Masuk Daftar
My Getplus

Ziarah ke Makam Sarwo Edhie

Berada di Kota “Pensiunan” Purworejo, permakaman ini menjadi tempat Sarwo Edhie dan leluhurnya disemayamkan.

Oleh: Petrik Matanasi | 13 Mar 2024
Di Kompleks Permakaman Ngupasan, Pangenjurutengah, Purworejo inilah makam Jenderal (Purn.) Sarwo Edhie berada. (Petrik Matanasi/Historia.ID).

DI depan sebuah pendopo beratap limas itu, sebuah “prasasti” berdiri. Warna terangnya kontras dengan warna pedestalnya yang berbahan granit gelap. Inskripsi yang ada padanya, dengan lambang Kartika Eka Paksi di atas, menunjukkan “si empunya” merupakan Jenderal (purn.) Sarwo Edhie Wibowo.

Di sanalah, mendiang Sarwo Edhie –kondang sebagai komandan RPKAD (kini Kopassus) yang memimpin pasukan untuk menghancurkan sisa-sisa gerombolan Letkol Untung dan anggota-anggota PKI pasca-Peristiwa G30S, di samping sebagai mertua Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)– dan beberapa leluhurnya dimakamkan. Kompleks permakaman itu terletak di Purworejo, Jawa Tengah.

Purworejo sebagai kota berpredikat “kota pensiunan” punya beberapa kawasan yang usianya cukup tua. Salah satunya Pangenjurutengah. Pangenjurutengah adalah salah satu kelurahan di pusat kota Purworejo. Di sini pernah ada Kampung Afrika.

Advertising
Advertising

Dulu, di Purworejo ada seorang pegawai negeri sipil kolonial bernama Mas Kartowilogo. Dia seorang pegawai Pegadaian alias Pandhuisdienst. Sebelum di Purworejo, ia berdinas di Semarang.

“Mas Kartowilogo, wakil administrator Pegadaian di Poncol, Keresidenan Semarang, dipindahkan ke Purworejo, Keresidenan Kedu,” demikian Koran Algemeen Handelsblad voor Nederlandsch Indie edisi 22 Oktober 1927 memberitakan.

Setelah tutup usia, Kartowilogo dimakamkan di sebuah kompleks permakaman umum daerah Ngupasan, Pangenjurutengah. Tak hanya dirinya tapi juga Raden Ayu Sutini dan anggota keluarga lainnya. Beberapa anak Kartowilogo pun juga dimakamkan di sana. Salah satunya Sarwo Edhie, yang juga pernah menjadi gubernur Akabri di Magelang. Permakaman dengan keluarga Kartowilogo itu lalu tidak lagi dikenal sebagai permakaman umum.

“Separuhnya umum, karena ini dulunya kan makam umum,” ujar Harto, salah satu perawat makam Sarwo Edhie.

Keluarga Sarwo Edhie menganggap kota pensiunan ini sebagai tempat peristirahatan terakhir yang layak dipilih. Apalagi leluhur Sarwo Edhie ada di sini. Maka wajar bila Sarwo Edhie yang tutup usia pada 9 November 1989 di Jakarta itu dimakamkan di Purworejo.

Bagian depan kompleks permakaman itu sudah lama dibeli oleh keluarga Sarwo Edhie. Bagian itu kemudian menjadi makam keluarga.

“Sebelum membeli, mbah-mbah Pak Sarwo sudah di sini,” ujar Muhamad Zuhri alias Pak Ucok, salah satu perawat makam tersebut.

Selain Kartowilogo, buyut dan canggah Sarwo Edhie pun dimakamkan di permakaman ini. Jadi, Sarwo Edhie Wibowo lahir dari keturunan yang lama hidup di Purworejo. Tidak heran jika Sarwo Edhi juga menjadi kebanggaan Purworejo.

Meski tak di bulan Ramadhan sekalipun, permakaman ini kerap dikunjungi orang. Terutama oleh anak-anak sekolah. Masyarakat awam sudah menganggap Sarwo Edhie sebagai Pahlawan Nasional, tak peduli belum ada satu pun surat keputusan yang menyatakan Sarwo Edhie sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Bahkan ketika SBY masih menjabat sebagai presiden.

Sarwo Edhie angkat senjata sejak 1945 bersama antara lain A. Yani, seniornya yang juga asal Purworejo. Lebih dari 20 tahun menjadi perwira Tentara Nasional Indonesia (TNI), dia berkali-kali menjadi komandan di Angkatan Darat. Sarwo Edhie juga pernah menjadi panglima KODAM Cendrawasih. Pada sebuah museum di Jayapura, dipamerkan sebuah tongkat komando panglima yang paling sederhana dibanding panglima lain, dan tongkat ini dianggap sebagai milik atau warisan Sarwo Edhie.

Di makamnya yang diberi atap itu, kini tentu saja Sarwo Edhi tak sendiri. Istrinya, Sunarti Sri Hadiyah binti Danu Sunarto, juga dimakamkan di sana. Sunarti yang dikenal sebagai Bu Ageng ini tutup usia pada 20 September 2021.

Tak jauh dari permakaman tersebut terdapat pula permakaman Kristen yang disebut Kerkhof. Menjadikan Kota Purworejo tak hanya menjadi kota untuk para pensiunan hidup, tapi juga mereka yang tidak hidup.*

TAG

sarwo edhie wibowo ahmad yani

ARTIKEL TERKAIT

Ibu dan Kakek Jenifer Jill Pieter Sambo Om Ferdy Sambo Pejuang Tanah Karo Hendak Bebaskan Bung Karno Siapa Penembak Sisingamangaraja XII? Sejarah Prajurit Perang Tiga Abad tanpa Pertumpahan Darah Ibnu Sutowo dan Para Panglima Jawa di Sriwijaya Serdadu Ambon Gelisah di Bandung M Jusuf "Jalan-jalan" ke Manado Saat Brigjen Djasmin Dikata Pengkhianat