Masuk Daftar
My Getplus

Cerita di Balik Lagu Jingle Bells

Lagu Jingle Bells mulanya berjudul One Horse Open Sleigh. Lagu wajib saat Natal ini dipandang menggambarkan kebiasaan kencan muda-mudi AS pada abad ke-19.

Oleh: Amanda Rachmadita | 24 Des 2023
James Lord Pierpont (1822–1893), pencipta lagu Jingle Bells. (wcvb.com dan Wikimedia Commons).

Jingle bells, jingle bells,

Jingle all the way;

Oh! What joy it is to ride

Advertising
Advertising

In a one-horse open sleigh.

Lagu Jingle Bells ramai diputar di radio, televisi, hingga pusat perbelanjaan untuk menyambut dan merayakan Natal. Seperti apa sih sejarahnya?

Menurut James E. Perone, profesor musik di Mount Union College, lagu itu ditulis pada 1850, mulanya berjudul One Horse Open Sleigh yang diperdengarkan dalam perayaan Thanksgiving. Setelah meraih sukses besar di awal pemutarannya, lagu itu kembali dibawakan untuk menyambut Natal dan sejak saat itu diasosiasikan dengan hari libur 25 Desember.

Lagu Jingle Bells diciptakan oleh James Lord Pierpont (1822–1893) yang lahir di Boston, Massachusetts. “Pada saat Perang Saudara, Pierpont, yang merupakan paman dari bankir terkenal J.P. Morgan, pindah ke Georgia dan bergabung dengan Konfederasi. Setelah menulis Jingle Bells, lagu yang didasarkan pada perjalanannya, dan karya-karya lainnya, Pierpont juga menulis lagu-lagu untuk mendukung Konfederasi,” tulis Perone dalam Smash Hits: The 100 Songs That Defined America.

Baca juga: Akar Sejarah Pohon Natal

David McLaughlan dalam The Top 40 Traditions of Christmas menyebut putra teolog terkemuka, Jonathan Edwards, itu pernah berkelana ke seluruh negeri untuk memanfaatkan peluang bisnis yang disebabkan oleh Demam Emas California. Namun, bisnisnya gagal sehingga Pierpont kembali ke rumah dan menerima posisi sebagai organis gereja di Savannah, Georgia, di gereja tempat saudaranya menjadi pendeta. “Posisi ini memungkinkan sisi musikalitasnya berkembang,” sebut McLaughlan.

Pierpont menulis lagu One Horse Open Sleigh ketika tengah mempertimbangkan kepindahannya ke California. Lagu ini dipublikasikan oleh Boston’s Oliver Ditson and Company pada 1857. Setelah dirilis kembali dengan judul Jingle Bells pada 1859, lagu ini menjadi hit di seluruh negeri.

Meski diberi judul One Horse Open Sleigh, Pierpont sesugguhnya tak menulis lagu tersebut di atas kereta luncur maupun di sebuah kedai minuman, seperti diceritakan dalam legenda populer.

“Pierpont bersahabat dengan pemilik sebuah asrama di wilayah Medford, Massachusetts dan berkunjung ke sana untuk bermain piano. Mendengarnya sedang memainkan sebuah lagu baru, pemilik asrama, Ny. Waterman, memuji komposisinya dan mendorongnya untuk menuliskan liriknya. Asrama Ny. Waterman kemudian menjadi kedai minuman, sehingga memunculkan gagasan bahwa Pierpont, putra seorang pendeta, menulis lagu di ruang minum,” tulis McLaughlan.

Baca juga: Gencatan Senjata Natal

Berdasarkan informasi pada plakat yang menjabarkan sejarah lagu Jingle Bells atau One Horse Open Sleigh di Medford, Pierpont membawakan lagu tersebut dalam serangkaian perlombaan kereta luncur terbuka yang diadakan pada hari perayaan Thanksgiving.

Selain itu, para sejarawan di Medford, berpendapat bahwa Pierpont mungkin saja terinspirasi oleh perlombaan kereta luncur yang rutin diselenggarakan di kota tersebut setiap tahunnya. Para pemuda yang mengendarai cutters atau kereta luncur berkuda tunggal, berlomba melewati salju dari alun-alun kota Medford ke pusat kota Malden.

Perlombaan ini menjadi acara yang dinanti masyarakat. Oleh karena itu, para pembalap sudah pasti populer di kalangan wanita muda. Lagu yang ditulis Pierpont menggambarkan ketegangan dan kegembiraan acara perlombaan itu.

Lagu ini mengisahkan pasangan muda yang menaiki kereta luncur dan ketika kereta bergerak terlalu cepat, muda-mudi itu pun terjatuh. Kejadian tersebut tak menyurutkan suka cita di antara keduanya. Sang pria mengajak kembali pasangannya bersenang-senang di malam berikutnya. Dengan demikian, Jingle Bells tak merujuk pada jenis lonceng tertentu, melainkan sebuah frasa yang memiliki arti dorongan untuk membunyikan lonceng di tali kekang kuda saat mengendarai kereta luncur dengan riang.

Baca juga: Natal Berdarah di Laut Tengah

Perone memiliki pandangan yang menarik mengenai makna lagu Jingle Bells. Menurutnya, lagu ini menggambarkan kegiatan berkencan di AS pada pertengahan abad ke-19.

“Karena banyak orang yang lebih akrab dengan refrain lagu tersebut, beberapa orang mungkin tidak menyadari bahwa Jingle Bells berkisah tentang seorang pria muda yang menggunakan ‘kereta luncur kuda tunggal dan terbuka’ untuk memberikan tumpangan kepada seorang wanita muda sebagai bagian dari ritual kencan mereka,” tulis Perone. Pada bait terakhir lagu tersebut, Pierpont mendorong para pria muda untuk mengejar wanita impian mereka dengan menaiki kereta luncur.

Meski Jingle Bells menunjukkan naik kereta luncur yang romantis merupakan bagian dari kencan pada pertengahan abad ke-19, namun hal ini juga memberi tahu tentang apa saja yang telah berubah dalam kebiasaan berkencan. Moda transportasi mungkin telah berubah, tetapi perjalanan romantis masih menjadi bagian dari iklan Madison Avenue, dan oleh karena itu merupakan bagian dari realitas dan dunia fantasi para pemuda abad ke-21.*

TAG

lagu kristen natal

ARTIKEL TERKAIT

Lagu Ramadan yang Tak Termakan Zaman Ingar-Bingar Boxing Day Sinterklas Terjun hingga Tumbang di Stadion Alkisah Gereja Tertua di Gaza Yang Terpendam dalam Lagu "Atouna el Toufoule" Tiga Lagu jadi Rebutan Serumpun Jalan Panjang Indonesia Raya Toleransi Beragama Gubernur Jenderal Joan Maetsuycker Melanchton Siregar, Guru yang Bergelar Kolonel Tituler Asal-Usul Lagu "Halo-Halo Bandung"