Masuk Daftar
My Getplus

Parade Kemenangan Perang di Lapangan Merah

Lapangan Merah kembali jadi saksi parade para patriot Rusia. Menggaungkan sentimen anti-Nazi dari masa Stalin hingga Putin.

Oleh: Randy Wirayudha | 09 Mei 2022
"Parad Pobedy v Moskve" atau Parade Hari Kemenangan Perang Patriotik di Lapangan Merah, Kremlin, Moskow (kremlin.ru)

GEMA kemenangan perang diserukan lagi di Lapangan Merah, Moskow, Rusia. Dalam parade kemenangan Perang Patriotik atau Perang Dunia II, Senin (9/5/2022) waktu setempat, Presiden Rusia Vladimir Putin memanfaatkan momentum nostalgia 77 tahun lampau itu untuk menggelorakan operasi militernya ke Ukraina yang masih berlangsung sejak Februari 2022.

“Hari ini, prajurit-prajurit kita, sebagaimana leluhur mereka, tengah bahu-membahu untuk membebaskan tanah airnya dari Nazi yang kotor dengan kepercayaan diri, sebagaimana di tahun 1945, kemenangan akan jadi milik kita,” ujar Putin, dikutip laman kepresidenan Rusia, Minggu (8/5/2022).

Parade kemenangan kali ini akan terasa berbeda dengan masih berkecamuknya konflik Ukraina-Rusia. Terlebih, sejak awal Putin berdalih bahwa operasi militernya adalah untuk membebaskan Ukraina dari pengaruh neo-Nazi.

Advertising
Advertising

“Hari ini, kewajiban bersama kita adalah mencegah kebangkitan Naziisme yang menciptakan penderitaan besar bagi manusia di negara-negara berbeda. Menjadi penting bagi kita untuk melestarikan dan menyampaikan kebenaran kepada anak cucu kita tentang peristiwa-peristiwa itu di masa perang, serta nilai-nilai spiritual dan tradisi bersama atas nama persahabatan,” sambungnya.

Parade militer itu digelar sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Selain memamerkan alutsista-alutsista serupa yang dipakai di Ukraina, delapan jet tempur MiG-29 juga melesat di langit Kremlin dengan membentuk formasi “Z” sebagai simbol operasi militer khusus.

Baca juga: Jejak Nazi di Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Vladimirovich Putin dalam Parade Hari Kemenangan ke-77 di Lapangan Merah (kremlin.ru)

Pasukan Asing dan Panji-Panji Jerman

Parad Pobedy v Moskve atau Parade Hari Kemenangan di Moskow tahun ini mengingatkan kita pada parade perdananya 77 tahun lampau. Parade militer di Lapangan Merah perdana yang dihelat atas perintah pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin itu digelar perdana pada Juni, sebulan setelah kapitulasi Jerman di Perang Dunia II.

Berbeda dari Sekutu yang menerima kapitulasi Jerman pada 7 Mei 1945 di Reims, Uni Soviet baru meresmikan kapitulasi serupa di Berlin pada 8 Mei 1945 pukul 11.01 malam (9 Mei 1945 dini hari waktu Moskow). Stalin tak mengakui kapitulasi 7 Mei.

“Hari ini (7 Mei) di Reims, Jerman menandatangani penyerahan tanpa syarat. Padahal rakyat Sovietlah yang memainkan kontribusi utamanya, bukan Sekutu. Oleh karenanya kapitulasi haruslah diteken di hadapan panglima tertinggi semua negara koalisi anti-(Adolf) Hitler dan bukan hanya di hadapan panglima tertinggi Sekutu. Saya juga tidak setuju karena penyerahan itu tidak dilakukan di Berlin yang merupakan pusat dari agresi Nazi. Kami hanya menyetujui protokol Reims dengan Sekutu sekadar sebagai pendahuluan,” ungkap Stalin, dikutip sejarawan Universitas Moskow, Nikolai Sivachev dan Nikolai Yakovlev, dalam Russia and the United States: U.S.-Soviet Relations from the Soviet Point of View.

Baca juga: Prahara Kharkiv

Atas dasar itulah Soviet meminta Jerman untuk kembali membubuhkan tinta hitam di atas kertas putih sebagai penyerahan tanpa syarat di Berlin-Karlhorst, 8 Mei malam. Prosesinya dihadiri Panglima Oberkomando der Wehrmacht (OKW) Marsekal Wilhelm Keitel di pihak Jerman dan Panglima Tentara Merah Marsekal Georgy Zhukov yang mewakili pihak Sekutu serta disaksikan Jenderal Carl Spaatz dan Jenderal Jean de Lattre de Tassigny yang mewakili Pasukan Ekspedisi Sekutu.

