Masuk Daftar
My Getplus

Komodo-komodo Hadiah Presiden Soeharto

Berawal dari keinginan istrinya membangun museum komodo, Presiden Soeharto kemudian menggunakan komodo sebagai alat diplomasi. Menghadiahkan komodo ke berbagai negara.

Oleh: Hendaru Tri Hanggoro | 31 Okt 2020
Presiden Soeharto meresmikan proyek-proyek baru antara lain Museum Komodo di Sasana Langen Budaya, TMII, Jakarta, 20 April 1978. (IPPHOS/Perpusnas RI).

Komodo atau ora, hewan khas Nusa Tenggara Timur (NTT), belakangan menjadi bahan percakapan utama di media sosial. Pangkalnya rencana pembangunan tempat wisata ala Jurassic Park di Pulau Rinca, NTT. Juga lantaran tersebarnya sebuah foto yang menangkap momen komodo berhadapan dengan truk sepanjang akhir Oktober 2020.

Komodo telah menjadi daya tarik dan simbol NTT sejak lama. Karena komodo, dunia mulai mengenal NTT dan penduduknya. Dari tingkat lokal, komodo beranjak digunakan oleh pemerintah pusat sebagai alat diplomasi. Ini dilakukan beberapa kali oleh Presiden Soeharto. Dia punya kebiasaan menghadiahkan komodo kepada pemimpin negara lain.

Ikatan khusus Soeharto dengan komodo bermula dari keinginan istrinya, Siti Hartinah alias Tien, membangun museum fauna baru di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, pada 1975. Sebagai penggagas TMII, dia menginginkan museum itu berisi satwa khas Indonesia.

Advertising
Advertising

Baca juga: Gagasan Awal Taman Mini Indonesia Indah

“Tujuan pembangunannya adalah untuk mengenalkan satwa asli Indonesia dalam bentuk awetan yang menggambarkan postur yang khas dari binatang, terutama yang hanya terdapat di Indonesia saja,” tulis Suci Sa’adiah dalam “Pengembangan Konsep Edukasi di Museum Fauna Indonesia Komodo dan Taman Reptilia Taman Mini Indonesia Indah”, tesis di Universitas Indonesia.

Tien juga mengidamkan bentuk museum harus menggambarkan kekhasan satwa Indonesia. Dari sekali melihat bentuknya, orang bisa langsung memperoleh kesan tentang Indonesia. Pilihan itu jatuh pada komodo.

Baca juga: Perjalanan Habitat Ora atau Komodo Menjadi Tempat Wisata

Soeharto menyetujui rencana pembangunan museum komodo di TMII. Setelah itu, dia sendiri turut menggunakan komodo sebagai alat diplomasi. Menurut penelusuran Historia.id, Soeharto kali pertama menghadiahkan komodo kepada Singapura pada 1975. Komodo itu diberikan melalui Menteri Luar Negeri Adam Malik.

“Komodo Varanus ini mungkin punya raut muka yang tidak dapat disebut tampan. Tapi ini merupakan jenis binatang melata peninggalan jaman purba yang masih dapat dikagumi oleh manusia pada abad ke-20 ini,” kata Adam Malik dalam Kompas, 15 Agustus 1975.

Museum Fauna Indonesia Komodo dan Taman Reptil atau lebih dikenal dengan Museum Komodo di TMII Jakarta. (encyclopedia.jakarta-tourism.go.id).

Selama masa pemerintahan Soeharto, kebijakan politik luar negeri Indonesia berupaya mencari kawan sebanyak-banyaknya dari negara Barat dan negara tetangga ASEAN. Michael Leifer dalam Politik Luar Negeri Indonesia menyebut kebijakan itu sebagai “pragmatis dan efektif”. Dari gagasan besar ini, turunlah kebijakan-kebijakan kecil untuk memperkuat hubungan dengan negara tetangga. Salah satunya melalui penghadiahan komodo.

