Masuk Daftar
My Getplus

Gugurnya Arung Rajang

Pasca-para raja Sulawesi Selatan melawan Belanda pada 1905, Rajang jadi salah satu basis perlawanan. Rajanya gugur dalam pertempuran.

Oleh: Petrik Matanasi | 10 Mei 2024
Desa Benteng Alla Utara, sebuah desa di pegunungan Kabupaten Enrekang yang dulu jadi basis perlawanan terhadap Belanda. (jadesta.kemenparekraf.go.id)

RASIMAN belum lama masuk kompeni ketika dikirim ke Sulawesi Selatan. Dia mulai bertugas pada 1902 di Willem I, Ambarawa, sebagai fuselier atau prajurit infanteri rendahan, seperti kebanyakan orang Jawa minim pendidikan di dalam tentara kolonial Koninklijk Nederlandsch Indische Leger (KNIL). Setelah setahun di Ambarawa, Rasiman dikirim ke Ambon dan Ternate.

Setelah raja-raja Sulawesi Selatan berseberangan politik dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda pada 1905, pemerintah mengirim KNIL untuk mengatasinya. Rasiman termasuk serdadu yang dikirim ke sisi utara Sulawesi Selatan. Di daerah tersebut, raja-raja Sulawesi Selatan berkumpul dalam melawan Belanda. Mereka pun menjadi buruan serdadu KNIL.

Dahulu kala di daerah kabupaten Pinrang, daerah tugas Rasiman, terdapat kerajaan bernama Rajang. Kerajaan kecil itu berbatasan dengan dengan Kerajaan Latte. Kedua wilayah kerajaan kecil itu berada di dalam Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang. Daerah tersebut menjadi pelarian musuh Belanda dari daerah Kalosi, Enrekang, setelah benteng Alla direbut tentara Belanda. Koran Het Nieuws Van Den Dag tanggal 16 Maret 1906 menyebut Masenrempulu, kampung yang menjadi benteng di Pabesaran dan Rajang, direbut tentara Belanda pada 5 Maret 1906.

Advertising
Advertising

Setelah merebutnya, esoknya Kapten Hirschmann dan Ten Seldam mengejar Pangeran Gowa. Sang pangeran berada di sekitar Letta dan Batulappa.

Baca juga: Meninjau Kembali Peran Arung Palakka

Benteng Alla yang terletak di pegunungan kapur di sisi utara Kabupaten Enrekang itu, menurut koran Algemeen Handelsblad edisi 21 Mei 1907, dipertahankan oleh Pabitjara dari Tobangan dan Nene Lintik dan pengikutnya. Benteng itu diserang satu peleton KNIL pimpinan Letnan Pimentel. Pasukan Pimentel bergerak dari Kalosi ke benteng tersebut pada pukul 07.30 malam 30 Januari 1907. Mereka menunggu fajar 31 Januari 1907 untuk menyerang. Serangan keras mereka lancarkan begitu Jam-J tiba. Nene Lintik yang berkuasa pun menyerah setelah terjepit.

Setelah Benteng Alla, pada minggu-minggu berikutnya daerah Rajang yang jadi sasaran KNIL. Rasiman termasuk yang ikut ke Rajang yang daerahnya berada di ketinggian lebih dari 100 meter dari permukaan laut. Semakin ke utara, daerah itu semakin meninggi. Orang-orang Rajang, yang ikut melawan Belanda, berada di punggung bukit.

Kapten Van Hulstijn memimpin gerak maju pasukan KNIL itu. Sisi barat daerah Rajang, sesuai taktiknya, ditutup dengan rapat sehingga orang Rajang yang melawan tak bisa kabur ke barat. Sementara, daerah timur sudah ada jurang, membuat orang Rajang susah pergi. Alhasil orang Rajang hanya memanfaatkan tumpukan batu sebagai dinding pertahanan.

Baca juga: Guru Arung Palakka

Pada malam 18 Februari 1907, pasukan Kapten Van Hulstijn bergerak mendekati posisi pertahanan orang-orang Rajang. Kapten membagi pasukannya menjadi empat pasukan yang lebih kecil untuk pengepungan dan penyergapan.

Tak langsung menyerang, Kapten Van Hulstijn dan pasukannya menunggu pagi sembari mengumpulkan tenaga. Pada pukul 6 pagi tanggal 19 Februari 1907, mereka baru memulai serangan. Kapten Van Hulstijn memberi tanda kepada pasukan Pembantu Letnan Kaniess untuk menyerang di daerah yang tinggi. Serdadu terdepan langsung berusaha membuka jalan.

Sekitar 20 menit pertama Fusilier Rasiman yang berada di dalam benteng dan berkelahi melawan orang-orang Rajang berusaha membuat celah pada rintangan yang dibuat orang Rajang. Rasiman maju lebih depan daripada Kaniess dan Fuselier Breodenbeek serta serdadu lain.

Butuh waktu tiga jam bagi KNIL untuk melumpuhkan lawan-lawan yang terjebak itu. Pada pukul 09.00 barulah Benteng Rajang itu berhasil direbut.

Baca juga: Jalan Tarung Karaeng Karunrung

Namun, sebagian kombatan Rajang berhasil lolos dari sergapan kompeni melalui lorong bawah tanah. Di antaranya Arung Rajang dan kepala pasukan-pasukannya. Mereka menuju bawah jurang yang dipenuhi semak-semak. Namun, mereka tak bisa bertahan hidup di sana karena menuju jurang dalam keadaan terluka. Di sana pulalah Arung Rajang bersama 20 orang pengikutnya ditemukan dalam keadaan sudah menjadi mayat pada malamnya oleh pasukan kompeni –yang juga kehilangan beberapa prajurit dalam pertempuran tersebut.

Fuselier Rasimen, serdadu dengan nomor stamboek 61702, menjadi bintang dalam pertempuran tersebut. Pada tahun berikutnya, berdasar Koninklijk Besluit tanggal 20 Juli 1908 nomor 68, dia dianugerahi bintang Militaire Willemsorde kelas empat. Selanjutnya, sebagaimana diberitakan koran De Locomotief tanggal 21 Juni 1938, pada 1910 Rasiman ditugaskan ke Manado selama tiga tahun. Rasiman kemudian pada 1914 bertugas di bagian kesehatan hingga berpangkat Hospitaalsoldaat (prajurit kesehatan) kelas satu. Rasiman pensiun pada 1922 dan tinggal di Ambarawa, tempatnya memulai karier sebagai serdadu KNIL.*

TAG

knil sulawesi selatan

ARTIKEL TERKAIT

Ibu dan Kakek Jenifer Jill Siapa Penembak Sisingamangaraja XII? Thomas Nussy versus Anak Cik Di Tiro Hukuman Penculik Anak Gadis Dulu Para Sersan Berserikat Pengawal Raja Charles Dilumpuhkan Orang Bali Pengawal Raja Charles Masuk KNIL Setelah Gerard van Daatselaar Ditawan Kombatan Minahasa dalam Serangan Umum Persahabatan Sersan KNIL Boenjamin dan dr. Soemarno