Masuk Daftar
My Getplus

Akhir Tragis Overste Romantis

Dikenal sebagai perwira cerdas dan flamboyan, kematian Oesman Soemantri berselimut misteri.

Oleh: Hendi Johari | 12 Sep 2024
Sabotase kareta api oleh SP 88. (gahetna.nl).

NAMA SP 88 tak bisa dipisahkan dari sosok Overste Oesman Soemantri. Dia adalah salah satu pendiri dan otak di balik strategi yang dijalankan SP 88. “Pak Oesman terkenal sebagai perwira cerdas. Kemampuan berbahasa asingnya bagus,” ujar Gar Soepangat, mantan anak buah Oesman di SP 88.

Oesman lahir di Jakarta sekitar awal 1920. Tak banyak orang tahu jika pemuda berkulit putih itu merupakan cucu penyair besar Betawi: Muhammad Bakir. Tak heran Oesman pandai melukis dan bisa menulis puisi. “Karena ketampanan dan kemampuannya dalam bidang seni, Pak Oesman dikenal sebagai perwira yang berjiwa romantis,” kata Soepangat.

Dalam kenangan Masdoeki (102 tahun), Oesman tersohor sebagai perwira flamboyan. Dia dikenal dekat dengan beberapa perempuan cantik di Purwakarta dan Karawang. Karena kedekatan itu, banyak lelaki diam-diam menyimpan rasa cemburu kepada sang perwira. “Ya wajar saja, dia memang orangnya menarik bagi siapa pun,” kata Masdoeki, mantan anggota intel dari Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI) Purwakarta.

Advertising
Advertising

Baca juga: Pencipta Neraka di Barat Jawa

Selama 1948, nama Oesman terdongkrak karena aksi-aksi kesatuan SP 88 yang dipimpinnya. Penculikan orang-orang yang diduga sebagai mata-mata hingga penggulingan kereta api yang memuat logistik tentara pendudukan membuat intelijen militer Belanda memburunya.

Salah satu operasi perburuan yang hampir berhasil terjadi pada 21 Agustus 1948. Dalam suatu serangan kilat, sepasukan militer Belanda menyerbu Markas Kantor Staf SP 88 di Desa Sukamanah. Kendati berhasil menawan istri Oesman dan dua perwira pertama SP 88, Oesman lolos dari kepungan. “Delapan anggota SP 88 menjadi korban, empat di antaranya langsung tewas di tempat,” ujar Kartam (88 tahun), eks gerilyawan di Desa Sukamanah.

Baca juga: Aksi Militer Belanda Menghabisi SP 88

Oesman memang kerap lolos dari sergapan militer Belanda. Bisa jadi itu disebabkan dia memiliki insting seorang intel. Namun banyak rekannya di organ perjuangan mencurigai Oesman “bermain di dua kaki“. Terlebih rekan dan anak buahnya pernah memergoki Oesman tengah berbincang akrab dengan beberapa perwira Belanda di kota Purwakarta.

“Itu jelas fitnah. Masak hanya karena menguasai bahasa Belanda, Pak Oesman dianggap pengkhianat? Bisa jadi dia pernah berbincang dengan tentara Belanda tapi saya yakin itu dilakukannya dalam rangka perannya sebagai intel,” ujar Soepangat.

Pada pertengahan 1949, Oesman sempat dipanggil ke Markas Besar Tentara di Yogyakarta. Beberapa saat usai kepulangannya dari sana, di sebuah tempat bernama Tegaldanas (masuk wilayah Karawang), tiba-tiba Oesman terjungkal karena sebuah tembakan dari jarak jauh yang tepat mengenai kepalanya. Penembak jitu yang mengakhiri hidupnya itu diidentifikasi bernama Debot, anak buah Oesman di SP 88. Menurut Soepangat, Debot melakukan aksinya karena perintah dari seorang letnan bernama Gandakoesoemah.*

Baca tulisan premium tentang SP 88 Gelora dari Purwakarta

TAG

perang kemederdekaan

ARTIKEL TERKAIT

Kisah Perwira TNI Sekolah di Luar Negeri Prakarsa Indonesia atas Perang Korea Mayor Belanda Tewas di Parepare, Westerling Ngamuk Ketika Israel Menghantam Kapal Amerika Gara-gara Laskar Berulah, Bung Hatta Marah KNIL Turunan Genghis Khan Dari Pemberontakan ke Pemberontakan (Bagian II – Habis) Mayor Bedjo dan Mayor Liberty Malau Gelut di Tapanuli Dari Pemberontakan ke Pemberontakan (Bagian I) Mereka yang Masih Mengenang