Masuk Daftar
My Getplus

Lima Belas Menit yang Mematikan di Pompeii

Letusan Gunung Vesuvius di Italia hanya butuh 15 menit untuk memusnahkan kota Pompeii. Ribuan penduduknya mati.

Oleh: Risa Herdahita Putri | 25 Mar 2021
Cetakan tubuh seorang pria yang menutup wajahnya sebelum meninggal ditemukan di antara benda-benda antik reruntuhan Pompeii, Italia. (Mada_Cris/Shutterstcock).

PENDUDUK Pompeii tak mampu melarikan diri ketika Gunung Vesuvius meletus pada 79 M. Ledakan gunung berapi aktif satu-satunya di Eropa Daratan sebelah timur Napoli, Italia ini hanya butuh waktu 15 menit untuk menghabisi penduduk kota Romawi Kuno itu.

Hal itu diketahui para peneliti Departemen Ilmu Bumi dan Geo-lingkungan Universitas Bari, Italia, lewat studi mereka yang bekerja sama dengan Institut Nasional Geofisika dan Vulkanologi (INGV) dan Survei Geologi Inggris di Edinburgh.

“Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan model untuk mencoba memahami dan mengukur dampak aliran piroklastik di daerah yang dihuni Pompeii, sekitar 10 km dari Vesuvius,” kata Roberto Isaia, peneliti senior Vesuvius Observatory di INGV kepada The Guardian.

Advertising
Advertising

Aliran piroklastik berupa lava padat, abu vulkanik, dan gas panas bergerak cepat melanda Pompeii beberapa menit setelah gunung berapi meletus. Diperkirakan 2.000 orang meninggal karena lemas di rumah, tempat tidur, atau jalan-jalan dan alun-alun kota. Isaia memperkirakan gas, abu, dan partikel vulkanik menyelimuti kota selama 10 sampai 20 menit.

“Kemungkinan puluhan orang tewas akibat hujan lapili yang jatuh di Pompeii setelah letusan, tetapi kebanyakan dari mereka meninggal karena sesak napas,” kata Isaia.

Baca juga: Letusan Gunung Tambora Musnahkan Dua Kerajaan

Penelitian INGV menggambarkan aliran piroklastik sebagai “dampak paling merusak” dari letusan eksplosif. “Sebanding dengan longsoran, mereka dihasilkan oleh runtuhnya kolom letusan. Debu vulkanik yang dihasilkan mengalir di sepanjang lereng gunung berapi dengan kecepatan ratusan kilometer per jam, pada suhu tinggi dan dengan konsentrasi partikel yang tinggi,” kata Isaia.

Sementara awan panas yang mematikan memiliki suhu lebih dari 100 derajat. Di dalamnya terkandung CO2, klorida, partikel, abu pijar, dan kaca vulkanik. “Lima belas menit di dalam awan neraka itu pasti tak ada habisnya. Orang Pompeii hidup dengan gempa bumi, tetapi tidak dengan letusan, jadi mereka dikejutkan dan tersapu oleh awan abu pijar itu,” lanjutnya.

Runtuhan Kota Kuno Herculaneum di tengah bangunan-bangunan baru, di belakangnya Gunung Vesuvius. (Pfeiffer/Shutterstock).

Bukti Menyeramkan yang Terawetkan

Bukan hanya Pompeii, kota Herculaneum juga terkubur di bawah lapisan tebal material vulkanik dan lumpur dari letusan Vesuvius. Sebagaimana dijelaskan History, Pompeii dan Herculaneum tumbuh di dekat kaki Gunung Vesuvius. Pada masa Kekaisaran Romawi awal, 20.000 orang tinggal di Pompeii, termasuk pedagang, produsen, dan petani. Mereka mengeksploitasi tanah subur di wilayah itu tanpa tahu bahwa tanah hitam yang subur itu merupakan peninggalan dari letusan Vesuvius sebelumnya.

Sementara kota Herculaneum berpenduduk 5.000 orang. Kota ini menjadi tujuan musim panas favorit bagi orang Romawi yang kaya. Herculaneum menyediakan vila-vila dan pemandian yang mewah.

Baca juga: Bencana Gunung Api Menghantui Majapahit

Kesenangan dan kemakmuran itu berakhir pada siang hari, 24 Agustus 79 M, ketika puncak Gunung Vesuvius meledak. Penduduk kota melarikan diri dalam ketakutan. Mereka yang tetap tinggal bersembunyi di gudang bawah tanah atau bangunan batu. Mereka berharap letusan segera mereda, tapi tak pernah terjadi. Mereka pun mati pada pagi hari, 25 Agustus 79 M.

Kejadian di Herculaneum sedikit berbeda. Mulanya kota ini terlindung berkat angin barat. Namun, awan panas, abu dan gas melonjak di sisi barat Vesuvius, menelan kota dan seisinya. Awan mematikan ini diikuti banjir lumpur vulkanik dan batuan mengubur kota.

Pasca bencana, kota-kota itu tak pernah dibangun kembali, terlupakan dalam perjalanan sejarah. Baru pada abad ke-18, Pompeii dan Herculaneum ditemukan dan digali. Yang tersisa di sana memberikan catatan arkeologi yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang kehidupan sehari-hari peradaban kuno, yang secara mengejutkan terawetkan.

Baca juga: Meredam Murka Gunung Kelud

Cetakan dari tubuh seorang pria di saat-saat terakhirnya kala Gunung Vesuvius meletus. (Wjarek/Shutterstock).

Sisa-sisa penduduk dari 2.000 pria, perempuan, dan anak-anak, ditemukan di Pompeii. Setelah meninggal karena sesak napas, tubuh mereka tertutupi abu yang mengeras dan mengawetkan. Tubuh mereka membusuk menjadi sisa-sisa kerangka, meninggalkan semacam cetakan gips.

Arkeolog yang menemukan cetakan itu mengisi rongganya dengan plester, mengungkap dengan detail pose suram kematian para korban. Sisa-sisa kota menyimpan benda-benda yang bisa menceritakan kehidupan sehari-hari di Pompeii sebelum diamuk letusan Vesuvius.

Baca juga: Terpaksa Mengungsi karena Gunung Berapi

Sementara itu, sisa-sisa penduduk Herculaneum pertama kali ditemukan pada 1982. Ratusan kerangka yang memiliki bekas luka bakar mengerikan, menjadi saksi kematian yang menyeramkan.

Saat ini, reruntuhan Pompeii adalah situs arkeologi kedua yang paling banyak dikunjungi di Italia setelah Colosseum di Roma.

“Sangat penting untuk dapat merekonstruksi apa yang terjadi selama letusan Vesuvius di masa lalu, untuk melacak karakteristik arus piroklastik dan dampaknya terhadap populasi,” kata Prof. Pierfrancesco Dellino dari Universitas Bari kepada The Guardian. “Memberikan wawasan berharga untuk menafsirkan perilaku Vesuvius, juga dalam hal perlindungan sipil.”

TAG

gunung bencana alam

ARTIKEL TERKAIT

Gunung Semeru, Gisius, dan Harem di Ranupane Pulangnya Arca Ganesha dari Lereng Semeru "Amukan" Gunung Ruang Bromo dalam Catatan Penjelajah Inggris Gempa Merusak Keraton Bupati dan Masjid Agung Cianjur Ibu Kota Pindah dari Cianjur ke Bandung Gunung Semeru Memantapkan Pulau Jawa Amuk Semeru di Masa Lalu Terpaksa Mengungsi karena Gunung Berapi Meredam Murka Gunung Kelud