Masuk Daftar
My Getplus

Moonlight Sonata dan Kisah Cinta Tak Sampai Ludwig van Beethoven

Salah satu karya paling populer dari Ludwig van Beethoven. Moonlight Sonata terinsipirasi dari kisah cinta tak sampai sang komponis dengan muridnya.

Oleh: Amanda Rachmadita | 25 Nov 2024
Ludwig van Beethoven dikenal sebagai salah satu komponis terbesar dalam sejarah musik dunia. Ia masih terus berkarya ketika indera pendengarannya menurun dan menjadi tuli sepenuhnya pada tahun 1817. (Joseph Karl Stieler/Wikimedia Commons).

LUDWIG van Beethoven dianggap sebagai salah satu komponis terbesar di dunia. Perannya dominan dalam sejarah perkembangan musik dunia, khususnya pada periode transisi antara era klasik dan romantik.

Melalui karya-karyanya, komponis yang lahir pada Desember 1770 itu mampu menjangkau semangat baru humanisme dan nasionalisme dalam dunia musik, di mana hal ini telah umum dilakukan oleh para pengarang di dunia sastra. Beethoven juga dikenal sebagai inovator andal. Ia memperluas cakupan sonata, simfoni, konser, dan kuartet. Dalam Simfoni Kesembilan yang digubahnya, Beethoven memadukan musik vokal dan instrumental dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Salah satu karya Beethoven yang terus dikenang dan populer hingga kini adalah Moonlight Sonata. Digubah pada 1801, Moonlight Sonata dianggap sebagai salah satu komposisi piano paling hebat yang pernah ada. Menurut Gustav Kobbé dalam The Pianolist, sonata adalah komposisi musik yang disusun dalam beberapa bagian dan memiliki bentuk yang diuraikan dengan jelas. Sonata mencapai perkembangan tertinggi selama periode klasik dan meninggalkan kesan pada semua komposisi yang lebih besar pada masa itu, karena simfoni tidak lebih dari sebuah sonata yang disusun untuk orkestra, bukan untuk pianoforte, dan trio, kuartet serta karya musik dalam ruangan lainnya pada masa klasik adalah sonata untuk kombinasi instrumen yang sesuai.

Advertising
Advertising

Baca juga: 

Musik Orkestra, Dari Penguasa Hingga Hamba Sahaya

“Namun, Moonlight Sonata tidak terlalu kaku dalam bentuknya dibandingkan dengan sonata pada umumnya. Di dalamnya, pada kenyataannya, Beethoven dapat dikatakan telah melepaskan diri dari bentuk, karena setelah kata sonata ia menambahkan frasa ‘quasi una fantasia,’ yang menandakan bahwa, meskipun ia menyebut karya tersebut sebagai sonata, karya itu memiliki karakteristik fantasi yang bebas,” tulis Kobbé.

Menariknya, kata moonlight yang disematkan dalam karya sang komponis tidak berasal dari Beethoven. Konduktor dan musikolog, Jan Caeyers, menulis dalam Beethoven: A Life, kata tersebut mulai muncul ketika penggemar Beethoven membahasnya pada 1824.

“Adalah penyair, kritikus musik, dan pengagum Beethoven yang tinggal di Berlin, Ludwig Rellstab, yang pada 1824 membandingkan bagian pertama Sonata in C-sharp Minor dengan ‘ketenangan samudra di bawah sinar rembulan yang berkilauan’ dan ‘nada-nada sendu dan penuh kerinduan dari cinta yang menyendiri yang mengalun secara misterius dari sebuah kecapi Aeolian.’ Baru pada 1860, ketika ahli musikologi Jerman, Wilhelm von Lenz mengaitkannya dengan perahu yang mengapung ‘melintasi danau yang diterangi cahaya bulan di malam bulan Agustus’, Moonlight Sonata lebih dikenal luas sebagai judul pasti dari sonata tersebut,” tulis Caeyers.

Seperti halnya cerita di balik nama Moonlight Sonata, proses pembuatan musik instrumental ini juga menarik perhatian banyak orang, terlebih beberapa sejarawan dan peneliti menyebut sonata itu diciptakan Beethoven untuk wanita yang tak berhasil didapatkannya. Wanita itu bernama Giulietta Guicciardi.

Beethoven pertama kali berkenalan dengan Giulietta pada awal abad ke-19. Saat itu, Beethoven sebagai guru piano sang gadis muda dari kalangan bangsawan. Dalam beberapa literatur, Giulietta digambarkan sebagai gadis muda yang cantik dan berbakat. Menurut Caeyers, kualitas tersebut semakin menarik karena gadis itu juga memiliki karakter yang berani. Kendati kerabat Giulietta mengkritik sikapnya yang terlalu berani sehingga sedikit tidak sopan, Beethoven berbeda pandangan.

