Masuk Daftar
My Getplus

Pertemuan Ilmuwan Amerika dengan Komodo

Burden mencoba mencari keberadaan reptil terbesar di dunia. Ia bertemu komodo berukuran raksasa dalam perjalanannya.

Oleh: M. Fazil Pamungkas | 05 Feb 2020
Komodo menjadi tontonan publik. (123rf).

Pada 1926, ilmuwan Amerika Serikat, William Douglas Burden, mendarat di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Pulau yang terletak di antara Sumbawa dan Flores itu menjadi rumah bagi reptil purba yang masih hidup di dunia, yakni komodo (Varanus komodoensis). Burden pun memulai perjalanan menemukan keajaiban dunia tersebut.

Ekspedisinya di awal abad ke-20 ini tidak dilakukan sendiri. Burden membawa serta istri dan sejumlah ilmuwan termasuk Dr. E.R. Dunn, herpetologis atau seorang zoologi yang mempelajari reptil dan amfibi. Ia juga mendapat dukungan dari Museum Sejarah Alam Amerika Serikat untuk penelitiannya ini. Sejak pertama tiba di Pulau Komodo, ia dibuat takjub oleh kondisi alamnya. Melalui Dragon Lizards of Komodo: an Expedition to the Lost World of the Dutch East Indies, Burden menuliskan pengalamannya tinggal di sana.

"Kami seakan sedang melihat sebuah pemandangan dari zaman prasejarah terbentang di depan mata kami. Di mana-mana pohon palem besar, bernama Gubbong, tumbuh. Ini merupakan sebuah dataran sendu, rumah yang cocok bagi makhluk aneh yang telah hidup sejak zaman tercipta. Dan karena itu pula, daerah ini tampaknya sesuai sebagai sarang kadal besar pemangsa," tulis Burden.

Advertising
Advertising

Komodo Pertama

Juni 1926, Burden dan seluruh anggota ekspedisi mendarat di Telok Sawa (Teluk Slawi). Setelah berbulan-bulan berada di laut, mereka akhirnya bisa mencapai daratan yang dicari. Bergegas Burden membangun perkemahan di sana. Meski hanya bermodalkan kayu dan anyaman daun, ia berhasil mendirikan tempat tinggal sementara. Pemondokan yang dibangunnya sangat sederhana, berbentuk panggung hampir tanpa dinding.

Untuk bahan makanan sendiri tidak menjadi soal untuk mereka karena rusa dan babi hutan dalam jumlah besar berkeliaran di seluruh pulau. Bahkan, tanaman konsumsi pun melimpah. Sebagai seorang yang senang berburu, Burden mendapat tugas mengumpulkan bahan makanan. Suatu waktu, ketika sedang berburu rusa, Burden bertemu dengan komodo pertama dalam hidupnya. Pada sebuah bukit landai yang ditumbuhi rerumputan pendek, reptil raksasa itu berjalan mencari buruannya.

Baca juga: Apakah Naga Benar-Benar Ada?

"Seekor monster zaman purba di sebuah lingkungan primitif cukup untuk membuat jantung setiap pemburu berdegup kencang. Jika saja ia hanya berjalan dengan kaki belakangnya, seperti yang baru saja saya tahu bahwa mereka ternyata benar-benar bisa melakukannya, maka gambaran seekor dinosaurus ini akan lengkap," ungkap Burden.

Komodo pertama yang dilihat Burden ini diperkirakan memiliki panjang antara 20-30 kaki (sekitar 6-9 meter). Lidahnya berwarna kuning terjulur keluar masuk berkali-kali. Kepala besarnya berayun ke kiri dan ke kanan. Burden terkejut dengan gerakannya yang cukup cepat untuk ukuran hewan sebesar itu.

Setelah diamati lebih dalam, terlihat ada sejumlah bekas luka di tubuhnya. Si peneliti menduga reptil ini belum lama terlibat dalam pertarungan dengan sesamanya. Meski hanya mengamati dari kejauhan, Burden yakin bahwa si komodo sulit didekati. Warna tubuhnya yang begitu hitam memberi kesan hewan itu tidak ramah.

Baca juga: Kisah Badak Tak Bernama

"Dengan cara yang aneh ia tiba-tiba menghindar dari saya dan lenyap dari pandangan. Ia seakan-akan hilang ditelan bumi. Seandainya bisa menceritakan dengan rinci apa yang saya lihat pada hari itu kepada anggota gabungan museum Amerika, maka seluruh ekspedisi ini akan menjadi lebih berarti," ucap Burden.

Esok harinya Burden kembali ke tempat ia menemukan reptil pertamanya bersama sejumlah anggota tim. Ia bermaksud mengabadikannya. Namun setelah beberapa waktu menunggu, ia tidak berhasil mendapatkan apa yang dicari. Ia hanya bertemu seekor komodo yang setelah diukur panjangnya tidak lebih dari 3 meter, jauh lebih kecil dari reptil yang ia temui di hari sebelumnya.