Selang sebulan, lewat Perintah Nomor 370 Stalin memerintahkan parade pasukan di Lapangan Merah pada 24 Juni 1945. Stalin memerintahkan parade diikuti semua perwakilan pasukan yang terlibat di Perang Dunia II.

“Untuk menandai kemenangan atas Jerman dalam Perang Patriotik, saya memerintahkan sebuah parade pasukan Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Garnisun Moskow di Lapangan Merah Moskow. Pasukan yang berbaris harus berasal dari kombinasi resimen semua front, kombinasi resismen Komisariat Pertahanan Rakyat Nasional, AL Soviet, akademi dan sekolah militer, dan pasukan Garnisun Moskow dan Distrik Militer,” seru Stalin dalam perintah tertulisnya.

Kapitulasi Jerman terhadap Sekutu di Berlin pada 8 Mei 1945 (Bundesarchiv)

Stalin mempercayakan Marsekal Zhukov sebagai inspektur parade, dibantu Marsekal Konstantin Rokossovsky sebagai komandan paradenya. Keduanya diharapkan bisa bekerjasama dengan Kolonel Jenderal Pavel Artemyev yang akan mengatur dan mensupervisi setiap personil yang berpartisipasi.

“Stalin mulanya berharap memimpin sendiri parade itu tetapi batal setelah ia terjatuh dari kudanya saat latihan berkuda secara rahasia. Ia cukup menyaksikan Zhukov dari mausoleum memimpin parade,” ungkap Caroline Brooke dalam Moscow: A Cultural History.

Baca juga: Badai Tentara Merah Menyapu Pasukan Baja Jerman

Untuk mengikuti parade tersebut, para partisipannya dilatih baris-berbaris setiap pukul 4 hingga 8 pagi selama 15 hari di berbagai institusi militer. Seragamnya, sebagaimana dikutip Marius Broekmeyer dalam Stalin, The Russians, and Their War, dibuatkan ribuan seragam baru oleh sejumlah penjahit di Lodz, Polandia. Para jenderal dan marsekal diberi seragam berbeda, yakni berwarna hijau laut sebagaimana di era Kekaisaran Rusia.

Kendati hujan ringan mengguyur langit Moskow pada pagi, 24 Juni 1945, ratusan ribu penduduk tetap menyesaki sekitar Lapangan Merah yang sudah semarak dengan panji-panji berwarna merah dan spanduk yang menampilkan potret Stalin dan Vladimir Lenin.

Kolase parade Hari Kemenangan 24 Juni 1945 yang dipimpin Marsekal Georgy Konstantinovich Zhukov (mamm-mdf.ru)

Tepat pukul 10 pagi, Stalin dan rombongan tiba di balkon Mausoleum Lenin, menandakan parade dua jam itu dimulai. Lagu kebangsaan Uni Soviet hingga musik-musik patriotik yang dimainkan Garnisun Moskow dan unit-unit band NKVD serta sekolah-sekolah militer pimpinan Mayjen Semyon Tchernetsky mengiringi pembukaan parade.

Sekitar 40 ribu serdadu Tentara Merah yang berbaris di unit masing-masing turut berpartisipasi. Dari kontingen angkatan darat turut dihadirkan resimen-resimen Tentara Merah front Karelia, Leningrad, Baltik, Belarusia, dan Ukraina. Sementara kontingen angkatan laut dan angkatan udara diwakili prajurit-prajurit Armada Utara, Armada Baltik, Armada Laut Hitam, dan batalyon kombinasi akademi teknis AL MV Frunze. Selain serdadu, sekitar 1.850 alutsista darat turut dikerahkan unit-unit kavaleri dan artileri.

Baca juga: Saling Tuding Hitler-Stalin dalam Pembantaian Katyń

Menariknya, parade kemenangan perdana itu turut mengundang satu unit pasukan asing, yakni Kompi Panji Pengawal Ke-1 AD Polandia. Pasukan asing itu dipimpin Kepala Staf Umum AD Polandia Jenderal Władisław Korczyc.

“Tentara Rakyat Polandia adalah satu-satunya pasukan sekutu (Tentara Merah) yang ambil bagian dalam Pertempuran Berlin (16 April-2 Mei 1945), dan bendera Polandia turut dikibarkan berdampingan dengan bendera Soviet di atas reruntuhannya. Maka pasukan Polandia pun ikut serta dalam Parade Kemenangan di Lapangan Merah, berdasarkan Pakta Persahabatan, Bantuan Bersama, dan Kerjasama Pascaperang yang ditandatangani antara Uni Soviet dan Polandia pada 21 April 1945,” ungkap jurnal Social Sciences, Volume 39 terbitan USSR Academy of Sciences tahun 2008.