Baca juga: 

Cornel Simanjuntak, Komponis yang Bertempur

“Dalam sebuah surat kepada sahabat karibnya, Wegeler, Beethoven menulis tentang betapa bahagianya Giulietta: ‘Kehidupan telah membaik akhir-akhir ini, saya mulai sering berkomunikasi dengan orang lain […] Perubahan ini disebabkan oleh makhluk muda yang mempesona, yang mencintai saya dan yang saya cintai. Sudah dua tahun sejak terakhir kali saya merasakan momen-momen kebahagiaan seperti itu, dan untuk pertama kalinya saya merasa bahwa pernikahan dapat membuat saya bahagia,” tulis Beethoven sebagaimana dikutip oleh Caeyers.

Beethoven yang telah memasuki usia kepala tiga menyadari ketertarikannya terhadap muridnya, seorang gadis muda yang masih berusia belasan tahun –beberapa sejarawan dan peneliti menyebut Giulietta berusia kurang dari tujuh belas tahun– akan menghadapi berbagai gejolak dan tantangan. Bukan hanya karena perbedaan usia yang cukup jauh, tetapi juga fakta bahwa Beethoven tidak menyandang gelar bangsawan dan tengah berupaya untuk membangun kehidupan yang lebih stabil dalam hal ekonomi.

Dalam surat yang sama kepada kawannya, Wegeler, Beethoven mengungkapkan bahwa pernikahan bukanlah sebuah pilihan. “Sayangnya dia bukan dari golongan saya, dan saya tidak bisa menikah sekarang –saya harus terus berjuang dengan berani,” kutip Caeyers.

Keluarga Giulietta, khususnya sang ayah, tak ingin putrinya memiliki hubungan yang lebih dari sekadar guru dan murid. Oleh karena itu, ia segera menjodohkan Giulietta dengan pria yang dianggap lebih pantas. Pada 1803, Giulietta menikah dengan Count Wenzel Robert Gallenberg, seorang impresario dan komposer musik balet yang produktif. Alexander Wheelock Thayer menulis dalam The Life of Ludwig van Beethoven Volume 1, pasangan muda itu meninggalkan Wina menuju Italia dan berada di Napoli pada musim semi tahun 1806, karena Gallenberg adalah salah satu komposer musik untuk pesta-pesta pada saat Joseph Bonaparte mengambil alih mahkota Two Sicilies.

Meski Giulietta bukan satu-satunya wanita yang pernah mengisi hati Beethoven, namanya dikukuhkan dalam sejarah hidup sang komponis dengan Moonlight Sonata. Giulietta diyakini menjadi inspirasi dalam proses pembuatan sonata tersebut.

Baca juga: Ismail Marzuki Komponis dari Betawi

“Menghubungkan Moonlight Sonata dengan episode kehidupan Beethoven ini, bagian pertama dari sonata ini dapat dianggap sebagai lagu cinta, yang sangat menyedihkan karena tidak ada respons yang ditimbulkan oleh kerinduan yang diungkapkannya. Bagian kedua, allegretto yang anggun, adalah Giulietta yang tidak mau ‘merendahkan dirinya secara sosial’ dengan menikahi seorang jenius dalam musik. Bagian ketiga adalah sang kekasih yang ditolak meneriakkan hasrat dan keputusasaannya pada malam hari,” tulis Kobbé.

Yang menarik, alih-alih bangga dengan popularitas Moonlight Sonata, menurut Caeyers, Beethoven justru jengkel dengan hal ini. “Orang-orang terus saja membicarakan tentang sonata C-sharp minor! Bukankah sudah jelas bahwa saya telah menulis karya yang jauh lebih baik? Sonata dalam F-sharp mayor-ini adalah sesuatu yang sama sekali berbeda,” jelas Beethoven.

Kendati demikian, tak dapat dipungkiri bahwa Moonlight Sonata merupakan salah satu karya monumental dari Beethoven. Ratusan tahun setelah kepergian sang komponis pada 26 Maret 1827, sonata tersebut masih terus diperdengarkan dan disukai oleh masyarakat dari masa ke masa.*

TAG

sejarah musik

ARTIKEL TERKAIT

Potret Pribumi Ainu di Balik Golden Kamuy I Nyoman Ngendon, Perupa Pita Maha yang Terjun ke Medan Perang Cerita di Balik Keriuk Keripik Kentang Lebih Dekat Mengenal Batik dari Kota Batik (Bagian I) Warisan Budaya Terkini Diresmikan Menteri Kebudayaan Merekatkan Sejarah Lakban Menyibak Warisan Pangeran Diponegoro di Pameran Repatriasi Kisah Tukang Daging yang Menipu Bangsawan Inggris Uprising Memotret Kemelut Budak yang Menolak Tunduk Depresi Besar dan Kegilaan Menari di Amerika