Meski tidak menemukan komodo besar yang dimaksud, Burden tetap melanjutkan penelitiannya di pulau tersebut. Jika biasanya ia membawa reptil besar itu dalam keadaan mati, kali ini Burden mencoba menangkapnya hidup-hidup. Berbekal peralatan dari Batavia (Jakarta), Burden membuat sebuah jebakan dari kayu dan kawat. Sebagai umpan, ia menyimpan beberapa bangkai binatang di dalamnya. Namun proses penangkapan hewan itu tidak mudah. Hingga pada percobaan kesekian kali, tim ekspedisi dari Amerika Serikat itu akhirnya berhasil menangkap satu komodo berukuran sedang.

Baca juga: Legenda Buaya Masyarakat Sulawesi Selatan

Komodo itu dibawa ke perkemahan dengan cara diikat. Merasa sudah aman dengan hewan tangkapannya, Burden pun sedikit lengah. Ia membiarkan reptil itu tanpa penjagaan. Ketika pagi tiba, Burden dan anggota lain terkejut ketika melihat kandang yang menyimpan komodonya telah rusak. Isi di dalamnya pun sudah tidak ada. Komodo itu berhasil melepaskan ikatan dan merusak kandang yang mengurungnya.

"Kecolongan kali ini merupakan kekecewaan paling besar dari seluruh ekspedisi," kata Burden.

Setelah itu, Burden dan tim berhasil mengumpulkan banyak sampel dan foto reptil raksasa itu. Burden pun dikenal sebagai salah satu ilmuwan yang mengabdikan dirinya untuk meneliti perilaku hewan besar itu di Pulau Komodo.

Dikenal Dunia

Pada 1927, Burden mengklaim dirinya sebagai orang luar pertama yang mendarat di Pulau Komodo. Menurutnya, berdasar apa yang ia dengar dari penduduk lokal, selama berada di pulau itu tidak ada masyarakat yang pernah bertemu dengan orang kulit putih.

"Nyaris tidak ada yang tahu tentang Pulau Komodo. Selain beberapa nelayan mutiara dan pangeran dari Mecklenburg yang sempat menetap di pulau ini selama satu malam, saya belum mendengar ada orang kulit putih lainnya yang pernah mendarat di sini sebelum kami datang," tulis Burden.

Namun, menurut Pamela Nagami dalam Bitten: True Medical Stories of Bites and Stings, keberadaan komodo pertama kali diketahu pada 1910 oleh pemerintah Hindia Belanda. Ketika itu, pegawai administrasi kolonial Hindia Belanda Letnan Steyn van Hensbroek mendengar cerita tentang "hewan menyerupai naga" dari seorang pilot yang pesawatnya jatuh di sebuah pulau asing di timur. Belakangan diketahui pulau itu adalah Pulau Komodo.

Baca juga: Jejak Harimau di Dunia

Pada 1912, Steyn mengirim tim ekspedisi ilmiah ke pulau tersebut. Tim dipimpin oleh seorang ilmuwan dari Museum Zoologi di Buitenzorg (Bogor) bernama Peter A. Ouwens. Ekspedisi ilmiah pertama di pulau itu berhasil mengumpulkan sampel kulit dan sebuah foto. Di tahun yang sama, Ouwens memublikasikan hasil temuannya.

"Pada 1915, di bawah perencanaan pemerintah kolonial Hindia Belanda, komodo menjadi salah satu hewan pertama di dunia yang mendapat perlindungan," tulis Pamela.

Dalam Indonesia Timur Tempo Doeloe 1544-1992, George Miller menyebut jika Burden telah berhasil mengumpulkan 12 sampel komodo selama penelitiannya di pulau itu. Ia sempat mencoba membawa dua sampel komodo hidup untuk diteliti di kebun binatang Bronx. Sayangnya, reptil itu mati dalam penangkaran tidak lama setelah ditangkap.

"Burden memublikasikan koleksi foto-fotonya dalam majalah National Geographic edisi Agustus 1927, disertai penjelasan singkat mengenai ekspedisi tersebut," tulis Miller.

TAG

komodo hewan

ARTIKEL TERKAIT

Pahlawan Berbulu di Perang Dunia II Serba-serbi Hewan Kesayangan Michael Jackson (Bagian II – Habis) Serba-serbi Hewan Kesayangan Michael Jackson (Bagian I) Merpati Terbang untuk Perang Jejak J.A. Kaligis, Dokter Hewan Bumiputra Pertama Awal Mula Dokter Hewan di Indonesia Pemerintah Kolonial Libatkan Masyarakat dalam Kawasan Konservasi Ata Modo, Saudara Komodo Perlindungan Komodo dari Masa ke Masa Komodo-komodo Hadiah Presiden Soeharto