Selain kepada Singapura, Soeharto memberikan komodo untuk Thailand pada Oktober 1976. “Sepasang Komodo (Varanus Komodoensis) hadiah Presiden RI untuk rakyat kerajaan Muangthai, Kamis siang diterbangkan ke Bangkok,” catat Kompas, 16 Oktober 1976. Komodo itu berjumlah sepasang dengan panjang 1,25 meter dan berat 7 kilogram.

Tapi penghadiahan ini berbuntut masalah. Dua komodo itu stres di tempat baru. Mereka tak mau makan dan sakit-sakitan. Karena itu, muncul saran agar presiden jangan lagi menghadiahkan komodo. Sebab hewan itu telah terbiasa dengan iklim dan cuaca NTT. Tapi saran ini tak digubris.

Baca juga: Antara Naga, Komodo, dan Buaya

Soeharto tetap menyerahkan komodo kepada Malaysia pada November 1976. “Komodo ini adalah pengganti sepasang yang terdahulu pernah dikirimkan tetapi mati,” ungkap Kompas, 24 November 1976.

Malaysia sempat menjadi seteru bebuyutan Indonesia pada 1960-an. Tapi sejak Soeharto naik jadi presiden, Malaysia kembali menjalin hubungan baik dengan Indonesia. Penghadiahan komodo ini dapat dipandang sebagai simbolisasi hubungan baik Indonesia dan Malaysia.

Setelah menghadiahkan komodo kepada sesama negara ASEAN, Soeharto melangkah lebih jauh. Dia memberikan komodo kepada Jepang pada April 1976. Jepang dianggap sebagai mitra ekonomi penting bagi Indonesia dalam bidang otomotif dan pembangunan. Hubungan Indonesia dan Jepang sempat terganggu akibat Peristiwa Malari 1974.

Soeharto, melalui duta besar Indonesia untuk Jepang, mengatakan, pemberian komodo ini sebagai tanda persahabatan antar kedua negara. Perdana Menteri Jepang Takeo menerima komodo tersebut secara langsung dari dubes Indonesia.

Baca juga: Pertemuan Ilmuwan Amerika dengan Komodo

Sasaran Soeharto berikutnya adalah Amerika Serikat. Bagi Soeharto, Amerika Serikat memainkan peran penting dalam pembangunan di Indonesia. Amerika Serikat merupakan salah satu negara donatur terbesar bagi Indonesia. Karena itu, hubungan baik dengan Amerika Serikat perlu dijaga.

Ketika Presiden Ronald Reagan berkunjung ke Indonesia pada November 1983, Soeharto menawarinya sepasang komodo. Reagan menerima baik tawaran itu. Tapi Soeharto tak langsung mengeksekusi tawarannya. Tiga tahun kemudian, saat Reagan kembali ke Indonesia, Soeharto baru menyerahkannya melalui Wiyogo Atmodarminto, gubernur DKI Jakarta.

Komodo hadiah Soeharto berjumlah dua ekor. Masing-masing berkelamin jantan dan betina. Namanya Sobat dan Friendly dengan usia tiga tahun. Penamaan itu sesuai dengan permintaan Amerika Serikat dan melambangkan harapan tentang hubungan Indonesia-Amerika Serikat pada masa mendatang. “Diharapkan semakin memperkuat hubungan kedua negara,” tulis Indonesia News and Views, April 1988.

Memasuki 1990-an, kebiasaan Soeharto menghadiahkan komodo mulai berhenti.

TAG

soeharto tien soeharto komodo ntt

ARTIKEL TERKAIT

Pawang Hujan dalam Pernikahan Anak Presiden Soeharto Daripada Soeharto, Ramadhan Pilih Anak Eks Pemilih PKI Pilih Golkar Ledakan di Selatan Jakarta Supersemar Supersamar Sudharmono Bukan PKI Dianggap PKI, Marsudi Dibui Dulu Rice Estate Kini Food Estate Dari Petrus ke Kedung Ombo Soeharto Nomor Tiga, Mendagri Murka pada Lembaga Survei