Masuk Daftar
My Getplus

Kopral KNIL yang Bunuh Pribumi Dihukum Mati Belanda

Penegakan hukum Belanda di Jakarta zaman perang bisa tegas. Tak peduli Kopral KNIL yang melakukan kriminal, disikat juga.

Oleh: Petrik Matanasi | 12 Agt 2024
Beberapa serdadu KNIL melakukan pemeriksaan di Jakarta. Situasi panas Jakarta sering dimanfaatkan orang untuk berbuat kriminal, tak terkecuali tentara Belanda sendiri. (Foto: Imperial War Museum)

SEBAGAI serdadu dari pihak yang kalah perang, Andre Pierre Hubert Orval harus rela dikirim ke tempat-tempat yang jauh dari tanah kelahirannya, Semarang. Sebab, setelah Maret 1942 dia hanyalah tawanan perang Jepang. Bersama banyak tawanan perang lain, dirinya dibawa ke mana saja oleh tentara Jepang, termasuk daerah yang mesti menyeberangi lautan luas.

Pria Belanda asal Semarang ini, menurut kartu tawanan perang atas nama dirinya, adalah serdadu berpangkat prajurit dua milisi dengan nomor stamboek 79722. Dia bertugas pada pada kompi II zeni Koninklijke Nederlandsche Indische Leger (KNIL) Cimahi. Sebelum menjadi milisi, pria kelahiran Semarang, 18 Mei 1922 ini bekerja di pabrik senjata.

Setelah Jepang menduduki dan menerima penyerahan tanpa syarat Hindia Belanda pada 1942, bukan hanya Andre yang jadi tawanan perang tapi juga ayahnya ELA Orval. Ketika itu keluarganya tinggal di Gempol Wetan, Bandung.

Advertising
Advertising

Setelah menjadi tawanan, Andre dikirim ke Jepang pada 1 April 1942. Di sana dia ditempatkan di Kamp Tokyo. Dia baru bebas setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Andre lalu dilatih menjadi polisi militer. Biasanya tentara Sekutu melatih polisi militer di Manila, Filipina.

Setelah menjadi Polisi Milite usai Perang Dunia II, Andre mendapat pangkat kopral di KNIL. Dia kemudian dikirim ke Jakarta. Kota yang masih ingin disebut Batavia oleh orang Belanda itu sudah bebas dari tentara Jepang, namun Belanda belum menguasai sepenuhnya. Ketika Andre baru tiba, militer Belanda, termasuk KNIL, sedang memperkuat diri untuk menduduki kembali Hindia Belanda yang sudah diklaim sebagai Republik Indonesia oleh Sukarno dkk.

“Dalam waktu singkat di Jakarta terbentuk sebuah komunitas orang-orang Belanda yang cukup besar, yang berupaya memulihkan pola kehidupan dari zaman sebelum perang. Orang-orang Belanda, Indo, dan Ambon, yang mengaku sebagai penjaga keamanan mulai berkeliaran di jalan-jalan,” tulis Robert Cribb dalam Gejolak Revolusi di Jakarta 1945-1949.

Hal itu membuat panas situasi kota Jakarta. Sebab, rakyat yang dulunya digolongkan pribumi bergabung atau mendirikan kelompok-kelompok perjuangan. Mereka siap mempertaruhkan nyawa untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan Sukarno-Hatta.

Dalam kondisi panas tersebut, tetap saja ada orang-orang yang mengail di air keruh. Dari pihak Indonesia maupun Belanda. Kopral Andre salah satunya. Kopral Andre, yang seharusnya menegakan disiplin tentara dalam KNIL, rupanya bukan lagi gagal dalam melaksanakan tugasnya tapi malah berbuat kejahatan. Pada pergantian malam tanggal 4 ke 5 Mei 1947, Andre terlibat dalam sebuah perampokan yang mengakibatkan tewasnya Fatmah binti Salim bin Medra di Jatinegara, yang oleh pihak Belanda masih disebut sebagai Meester Cornelis.

Meski Fatmah cuma orang sipil pribumi di daerah pendudukan tentara Belanda, kematiannya Fatmah tak dibiarkan begitu saja oleh otoritas Belanda di Jakarta. Kematian Fatmah tetap diusut dengan setuntas-tuntasnya meski di masa darurat perang. Penegakan hukum yang dipraktikkan terkesan tanpa pandang bulu.

Bersama seorang pribumi bernama Mohammad Hasan, Andre terseret kasus hukum. Koran Belanda Het Dagblad tanggal 22 April 1948 dan koran-koran berbahasa Belanda lain mengabarkan peran Andre dalam kematian Fatmah pun diadili. Hasil dari pemeriksaan di persidangan kemudian membuat hakim militer menjatuhkan hukuman mati kepada Andre. Kopral Andre Orval dianggap mencoreng Polisi Militer KNIL Belanda. Sementara, ketika Andre disidang, Hasan sudah dihukum mati.

Hukuman mati Andre tampak disegerakan. Hanya dalam hitungan empat bulan dia dieskekusi, tak menunggu lama seperti Kusni Kasdut di era Sukarno dan Soeharto, apalagi kasus Inspektur Jenderal Ferdy Sambo, yang hukuman matinya diubah menjadi seumur hidup.

Menurut data OGS, pada 28 Agustus 1948 Andre sudah dinyatakan meninggal dunia. Andre dimakamkan berdasarkan kepercayaannya, sebagai penganut Katolik. Setelah eksekusinya, putra ELA Orval dan Lucie Dis ini dimakamkan di permakaman Petamburan, Jakarta Barat, dan bukan di permakaman Belanda Menteng Pulo.*

TAG

knil perang kemerdekaan

ARTIKEL TERKAIT

Eks KNIL Tajir Ayah Pendiri Kopassus Tenggelam di Samudera Hindia Gembong PKI Ingin Jadi Tentara Duel Bangsawan dan Kapten Asal Bangkalan KNIL Muslim dari Tulehu Alex Kawilarang Anak Angkat Oerip Soemohardjo Orang Wana Melawan Belanda Korps Nyonya Belanda Gugurnya Arung Rajang Ibu dan Kakek Jenifer Jill