Masuk Daftar
My Getplus

Para Artis yang Turun ke Jalan Bersama Rakyat

Sudah sejak awal abad ke-20 selebritis ikut berunjuk rasa menuntut keadilan. Dari Marlon Brando hingga Dono Warkop dan Reza Rahadian.

Oleh: Randy Wirayudha | 23 Agt 2024
Sejumlah komika turut meramaikan aksi demonstrasi di depan Gedung DPR/MPR (Riyono Rusli/Historia)

ADA sekumpulan artis yang memilih “mejeng” bersama penguasa. Tapi ada pula artis yang memilih ikut berpanas-panasan turun ke jalan bersama massa-rakyat. Sejumlah selebritis tampak hadir di antara ribuan massa aktivis, buruh, elemen masyarakat, dan mahasiswa yang mengepung Gedung DPR/MPR.

Massa itu berunjuk rasa dalam Demo Peringatan Darurat Indonesia sejak Kamis (22/8/2024) pagi hingga petang untuk mengawal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 60/PUU-XXII/2024 terkait ambang batas pencalonan kepala daerah dan menolak rencana pengesahan Revisi UU Pilkada yang ditengarai akan menganulir putusan MK tersebut.

Sejumlah selebritis yang selama ini wara-wiri di layar kaca dan layar lebar tampak ikut meramaikan aksi unjuk rasa di bawah teriknya matahari. Dari barisan komika hadir Abdel Achrian, Mamat Alkatiri, Bintang Emon, Abdur, hingga Arie Kriting. Lalu ada musikus Ananda Badudu dan aktor Reza Rahadian. 

Advertising
Advertising

Baca juga: Solidaritas untuk Massa Aksi

Sineas Joko Anwar juga tampak hadir di depan Gedung DPR (Riyono Rusli/Historia)

Pemeran tokoh BJ Habibie dalam film Habibie & Ainun (2012) dan pemeran HOS Tjokroaminoto dalam film Tjokroaminoto: Guru Bangsa (2015) itu sampai naik ke atas mobil untuk ambil bagian dalam orasi. Dalam orasinya, Reza menganggap MK sebagai sebuah lembaga yudikatif yang sedang berusaha mengembalikan kemuliaannya namun justru hendak dijegal oleh para anggota dewan.

“Tadi malam saya menulis sebuah tulisan, kalau (Mahkamah) Konstitusi sedang melakukan perbuatan yang mengembalikan nobility-nya sebagai konstitusi lalu hari ini kita mendapat kenyataan bahwa itu coba dianulir oleh sebuah lembaga yang katanya adalah wakil-wakil kita semua hari ini, lantas Anda-Anda yang di dalam (Gedung DPR) ini wakil siapa?” ujar Reza lantang.

“Teman-teman, hari ini semoga energi yang kita punya, kita bisa tetap tertib, tetap menjaga demokrasi kita. Saya tidak mewakili kepentingan apapun. Saya tidak punya kepentingan personal. Saya tidak ikut dalam partisipasi politik praktis apapun. Saya hadir hari ini sebagai rakyat biasa bersama teman-teman semua. Tidak mewakili siapapun selain suara orang-orang yang gelisah melihat demokrasi kita seperti,” lanjutnya yang disambut dukungan massa.

Penampakan para artis seperti Reza Rahadian dkk. itu tentu bukan hal baru. Sejak awal abad ke-20, banyak artis di berbagai belahan dunia yang menyuarakan kegelisahan pada ketidakadilan dengan turun ke jalan menentang penguasa.

Baca juga: Nenek Reza Rahadian Perempuan Pejuang

Aktor Reza Rahadian Matulessy berorasi di hadapan massa (X @IsuSoksial)

Marlon Brando hingga Dono Warkop dalam Arus Demonstrasi 

Gerakan kaum perempuan yang menuntut hak suara perempuan di Washington DC, Amerika Serikat pada 3 Maret 1913 merupakan salah satu aksi protes kalangan sipil terbesar di masanya. Gerakan itu diinisiasi para aktivis Asosiasi Hak Suara Perempuan Nasional Amerika (NAWSA) pimpinan Alice Paul dan Lucy Burns.

Alice Paul sengaja memilih Pennsylvania Avenue, salah satu jalan protokol ibukota, sebagai lokasi parade protesnya untuk memviralkan aksi mereka. Ia juga sengaja merencanakan aksi itu tepat sehari sebelum Presiden Woodrow Wilson dilantik sebagai presiden Amerika ke-28.

Selain diikuti para perempuan seniman, para aktris film bisu dan aktris Broadway pun turut turun ke jalan. Salah satunya aktris layar perak Dorothy Bernard yang kondang lewat film The Girl and Her Trust (1912) dan One Is Business, the Other Crime (1912). Ia bahkan terlibat sebagai ketua seksi aktris di Parade Hak Suara Perempuan 1913 itu.

