Masuk Daftar
My Getplus

Tirpitz, Benteng Terapung Hitler

Menjadi momok Sekutu di Atlantik dan Baltik. Dirongrong serangan udara sejak lahir hingga maut menjemput.

Oleh: Randy Wirayudha | 24 Feb 2023
Tirpitz medio 1941 sebelum persenjataan dan kamuflasenya dimodifikasi (Naval Heritage and History Command)

POSTURNYA begitu gagah, meriam-meriam utamanya pun ditakuti lawan-lawannya. Begitulah kapal tempur milik Kriegsmarine (Angkatan Laut Jerman) bernama Tirpitz. Pada 25 Februari 1941, kapal yang menyandang nama besar pahlawan matra laut Jerman era kekaisaran cum arsitek Kaiserliche Marine, Laksamana Alfred von Tirpitz, itu resmi mendapat mandat tugas.

Tirpitz didesain menyamai Bismarck sebagai satu dari dua kapal tempur kelas-Bismarck pada 1935. Kanselir Adolf Hitler merestui proyek pembangunannya demi menandingi ekpansi AL Prancis yang melahirkan dua kapal tempur kelas-Richelieu: Richelieu dan Jean Bart. Prancis juga membangun dua kapal tempur cepatnya itu dalam rangka merespons AL Italia yang lebih dulu membangun empat kapal tempur kelas-Vittorio Venetto: Vittorio Venetto, Littorio, Roma, dan Impero.

Meski terikat Traktat AL Washington yang membatasi bobot kapal perang sebatas 35 ribu ton, Kriegsmarine diam-diam menambah ukuran dan bobot kapal Tirpitz hingga 52 ribu ton ketika mulai dibangun di galangan Kriegsmarinewerft Wilhelmshaven pada 2 November 1936. Tirpitz lalu dibaptis lewat upacara khusus yang dihadiri Hitler dan juga Ilse von Hassell, putri mendiang Laksamana Alfred von Tirpitz, pada 1 April 1939.

Advertising
Advertising

Baca juga: Lonceng Kematian Kapal Kebanggaan Jerman

Finishing-nya kerap tertunda gegara serangan udara. Berkali-kali Angkatan Udara (AU) Inggris RAF mengirim skadron pesawat pembomnya ke Wilhelmshaven. Memang tak satupun bomnya mengenai Tirpitz, tapi serangan-serangan itu menghambat jadwal penyelesaian.

“Mengingat Tirpitz dianggap ancaman, komando pembom RAF mengirim sampai 269 sortie yang terbagi dalam lima gelombang serangan ke Wilhelmshaven selama Januari 1941. Pada Februari, komando pembom (RAF) menerbangkan 116 sortie lagi dengan tujuann yang sama,” ungkap Spencer C. Tucker dalam World War II: The Definitive Encyclopedia and Document Collection.

Komandan pertama Tirpitz, Kapitän zur See Friedrich Karl Topp menginspeksi barisan awaknya pada 25 Februari 1941 (Bundesarchiv)

“Dewi fortuna” masih menaungi Tirpitz. Kapal yang diawaki 1.962 kru serta 103 perwira pimpinan Kapitän zur See Friedrich Karl Topp itu di hari yang bersalju pada 25 Februari 1941 memulai penugasannya di pangkalan Kiel. Di Armada Baltik yang dikomandani Vizeadmiral Otto Ciliax, Tirpitz menjadi kapal komando armada yang turut diperkuat kapal penjelajah berat Admiral Scheer; kapal penjelajah ringan Köln, Nürnberg, Leipzig, dan Emden, dan dua flotilla kapal penyapu ranjau.

Sebagai “benteng terapung” terbesar Hitler, Tirpitz serupa tapi tak sama dengan Bismarck. Dengan ditenagai 12 tabung uap serta tiga turbin uap Brown-Broveri, Tirpitz mampu berlayar dengan kecepatan maksimal 30 knot meski badannya dilindungi lapisan baja setebal 320 milimeter dan 100-120 mm di semua bagian deknya.

Baca juga: Kapal Perang Jerman Karam di Sukabumi?

Senjata utamanya yakni delapan meriam berdiameter 38 cm yang terbagi pada empat turret gandanya, lalu 12 meriam 15 cm di enam turret ganda, dan masing-masing 16 meriam flak 10,5 cm dan 3,7 cm; serta delapan tabung torpedo. Tirpitz juga kemudian mampu “menggendong” empat pesawat intai amfibi Arado Ar 196 yang dilepaskan dengan sistem katapel.

Tirpitz memang sangat mirip dengan Bismarck, hanya (Tirpitz) lebih panjang 3 meter. Perbedaan secara visualnya paling terlihat pada bagian dek atas yang desainnya dimodifikasi demi bisa memperlebar bagian deknya. Tirpitz juga dilengkapi tabung torpedo, sementara Bismarck tidak,” tulis Gordon Williamson dalam Hitler’s Navy: The Kriegsmarine in World War II.

Untuk mendeteksi musuh, sebagaimana juga Bismarck, Tirpitz dilengkapi radar FuMO 23 yang terpasang di haluan, anjungan depan, dan buritan. Radarnya bisa mengendus keberadaan musuh sejauh 70-75 kilometer. Tirpitz juga membawa mesin Enigma untuk berkomunikasi jarak jauh dengan kode terenkripsi.

Tirpitz (atas) & Bismarck (bawah) bak pinang dibelah dua (Naval Heritage and History Command/Bundesarchiv)

Kebanggaan Hitler Berakhir Tragis

Pasca-Armada Baltik dibubarkan pada 26 September 1941, Panglima Kriegsmarine Großadmiral Erich Raeder berniat menugaskan Tirpitz ikut berpatroli ke Atlantik. Namun Hitler melarang karena khawatir bakal bernasib seperti Bismarck yang terpaksa ditenggelamkan saking parahnya kerusakan yang dialami setelah mendapat serangan-serangan torpedo di Atlantik Utara pada 27 Mei 1941.

Pada 13 November 1941, usulan Raeder agar Tirpitz ditempatkan di pesisir Norwegia disetujui Hitler. Tujuannya, menurut William H. Garzke dan Robert O. Dulin dalam Battleships: Axis and Neutral Battleships in World War II, “mangkal” sebagai fleet in being dan jadi benteng terapung di Trondheim, Norwegia dalam rangka deterrence bagi potensi invasi Sekutu ke Norwegia sekaligus mencegat konvoi Sekutu yang menuju Uni Soviet via Laut Baltik.

Tirpitz beroperasi berpindah-pindah, dari Trondheim lalu ke Fættenfjord dan selalu dalam pengintaian gerakan bawah tanah Norwegia yang rutin melaporkannya ke London. Saking seringnya bersembunyi dan sangat jarang menerima tugas berlayar, Tirpitz sampai dijuluki ‘Ratu Utara yang Kesepian’,” tulis John Sweetman dalam Tirpitz: Hunting the Beast.

Baca juga: Karl Doenitz, Panglima "Singa" Suksesor Hitler

Pertempuran pertama Tirpitz baru terjadi medio Maret 1942. Bersama Admiral Scheer dan empat kapal perusak serta kapal torpedo, Tirpitz terlibat “Operasi Nordmeer” (6-13 Maret) yang dipimpin Laksamana Ciliax. Operasi itu bertujuan mencegat dua konvoi Sekutu yang hendak menerobos Laut Norwegia dan Samudera Arktik: Konvoi PQ 12 yang datang dari Islandia dan Konvoi QP 8 dari arah Murmansk.

Namun, pesawat-pesawat pengintai Luftwaffe (AU Jerman) lalai mendeteksi keberadaan barisan pengawal Inggris di belakang konvoinya. Nyatanya konvoi itu bukan dikawal kapal penjelajah atau perusak semata tapi juga kapal tempur HMS King George V dan kapal induk HMS Victorious, serta didampingi penjelajah berat HMS Berwick dan enam kapal perusak.

Tirpitz dalam kawalan kapal-kapal perusak (kiri) & saat dikamuflasekan dengan pepohonan dan dedaunan (Naval History and Heritage Command/Bundesarchiv))

Gugus tempur Tirpitz diperparah oleh Admiral Scheer yang urung ikut karena mengalami kerusakan teknis. Di sisi lain, Panglima Armada Dalam Negeri Laksamana Sir John Tovey tahu isi perut musuhnya setelah sukses memecahkan kode-kode Enigma. Pertempuran pun diprediksi bakal tak imbang.

“Padahal Hitler memberi izin kepada Raeder dan Panglima Grup AL Utara Laksamana Rolf Carls bahwa serangan terhadap konvoi Sekutu yang akan dilaksanakan Laksamana Ciliax hanya diperbolehkan jika kekuatan di laut setara atau lebih unggul dari pada kekuatan musuh,” ungkap Patrick Bishop dalam Target Tirpitz.

