cheng Ho yang dipimpin oleh kasim Hong Bao. Bila boleh saya ilustrasikan dengan iring-iringan kapal induk modern, yang ke Makkah hanya beberapa awak kapal kecil yang mengiringi “kapal induk” yang ditumpangi Cheng Ho.

Dan, tidak melulu berdasar Xingcha Shenglan, Yingya Shenglan, atau Xiyang Fanguo Zhi, keterangan demikian juga diperkuat oleh penemuan arkeologis makam kasim Hong Bao beserta “shou cang ming”-nya di Nanjing, Juni 2010 silam. Kita tahu, “shou cang ming” adalah batu nisan yang epitafnya digurat atas permintaan si empunya kubur tatkala masih belum meninggal.

Baca juga: Adakah Peran Cheng Ho dan Cina dalam Islamisasi Nusantara?

Pada “shou cang ming” kasim Hong Bao yang kini disimpan di Museum Kota Nanjing itu, di antaranya tergurat kesaksian kasim Hong Bao yang mengutus beberapa orang ke Makkah di tengah lawatannya ke mancanegara. Dia sendiri, sebagaimana diakuinya, tidak turut serta ke Makkah. Tak ada pula nama Cheng Ho disebut-sebut ikut ke Tanah Haram sana.

Penulis adalah kontributor Historia di Tiongkok, sedang studi doktoral di Sun Yat-sen University.

TAG

cheng ho haji

ARTIKEL TERKAIT

"Singa Minangkabau" yang Ditakuti Belanda Ujian Haji Masa Kolonial Belanda Memenuhi Panggilan Suci Suka Duka Calon Haji di Tempat Karantina Ketika Berhaji Dilarang VOC Menyusun Kamus Bahasa Melayu Persahabatan Raja Ali Haji dengan Von de Wall Raja Ali Haji, Sastrawan Besar Kesultanan Riau Hikayat Dua Pujangga Melayu Hatta Bertanya, Agus Salim Menjawab