Masuk Daftar
My Getplus

Catatan Tentang Kerajaan Tulang Bawang

Kerajaan Tulangbawang dianggap kerajaan tertua di Lampung. Pernah dikuasai Sriwijaya, daerah ini penghasil kapas dan merica.

Oleh: Petrik Matanasi | 31 Mei 2024
Gapura Kantor Bupati Tulang Bawang. (disdukcapil.tulangbawangkab.go.id)

GUNA meningkatkan pelayanan publik, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Tulang Bawang menghelat diskusi “Forum Konsultasi Publik” Kamis (29/5/24) lalu di Kantor Bupati.

“Salah satu esensi dari pemerintah yang baik adalah terciptanya pelayanan publik yang efektif, efisien dan akuntabel,” ujar Kepala DPMPTSP Dedi Palwadi, dikutip lampung.rilis.id, 30 Mei 2024.

Hal tersebut patut diapresiasi. Sebagai kabupaten dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tertinggi di Provinsi Lampung, Tulang Bawang yang beribukota Menggala berani membuat “gebrakan”.

Advertising
Advertising

Secara administratif, Tulang Bawang sebagai pemerintahan memang baru berdiri pada 1997. Namun, daerah yang dijadikan nama kabupatan (baca: Tulang Bawang) tersebut sejatinya telah lama eksis. Di masa lalu, pernah ada Kerajaan Tulang Bawang yang kadang disebut sebagai Tulimbavan. Kerajaan Tulang Bawang dianggap kerajaan tertua di Lampung.

“Dari sumber Cina dapat kita ketahui bahwa kerajaan yang pertama terdapat di daerah Lampung ialah Kerajaan Tulang Bawang,” tulis Bukri dkk. dalam Sejarah Daerah Lampung.

Baca juga: Residen Lampung Pertama Diturunkan Rakyat

 

Sumber tersebut mengatakan Kerajaan Tulang Bawang sudah ada sejak abad ke-7 di daerah Lampung bagian utara. Sumber itu menyebut ada nama To-lang dan Po-hwang, setelah disatukan keduanya menjadi Tulang-Bawang.

Seperti kebanyakan kerajaan kuno lain Nusantara, sulit menemukan sisa peninggalan istananya. Bukri dkk menyebut istana pada masa Kerajaan Tulang Bawang biasa memakai material berupa kayu dan atap ijuk atau genteng. Bahan bangunan ini dianggap bahan yang tidak tahan lama karena pelapukan.

“Berapa lama kerajaan ini menguasai di Lampung tidak diketahui dengan pasti,” sambung Bukri dkk.

Masa kemunculan dan keruntuhan Kerajaan Tulang Bawang belum dapat dijelaskan dengan pasti. Hanya saja nama Tulang Bawang tidak muncul lagi dalam kronik Cina ketika Kerajaan Sriwijaya berjaya di Sumatra.

Baca juga: Tiga Faktor yang Membuat Sriwijaya Jadi Kerajaan Kuat

Jauh setelah itu, sekitar 1511, di zaman Afonso de Albuquerque (1475-1491) dari Portugis melakukan pelayaran ke Asia, nama Tulang Bawang kembali disebut. Adalah juru tulis Afonso yang bernama Tome Pires (1465-1540) yang mencatatnya dari apa yang didengarnya tentang Tulang Bawang. Tulimbavam, catat Pires, adalah nama sebuah negeri. Tulimbavam diperkirakan sebagai Tulang Bawang. Katanya, negeri yang juga menghasilkan kapas dalam jumlah besar ini berbatasan dengan Sekampung dan Andalas.

“Menurut berita, Tulang Bawang sendiri merupakan tempat bagi pagan atau cafre. Negeri ini menghasilkan merica, emas dan barang-barang lain yang dimiliki Sekampung,” catat Tome Pires dalam Suma Oriental.

Berabad-abad setelah Tome Pires menyebutnya, seorang pejabat Inggris ditempatkan yang ditempatkan di Bengkulu pada 1771-1778, William Marsden (1754-1836), juga mencatat tentang Tulang Bawang. Kali ini bukan sebagai negeri tetapi sebuah sungai.

“Di Tulang Bawang, di suatu tempat bernama Mangala, tiga puluh enam league dari muaranya, Belanda mempunyai pos benteng. Di sana pula wakil raja Banten yang menguasai seluruh negeri Lampong, mempunyai kediamannya, yaitu sungai Masusi (Mungkin Mesuji) yang bermuara ke bekas sungai itu,” catat William Marsden dalam History of Sumatra.

Baca juga: Lampung Tanam Lada Gegara Banten Jualan

Daerah tersebut punya sungai-sungai dangkal dan akan meluap ketika musim hujan yang biasa jatuh pada bulan Januari dan Februari. Luapan air sungai-sungai itu bisa beberapa meter jauhnya ketika hujan selama beberapa jam saja. Luapan itu bisa membuat sebuah perkampungan yang agak tinggi terlihat seperti sebuah pulau.

William Marsden bercerita pula soal rumah-rumah penduduk di tepi sungai. Rumah-rumah itu menurutnya dibangun dari tumpukan kayu ulin. Pada bagian depan, masing-masing terdapat rakit apung untuk mencuci.

Kawasan itu dulunya sudah jadi tempat tujuan banyak pendatang. Bahasa antar-mereka cenderung berbeda-beda. Di kawasan Lampung, terdapat pemerintahan sendiri.

“Gelar pemerintahannya adalah pangeran (dari orang Jawa), kariyer, dan kiddimong atau nebihi,” catat Marsden.

Yang juga ada saat itu –bahkan bertahan hingga kini– adalah pengacau keamanan. Mereka adalah pengacau dari luar, dan daerah tersebut tidak memiliki pasukan yang memadai ketika itu.

“Para bandit Jawa, seperti yang telah diamati, sering kali masuk ke wilayah tersebut, dan melakukan perusakan terhadap penduduknya, yang pada umumnya bukan lawan mereka,” catat Marsden.*

TAG

lampung sriwijaya lada portugis

ARTIKEL TERKAIT

Raja Terakhir Singapura Bangun Malaka Perwira Prancis Beli Lada dapat Prank Raja Perkasa Alam Kuat dan Paranoid Pedir Kaya Jual Merica Arab dan Tiongkok Berebut Rempah di Riau Raja Kristen Bugis Dewaruci Menuju Negeri Laskar Pelangi Tanpa Pajak, Palembang Kaya Lampung Tanam Lada Gegara Banten Jualan Ibnu Sutowo dan Para Panglima Jawa di Sriwijaya