Baca juga: Kawanan Serigala Jerman Berburu Mangsa di Atlantik

Alhasil Tirpitz yang diniatkan menjadi ujung tombak, justru jadi target untuk dikeroyok 12 pesawat pembom torpedo Fairey Albacore yang terbang dari HMS Victorious. Beruntung Tirpitz masih bermanuver menghindari torpedo-torpedo lawan dan lolos ke Vestfjord tanpa kerusakan berarti. Operasi itu pun dibatalkan Ciliax setelah tahu kekuatan yang dilawan tak seimbang.

Lantaran Jerman belum sadar bahwa kode Enigmanya mampu dipecahkan Sekutu, Tirpitz acap jadi objek buruan baik oleh pesawat-pesawat pembom Inggris maupun kapal-kapal selam Uni Soviet dalam kurun April-Oktober 1942.

Selain sudah memodifikasi kamuflase, tampak Tirpitz juga dilindungi jaring anti-torpedo (US Naval History and Heritage Command)

Inggris lalu mengubah strategi. Tak lagi mengitensifkan serangan udara, tiga kapal ranjau Inggris menempatkan dua ton ranjau laut secara senyap di pesisir Kåfjord lewat “Operasi Source”, 20-23 September 1943.

“Tiga kapal (ranjau), X5, X6, dan X7 berhasil menembus pertahanan Tirpitz. Ranjau-ranjaunya cukup menimbulkan kerusakan besar. Ledakan pertamanya merusak salah satu turret meriam utama dan ledakan kedua merusak lambung kanan. Dua pesawat Arado AR 196 juga hancur total,” sambung Garzke dan Dulin.

Baca juga: Nanggala dalam Armada Indonesia

Hebatnya, reparasi yang dilakukan para awak kapal logistik Neumark bekerja dengan kecepatan mengagumkan. Pada 2 April 1944, Tirpitz sudah melakoni uji coba pelayarannya di Altafjord.

Akan tetapi, pada 12 November 1944 pagi Tirpitz mengalami keadaan sulit di perairan Tromsø. Ia bertemu 29 pesawat pembom Lancaster yang membawa bom “Tallboy” berbobot 5.400 kg. Ke-29 Lancaster dari Skadron No. 9 dan Skadron 617 RAF itu sedang menjalankan “Operasi Catechism” khusus untuk mengeroyok Tirpitz.

Momen Tirpitz dikeroyok dua skadron pesawat pembom RAF (Australian War Memorial/Imperial War Museum)

Meriam-meriam Tirpitz begitu inferior terhadap serangan udara RAF. Hanya satu pesawat RAF yang rusak terkena tembakan flak. Hendak kabur pun Tirpitz tak mampu karena selalu dalam jangkauan pesawat-pesawat RAF.

Dua bom Tallboy yang dijatuhkan dari ketinggian 15 ribu kaki akhirnya dengan telak menghantam dek Tirpitz dan membuatnya lumpuh lalu terbalik. Sekira 1.204 awaknya tewas, termasuk sang nakhoda Kapten Robert Weber. Sebanyak 596 kru yang tersisa meloloskan diri dengan berenang ke tepi pantai dan lantas diselamatkan personil AD Jerman.

“Setelah tenggelamnya Tirpitz, pihak Luftwaffe jadi sasaran kritik. Komandan Wing III, Jagdgeschwader 5 Mayor Heinrich Ehrler dan Gruppenkommandeur III Oberleutnant Franz Dörr yang berpangkalan di Norwegia dianggap gagal memberikan perlindungan dengan mencegat pesawat-pesawat pembom Inggris. Mereka pun diseret ke pengadilan militer. Sementara Dörr dinyatakan tak bersalah, Ehrler divonis bersalah, dicopot dari jabatannya serta didemosi pangkatnya, sekaligus hukuman penjara tiga tahun,” tukas Hugh Morgan dan John Weal dalam German Jet Aces of World War 2.

Baca juga: Bangkai-Bangkai Kapal Hitler Muncul di Danube

TAG

alutsista kapal perang jerman hitler

ARTIKEL TERKAIT

Ada Rolls-Royce di Medan Laga Pangeran Bernhard, dari Partai Nazi hingga Panglima Belanda Kisah Putri Bangsawan India Jadi Mata-mata Inggris (Bagian II) Kisah Putri Bangsawan India Jadi Mata-mata Inggris (Bagian I) Momentum Bayer Leverkusen Akhir Pelarian Teroris Kiri Dua Kaki Andreas Brehme Nasib Tragis Sophie Scholl di Bawah Pisau Guillotine Sisi Lain Der Kaiser Franz Beckenbauer Waktu Punya Tupolev, Angkatan Udara Indonesia Kuat