Masuk Daftar
My Getplus

Ulah Pasukan Princen di Sukaraja

Sekelompok polisi Belanda dikibuli gerilyawan dan dilucuti. Pelucutan ini jadi berita koran Belanda.

Oleh: Petrik Matanasi | 20 Jul 2023
JC Princen, desertiran tentara Belanda yang merepotkan militer Belanda (Ron Giling/Arsip Nasional Belanda)

SAAT Jawa Barat masih jadi daerah pendudukan tentara Belanda, pada Senin malam (4 April mejelang 5 April 1949), pos polisi Sukaradja yang terletak di jalan utama menuju Cianjur, sekitar 5 km sebelah timur Sukabumi, kedatangan tamu. Para anggota polisi di kantor itu adalah orang-orang pribumi juga meski bekerja untuk pemerintahan NICA. Tamu para polisi itu lelaki berseragam tentara kolonial –yang anggotanya kebanyakan orang bumiputra juga– Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL). Sejatinya KNIL juga satu kubu dengan polisi di pos Sukaraja tersebut.

Namun, rupanya tamu KNIL itu tak sendiri. Ada sekelompok gerilyawan republik yang mengikutinya. Tamu berseragam KNIL dan kawan geriyawannya malah meringkus para polisi di pos itu. Setidaknya 14 petugas polisi dibawa pergi. Begitulah yang diberitakan Trouw, 9 April 1949.

Baca juga: Van Kleef, Polisi Nakal yang Ikut DI/TII

Advertising
Advertising

Tiga polisi, tulis koran De Locomotief 9 April 1949, berhasil lolos dari sergapan itu. Para istri polisi yang ada di sekitar lokasi kejadian telah membuang 7 pucuk senjata ke kolam agar tak dibawa para gerilyawan tersebut.

Gangguan para gerilyawan itu tak hanya pada malam jelang 5 April saja. Keeseokan harinya, para gerilyawan kembali ke kantor polisi tadi. Kali ini untuk membakar kantor polisi tersebut. Setelah membakar kantor polisi, mereka membakar kantor pembantu wedana yang terletak di sebelah kantor polisi.

Para gerilyawan itu adalah pendukung Republik Indonesia. Buku Laporan Kepada Bangsa: Militer Akademi Yogya menyebut bahwa serangan ke pos polisi itu melibatkan pasukan Batalyon Kala Hitam dan seorang desertir tentara Belanda —dari Angkatan Darat Koninklijk Landmacht (KL), bukan KNIL— yang kabur dengan seragamnya pula.

Baca juga: Gerilyawan Tertolong Pohon Rambutan

“Kebetulan JC Princen, itu prajurit KL yang membelot dan bergabung Kompi 1 Yon Kala Hitam,” aku Rachwono menjelaskan rekannya yang desertiran KL itu dalam Laporan Kepada Bangsa.

Princen baru saja berhasil menyusun sebuah peleton sendiri. Sedangkan Rachwono adalah komandan peleton yang sering bersama peleton Princen ketika mengganggu aparat Belanda. Mereka berdua bawahan Kapten Saptadji.

Dalam aksi di kantor polisi Sukaraja itu, Princen menyamar sebagai perwira Belanda yang hendak melaksanakan inspeksi di pos polisi tersebut. Sebagai perwira gadungan, Princen menyuruh para polisi itu untuk berbaris. Ketika para polisi itu berbaris, diam-diam anggota pasukan Kala Hitam memasuki pos dari samping. Ketika pasukan Kala Hitam sudah di dalam pos, Princen berteriak sambil membanting pintu. “Angkat tangan!” Princen berteriak seperti diingatnya dalam Kemerdekaan Memilih.

Baca juga: Aksi Princen di Hardjasari

Mereka yang tertawan itu selama berbulan-bulan ditahan di sebuah kamp para pejuang RI di daerah pegunungan. Basis kelompok Princen, Rachwono, dan Saptadji ada di sekitar Gunung Gede. Daerah ini jarang disentuh tentara Belanda yang labih banyak bertahan di perkotaan.

Tak hanya pos polisi Sukaraja, keretaapi di Stasiun Gandasoli, 7 km sisi timur Sukabumi, juga diganggu kelompok Princen. Mereka membebaskan para penumpang sipil yang ada di dalam kereta. Ketika mereka beraksi dan melihat seorang polisi Belanda muncul, langsung mereka tembak. Masinis pun buru-buru menjalankan kereta ketika keributan terjadi. Sebuah granat meledak pula dalam peristiwa itu. Setidaknya satu orang terbunuh dan satu pucuk senjata api berhasil didapat.

Baca juga: Perburuan Desersi Princen

Aksi Princen dan pasukannya itu terus berlangsung hingga membuat militer Belanda marah. Gagalnya aksi-aksi pemburuan terhadapnya sampai membuat Panglima Militer Belanda di Jawa Letjen DC Buurman van Vreeden membuat operasi untuk memburu Princen lewat dua tim komando buru sergap yang –diambil dari prajurit terbaik KST – dipimpin Letnan Henk Ulrici dan Letnan TE Spier.

“Mereka memburuku dengan memanfaatkan orang-orang lokal sebagai mata-mata,” kata Princen.

Princen akhirnya ditemukan di tempat persembunyiannya. Namun setelah melewati pertempuran jarak dekat antara pasukannya dengan pasukan Ulrici, ia berhasil selamat.*

TAG

perang kemerdekaan poncke princen

ARTIKEL TERKAIT

Komandan Polisi Istimewa Digebuki Anggota Laskar Naga Terbang Eks Pesindo Sukses Ibu dan Kakek Jenifer Jill Pieter Sambo Om Ferdy Sambo Pejuang Tanah Karo Hendak Bebaskan Bung Karno Siapa Penembak Sisingamangaraja XII? Sejarah Prajurit Perang Tiga Abad tanpa Pertumpahan Darah Ibnu Sutowo dan Para Panglima Jawa di Sriwijaya Serdadu Ambon Gelisah di Bandung