Aneka bendera, panji, dan pataka Nazi yang dibawa serta dalam parade (Russian Military Historical Society/mamm.mdf.ru)

Dalam parade kemenangan perdana itu juga dihelat prosesi “penistaan” panji-panji tempur dan kavaleri Jerman. Sebanyak 201 panji setingkat batalyon hingga divisi infantri maupun kavaleri reguler maupun SS (Schutzstaffel/Paramiliter) Jerman yang direbut dalam berbagai pertempuran, dibawa oleh barisan Separate Operational Purpose Division (ODON) NKVD. Selain itu, turut dibawa pula pataka milik Divisi Lapis Baja SS Ke-1 LSSAH (Leibstandarte SS Adolf Hitler), divisi sohor Jerman yang melibas musuh-musuhnya dalam invasi ke Polandia, Prancis, Balkan, dan Soviet. Divisi itu menemui ajalnya di Pertempuran Berlin.

“Marsekal Zhukov dari atas kuda putihnya meniup peluit pertanda ratusan bendera, panji, dan pataka Jerman itu dilemparkan ke dasar tangga mausoleum, menandakan Jerman bertekuk lutut di bawah kaki Stalin,” imbuh Brooke.

Baca juga: Swastika, Lambang Mulia yang Dicemari Nazi

Akan tetapi setelah parade perdana itu, gelaran parade vakum selama dua dekade. Yang ada hanya sekadar parade bersama Uni Soviet, Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris di Berlin, Jerman Timur pada 9 Mei 1946.

“Sesudah parade Juni 1945, tidak ada parade Hari Kemenangan lagi sampai 1965 dan sejak 1965 parade-parade ini juga hanya dihelat setiap lima tahun sekali. Pasca-kejatuhan Soviet, para pemimpin Rusia memperingatinya setiap tanggal 9 Mei dengan beraneka format. Semisal pada 1992 saat Rusia yang baru merayakan Hari Kemenangan, tidak ada upacara khusus. (Presiden Rusia, Boris) Yeltsin sekadar meletakkan karangan bunga di Pemakaman Prajurit Tak Dikenal dekat Kremlin sebelum bergabung dalam perayaan informal di Gorky Park bersama para veteran,” ungkap Olga Malinova dalam “Political Uses of the Great Patriotic War in Post-Soviet Russia from Yeltsin to Putin” yang termuat di buku War and Memory in Russia, Ukraine, and Belarus.

Baru pada 1995 Presiden Yeltsin menetapkan Parade Hari Kemenangan dihelat rutin setiap tahun. Tidak hanya di Moskow tapi juga di Leningrad (kini St. Petersburg).

“Presiden pertama Rusia itu tidak pernah menginterpretasikan momen itu berhubungan dengan sistem (politik) kenegaraan dan sosial seperti pendahulunya. Ia memilih mengagungkan momen itu sebagai penhormatan kepada rakyat yang memenangkan perang. Bahwa hari itu merupakan simbol dari keberanian, pengorbanan, dan patriotisme para prajurit, jenderal, pelaut, pilot, hingga para buruh dan partisan,” lanjut Malinova.

Di masa Putin, ada yang berbeda. Yang paling kentara adalah dikumandangkan kembali lagu kebangsaan Soviet yang diubah lirik dan judulnya, “Gosudarstvennyy gimn SSR” menjadi “Gosudarstvennyy Gimn Rossiyskoy Federatsii”. Lagu kebangsaan ini sempat ditanggalkan sejak 1900-2000 dan digantikan “Patrioticheskaya pesnya”.

“Narasi historis baru dalam retorika Putin dalam parade itu menonjolkan nilai-nilai ‘seribu tahun’ Rusia sebagai elemen sentral identitas nasional. Bendera triwarna (putih-biru-merah) dan lambang (elang berkepala dua) menyimbolkan warisan Kekaisaran Romanov. Tetapi di sisi lain seringkali pidatonya dikaitkan dengan ketangguhan sebuah bangsa yang bertahan dalam ujian Perang Dunia II, modernisasi, dan berbagai aspek kemajuannya dalam posisi di tataran dunia,” tandas pakar politik Universitas HSE Moskow tersebut.

Baca juga: Di Balik Sepakbola di Lapangan Merah

TAG

rusia perang dunia stalin

ARTIKEL TERKAIT

Warisan Persahabatan Indonesia-Uni Soviet di Rawamangun Nafsu Berahi Merongrong Kamerad Stalin (Bagian II – Habis) Nafsu Berahi Merongrong Kamerad Stalin (Bagian I) Roket Rusia-Amerika Menembus Bintang-Bintang Percobaan Pembunuhan Leon Trotsky, Musuh Bebuyutan Stalin Strategi Napoleon di Balik Kabut Austerlitz Waktu Punya Tupolev, Angkatan Udara Indonesia Kuat Getirnya Tragedi di Stadion Luzhniki Di Balik Warna Merah dan Istilah Kiri Moskva, Kapal Kebanggaan Rusia yang Tinggal Nama