PEMIMPIN Takhta Suci Vatikan Paus Fransiskus berkunjung ke Indonesia. Dalam lawatan selama tiga hari (3—6 September 2024), Paus diagendakan menjalani sejumlah kegiatan dan pertemuan. Selain bertemu Presiden Joko Widodo, Paus Fransiskus turut diagendakan dalam pertemuan antaragama di Masjid Istiqlal hingga perayaan Ekaristi di Stadion Gelora Bung Karno.
Paus Fransiskus menjadi pemimpin Gereja Katolik ketiga yang datang ke Indonesia, setelah Paus Paulus VI (1970) dan Paus Yohanes Paulus II (1989). Hubungan antara Indonesia dan Vatikan sudah merentang panjang. Presiden Sukarno menjadi presiden Indonesia pertama yang berkunjung ke Vatikan. Tidak hanya sekali, Bung Karno berkunjung ke Vatikan sebanyak tiga kali. Ini menjadikannya sebagai pemimpin dari negara mayoritas Muslim penerima medali kehormatan terbanyak dari pemimpin Takhta Suci Vatikan.
“Aku seorang Islam yang hingga sekarang telah memperoleh tiga buah medali yang tertinggi dari Vatikan. Bahkan Presiden dari Irlandia pun mengeluh padaku bahwa ia hanya memperoleh satu,” kenang Sukarno dalam otobiografi Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams (1966).
Baca juga: Bung Karno dan Takhta Suci Vatikan
Pertama kali berkunjung ke Vatikan pada 1956, Bung Karno diterima oleh Paus Pius XII. Sementara itu, pada kali kedua (1959), Bung Karno disambut oleh Paus Yohanes XXIII. Paus Yohanes XXIII orang Italia bernama asli Angelo Giuseppe Roncali. Dia dikenal sebagai Paus yang baik hati atas jasanya menyatukan gereja yang pecah. Selain itu, Paus Yohanes XXIII disebut-sebut sebagai Paus termashyur kendati masa jabatannya hanya sebentar (1958—1963).
Dalam lawatannya ke berbagai negara pada pertengahan 1959, Presiden Sukarno menyempatkan untuk bertemu dengan Paus Yohanes XXIII. Pada 14 Mei 1959, Sukarno tiba di Roma, Italia. Selain Duta Besar Indonesia untuk Italia dan Vatikan Abu Hanifah, menurut Harian Merdeka tanggal 15 Mei 1959, Bung Karno disambut oleh seorang petinggi Vatikan Angelo Dellecqua, perwakilan Kepresidenan dan Kementerian Luar Negeri Italia. Turut pula Duta Besar Pakistan, Polandia, Turki, Filipina, Bulgaria, Yordania, serta kuasa-kuasa usaha dari India, Jepang, dan Libya. Ini menandakan betapa Indonesia menggalang persahabatan diplomatik lintas negara.
Dari Roma, Presiden Sukarno meneruskan kunjungan ke Vatikan. Di Istana Vatikan, Paus Yohanes XXIII menerima Bung Karno dengan hangat. Dalam pidato sambutannya yang diucapkan dalam bahasa Prancis, Paus memuji peranan umat Katolik dalam membangun Indonesia. Peranan itu terutama dalam membangun dan memajukan sekolah-sekolah, rumahsakit, dan kegiatan sosial. Paus juga menyatakan kesediaan Takhta Suci Vatikan dengan senang hati mengikuti usaha-usaha Indonesia untuk memajukan kesejahteraan rakyat.
Baca juga: Kekayaan Vatikan dan Perompakan
“Kami tidak melupakan bahwa salah satu dari perhatian pemerintahnya (Indonesia) ialah mengadakan perhubungan diplomatik dengan Vatikan, dan dengan demikian menunjukkan perhatiannya pada nilai-nilai spiritual, dan inilah yang merupakan kehormatan yang tertinggi dari pemerintah Paduka Tuan Presiden,” kata Paus Yohanes XXIII seperti dikutip Merdeka, 16 Mei 1959.
Sementara itu, Presiden Sukarno dalam pidato balasan yang diucapkan dengan bahasa Inggris menyatakan rasa terimakasihnya kepada Paus atas perhatiannya kepada umat Katolik di Indonesia. Bung Karno mengharapkan baginya umur panjang sehingga Paus dapat berkunjung ke Indonesia. Dengan demikian, Bung Karno melayangkan undangan kepada Paus untuk kunjungan balasan ke Indonesia.
“Kami akan bergirang hati kalau kami dapat menerima Paduka di Indonesia,” ujar Sukarno dikutip Merdeka.
Dalam sesi pertukaran tanda mata, Presiden Sukarno memberikan keris berusia 500 tahun kepada Paus. Sementara itu, Paus menghadiahkan bintang emas dan sebuah mosaik dari batu permata tersusun yang menggambarkan forum Roma dahulu kala. Para anggota rombongan Bung Karno juga menerima bintang perak dari Paus.
Baca juga: Bung Karno di Rio de Janeiro
Kunjungan Bung Karno ke Vatikan dan pertemuannya dengan Paus turut menuai pemberitaan positif dari pers Italia. Il Quotidiano, sebuah harian Katolik, memberikan penegasan pada penghormatan dari Presiden Sukarno kepada Paus. Paus juga dikabarkan gembira atas undangan Bung Karno untuk mengunjungi Indonesia.
Harian Kristen Demokrat Ill Popolo memuat dalam halaman utamanya potret besar Presiden Sukarno dengan Paus Yohanes XXIII. Demikian pula harian independen La Stampa dari Turin, mengatakan bahwa harian tersebut belum pernah melaporkan adanya suatu kunjungan kepada Paus oleh seorang negawaran dalam iringan yang sebegitu besarnya. Dari Italia, menurut Harian Umum, 16 Mei 1959, Presiden Sukarno melanjutkan perjalanannya ke Rio de Janeiro, Brazil, yang memulai agenda kunjungannya ke negara-negara Amerika Latin.
Kendati demikian, undangan Bung Karno kepada Paus Yohanes XXIII tidak pernah terwujud. Pada 1963, Paus Yohanes XXIII wafat dan digantikan oleh Paus Paulus XI. Yang terjadi kemudian adalah Bung Karno berkunjung lagi ke Vatikan untuk ketiga kali pada 1964 yang diterima langsung oleh Paus Paulus VI. Paulus Paulus VI pula yang menjadi Paus pertama yang mengunjungi Indonesia pada 1970. Pada saat itu, Sukarno telah digantikan oleh Soeharto sebagai presiden kedua Republik Indonesia.
Baca juga: Secuplik Jejak Paus Paulus VI di Jakarta