Baca juga: Aktris Jean Seberg Melawan Arus

Selain Dorothy, juga ada aktris Broadway, Fola La Follette. Aktivisme Fola sudah sejak dini tertular dari ayahnya yang politikus progresif Robert La Follette Sr. dan ibunya yang juga salah satu dedengkot aktivis perempuan, Belle Case.

“(Bersama Dorothy Bernard), Fola La Follette memimpin Seksi Aktris. Seperti kedua orangtuanya, ia sudah cakap dalam public speaking semasa bersekolah. Sepanjang hidupnya senantiasa ditujukan untuk hak suara perempuan. Ia juga acap ikut memimpin aksi protes buruh pabrik garmen (perempuan) di New York,” tulis Julia Ward Howe dalam artikel “Woman and the Suffrage” yang termaktub di buku American Feminism: Key Source Documents, 1848-1920.

Aktris cum aktivis Flora Dodge 'Fola' La Follette (tengah) saat ikut aksi protes di New York 1913 (loc.gov)

Pada 1950-an dan 1960-an, banyak penyanyi, musisi, hingga aktor kulit hitam ikut aksi protes menuntut hak-hak sipil warga Afro-Amerika di masa-masa rasisme dan diskriminasi sedang tinggi-tingginya di Amerika. Salah satunya aksi massa terbesar, “March on Washington”, pada 28 Agustus 1963.

Aksi demonstrasi yang diikuti massa hingga 300 ribu orang itu kondang dengan momen pidato aktivis HAM Martin Luther King Jr. bertajuk “I Have a Dream”. Aksi turut diramaikan para selebritas Afro-Amerika, di antaranya Harry Belafonte, Sidney Poitier, dan Josephine Baker. Tak ketinggalan, solidaritas juga ditunjukkan para rekan artis Latin dan berkulit putih seperti aktor Tony Curtis, Charles Heston, Rita Moreno, Paul Newman, Burt Lancaster, hingga Marlon Brando. Menariknya, komite perencanaan aksi unjuk rasanya turut dipimpin aktris Judy Garland yang mempopulerkan film The Wizard of Oz (1939).

“Kontingen Hollywood itu melakukan long march tanpa membawa spanduk apapun, sebagaimana instruksi Heston. Para kru televisi beramai-ramai mengambil foto Heston, Belafonte, Lancaster, dan Poitier. Sementara Brando, Newman, dan para selebritis lainnya ikut menjawab pertanyaan-pertanyaan pers,” ungkap Steven J. Ross dalam Hollywood Left and Right: How Movie Stars Shaped American Politics.

Baca juga: Francis Ford Coppola, Marlo Brando dan Trilogi The Godfather

Kala itu Brando memang belum kondang dengan stigma perannya di film mafia The Godfather (1972). Namun ia sudah mulai tenar lewat film A Streetcar Named Desire (1951), Viva Zapata! (1952), dan On the Waterfront (1954) yang membuatnya memenangkan Piala Oscar di kategori aktor terbaik.

“Marlon Brando bukan sekadar aktor, ia juga aktivis yang vokal menyuarakan isu-isu politik dan sosial di masanya. Ia menunjukkan advokasinya untuk hak-hak sipil terhadap diskriminasi rasial dan gerakan HAM dalam parade Washington 1963 yang bersejarah,” kata buku Marlon Brando: Master of the Method: Unveiling the Legend.

Aktor Marlon Brando Jr. (kanan) bersama para selebritis di Aksi Protes Washington 1963 (NARA)

Dalam salah satu rangkaian aksi unjuk rasa menentang Perang Vietnam pada 1960 hingga 1970-an, aktris Jane Fonda juga terbilang sangat aktif hadir dan berorasi. “Revolusi adalah tindakan dan bukti cinta. Kami adalah anak-anak revolusi, terlahir untuk menjadi pemberontak. Sudah mengalir di dalam darah kami,” ujarnya suatu waktu.

Tak hanya di Amerika, di Prancis saat terjadi aksi protes massal “Mai 1968” (2 Mei-23 Juni 1968) di Paris dan beberapa kota lainnya, sejumlah selebritis ikut turun ke jalan. Salah satu pemicu keikutsertaan mereka adalah pemecatan sepihak petinggi Cinémathèque Française, Henri Langlois, oleh Menteri bidang Kebudayaan André Malraux.

“(Aktris) Anne Wiazemsky, istri (sineas) Jean-Luc Godard ikut aksi protes dengan bersepatu roda di jalan-jalan kota Paris. Aktris Marie-France Pisier bahkan membantu mengungsikan (aktivis mahasiwa, Daniel) Cohn-Bendit ke perbatasan. Novelis Françoise Sagan bahkan tak segan ikut menghadapi barikade aparat dengan mobil mewah Maserati. Ada pula model Caroline de Bendern yang ikut demo dengan mengibarkan bendera Vietcong (Vietnam Utara),” kenang sastrawan Corinne Maier di kolom The New York Times, 7 Mei 2018, “The Hidden Women of Paris”.

Baca juga: The Dreamers, Drama Vulgar di Tengah Prahara Politis

Di negara tetangga, Filipina, saat terjadi demonstrasi massal dalam rangka “People Power Revolution” (22-25 Februari 1986) yang berhasil menumbangkan rezim Ferdinand Marcos, sejumlah artis dan musisi tidak hanya ikut unjuk rasa tapi sampai membuat perhimpunan Apo Hiking Society yang dipimpin komposer Jim Paredes. Bersama 15 rekan penyanyi dan musisi lainnya, Paredes merilis lagu “Handog ng Pilipino sa Mundo” yang dirilis dua bulan pasca-revolusi rakyat itu. 

Di Indonesia sendiri, jauh sebelum Reza Rahadian ikut demo menolak pengesahan RUU Pilkada pada Kamis (22/8/2024), ada nama pelawak Wahyu Sardono alias Dono Warkop. Sedari masih berstatus mahasiswa jurusan sosiologi Universitas Indonesia (UI) hingga sudah dosen, dia aktif berdemonstrasi.

Wahyu Sardono alias Dono Warkop (Dok. Andika Aria Sena, anak Dono)

Salah satunya saat demonstrasi yang berujung kerusuhan pada 15-16 Januari 1974 atau yang lebih dikenal sebagai Peristiwa Malari. Pada aksi mentang kebijakan ekonomi dan investasi asing serta menentang kedatangan Perdana Menteri Jepang Tanaka Kakuei ke Jakarta itu, Dono memang belum tenar, lantaran baru masuk grup lawak Warkop Prambors (lalu Warkop DKI) pada 1975.

Lantas, pada aksi Mei 1998 menjelang Reformasi, Dono yang sudah tenar sebagai tokoh pelawak tak segan kembali turun ke jalan. Dalam Warkop: Main-Main Jadi Bukan Main, Rudi Badil, kawan Dono di masa awal Warkop DKI, menyebut Dono turut jadi aktivis yang membidani gerakan Reformasi.

“Sosok Dono tak pernah stop memberontak terhadap kekuasaan yang sewenang-wenang. Apalagi Dono sebagai salah seorang Ketua Iluni FISIP UI, salah seorang tokoh kunci yang iut menggerakkan Reformasi dari kampus,” tulis Rudi Badil.

Baca juga: Dono Mahasiswa Kritis

Selain Dono, juga ada pelawak cum musisi Deddy Mahendra Desta. Eks-personil band Clubeighties itu mengunggah sebuah foto kenangan saat berdemo dan ikut menduduki Gedung DPR/MPR pada 21 Mei 1998. Saat itu ia masih mahasiswa Institut Kesenian Jakarta.

“Baru nemu foto nya…Ternyata saya dulu aktipis..Pejuang Reformasi guys!!!” tulis Desta di caption unggahannya di akun Instagram-nya, @desta80s, 14 September 2023.

Belakangan, pelawak Alfiansyah Bustami alias Komeng ternyata juga pernah terlibat dalam aksi mahasiswa menjatuhkan rezim Soeharto pada 1998. Saat diwawancara jurnalis senior Rosiana Silalahi dalam program “ROSI” di akun Youtube KOMPASTV, 22 Februari 2024, ia mengaku pernah ikut berdemo sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

“Banyak kejadian yang akhirnya saya tidak sengaja. Masuk HMI dan ikut demo. Begitu ada bus, saya pikir pulang. Enggak tahunya mahasiswa sewa (buat demo),” tukas Komeng yang memelintirnya jadi candaan. 

Deddy Mahendra Desta (kiri) & Alfiansyah Bustami alias Komeng (Instagram @desta80s/@historiahmi)

TAG

demonstrasi artis aktor aktris

ARTIKEL TERKAIT

Alain Delon Ikut Perang di Vietnam Mula Duel Selebriti di Arena Tinju Berpulangnya Yayu Unru, Aktor Watak yang Bersahaja Empat Selebriti Hollywood yang Berseragam Pasukan Israel Lima Selebritis yang Terjun ke Perang Dunia Tiga Wajah Willy Wonka Tiga Maestro Pantomim Bertandang ke Indonesia Mementaskan Pantomim di Hadapan Jenderal hingga Pemabuk Lima Aktor Berjubah Superman Robbie Coltrane dari Sketsa Komedi ke Semesta Harry Potter