BING SLAMET menimba sumur seni sejak remaja. Guru seninya banyak. Hidupnya berpindah-pindah. Tujuannya satu: mengabdi seni untuk kemanusiaan. Lama tak pulang ke rumah, Bing pernah ditangkap tentara Jepang dan Belanda. Tapi dilepaskan karena statusnya sebagai seniman.
Memasuki 1950-an, usaha Bing berbuah. Dia merengkuh gelar “Bintang Pelawak” pada 1953.
Dua tahun kemudian, gelar “Bintang Radio” disabetnya. Bing beroleh peran utama dalam film. Honornya mahal. Namun Bing tak lantas jemawa. Hidup bersahaja dengan rumah sederhana dekat Pasar Senen.
Baca juga: Benyamin Sueb Penyambung Lidah Orang Betawi
Bing laksana cahaya, banyak orang merubungnya. Tangan Bing selalu terbuka. Sejumlah nama beken pernah dibimbingnya. Sebutlah sedikit nama: Titiek Puspa, Kris Biantoro, dan Benyamin Sueb.
Tapi Bing bukan tanpa kritik. Pernah lawakannya dianggap membosankan. Meski begitu, Bing tetap dicintai. Saat wafat, iring-iringan pelayatnya mencapai empat kilometer. Jasadnya mungkin lapuk, tapi jasanya awet dikenang.
Tiada Bing lagi. Hingga kini tempatnya belum tergantikan.
Berikut ini laporan khusus Bing Slamet: