Masuk Daftar
My Getplus

Kematian Penemu Apple

“Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan hidupmu dengan menjadi orang lain.”

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 06 Okt 2011
Steve Jobs berbicara dalam acara Apple's Worldwide Developer's Conference. (Ben Stanfield/Flickr/Wikimedia Commons).

Steve Jobs tak bisa menghadiri, apalagi membubuhkan tandatangan, di biografi resminya Steve Jobs, yang dirilis pada 21 November 2011. Buku ini ditulis Walter Isaacson, penulis biografi laris Einstein: His Life and Universe dan Benjamin Franklin: An American Life, berdasarkan wawancara dengan lebih dari 40 pekerja dan lebih dari seratus anggota keluarga, teman, musuh, pesaing, dan kolega-koleganya.

Steven P. Jobs meninggal dunia pada usia 56 tahun, 5 Oktober 2011. Pada pertengahan 2004, Jobs mengumumkan kepada karyawannya bahwa dia didiagnosis kanker pankreas, dan sejak itu dia terlihat kurus. Karena kesehatannya, Jobs mengambil cuti panjang hingga akhirnya mundur sebagai CEO pada Agustus 2011.

Jobs lahir di San Fransisco, California, pada 24 Februari 1955, dari pasangan Joanne Carole Schieble dan Abdulfattah Jandali. Schieble seorang speech-language pathology (spesialis kelainan bicara dan bahasa), sementara Jandali seorang mahasiswa Suriah yang kemudian menjadi profesor ilmu politik. Keduanya lalu menikah dan memiliki anak perempuan, Mona Simpson –seorang novelis.

Advertising
Advertising

Orangtuanya tak menginginkan Jobs dan menawarkan kepada orang lain untuk adopsi. Paul dan Clara Jobs (nama gadisnya Clara Hagopian) dari Mountain View, California, yang selama hampir sepuluh tahun pernikahan belum dikaruniai anak, mengadopsi dan menamainya Steven Paul Jobs.

Baca juga: Elon Musk, X.com, dan PayPal

Jobs sekolah di Cupertino Junior High dan Homestead High School di Cupertino, California. Sepulang sekolah, dia sering berkunjung dan belajar di perusahaan Hewlett-Packard Company di Palo Alto, California, dan kemudian di usia 12 tahun dia bekerja di sana sebagai karyawan musim panas bersama Steve Wozniak, yang kelak jadi koleganya ketika membangun Apple.

Pada 1972, Jobs kuliah di Reed College di Portland, Oregon, yang hampir sama mahalnya dengan Universitas Stanford. Seluruh tabungan kelas pekerja macam orangtuanya pun habis untuk biaya kuliah. Setelah enam bulan, Jobs juga tak menemukan “nilai” di dalamnya. “Saya tak tahu apa yang ingin saya lakukan dengan hidup saya dan bagaimana kuliah akan membantu saya menemukannya,” kata Jobs dalam pidato kelulusan di Universitas Stamford, 12 Juni 2005.

Merasa menghabiskan uang orangtuanya, Jobs memutuskan drop out –kelak ini menjadi keputusan terbaik yang pernah dibuatnya. Karena tak punya kamar kos lagi, dia nebeng tidur di lantai kamar teman-temannya. Dia mengembalikan botol-botol Coke demi 5 sen untuk membeli makanan, dan harus berjalan 7 mil melintasi kota setiap minggu malam untuk mendapatkan makanan enak nan gratis di kuil Hare Krishna.

Baca juga: Sejarah Sosial Media dari BBS hingga Facebook

Reed College menawarkan kelas kaligrafi, yang terbaik di negeri itu. Setiap poster dan label di seluruh kampus adalah hasil tangan indah kaligrafi. Jobs menerimanya. Dia belajar tentang tipografi serif dan san serif, memvariasikan jumlah spasi antara kombinasi huruf yang berbeda, dan tentang cara membuat tipografi hebat. Bagi Jobs, kaligrafi itu indah, bersejarah, dan artistik. Sepuluh tahun kemudian, ketika dia mendesain komputer Macintosh yang pertama, mereka merancang kaligrafi ke dalam Mac. “Ini adalah komputer pertama dengan tipografi yang indah,” kata Jobs.

Jobs (21) dan Wozniak (25) mendirikan Apple pada April Fool’s Day atau April Mop, 1 April 1976, di garasi orangtua Jobs. Menurut rumor, nama Apple dipilih karena Jobs dan Wozniak sebelumnya pernah bekerja di Atari, perusahaan video game pada 1974. “Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari hanya kami berdua di garasi menjadi perusahaan bernilai US$2 milyar dengan 4.000 karyawan,” kata Jobs bangga. Dengan investasi US$250 ribu, mantan eksekutif Fairchild Semiconductor and Intel, A.C. Markkula, dikenal sebagai Mike, menjadi pendiri ketiga Apple.

Apple memperkenalkan komputer pertamanya pada Juli 1976, dijual dengan harga US$666,66. Apple II dirilis pada 17 April 1977 dan di-upgrade pada 1983 menjadi Apple IIe yang masuk ke sekolah-sekolah. Aplle Lisa, diluncurkan pada 1983 dengan bandrol US$9,995 tapi gagal di pasar. Apple Macintosh kali pertama ke pasaran pada 24 Januari 1984, lalu disusul Macintosh II pada 1987.

Baca juga: Telepon Sepanjang Zaman

Pada 1983, Jobs merekrut John Sculley dari PepsiCo. Perkataan Jobs kepada Sculley yang terkenal, “Apakah Anda ingin menjual air gula untuk sisa hidup Anda, atau Anda mau ikut dengan saya dan mengubah dunia?” Namun, hubungan mereka tidak harmonis sehingga Jobs didepak. Bagaimana mungkin Jobs dipecat dari perusahaan yang didirikannya?

“Apple tumbuh,” kata Jobs, “Kami merekrut orang yang saya pikir sangat kompeten untuk menjalankan perusahaan bersama saya, dan untuk tahun pertama, semua berjalan lancar. Tapi kemudian visi kami mengenai masa depan mulai berbeda dan akhirnya kami sulit disatukan. Dewan direksi berpihak padanya. Di usia 30 saya keluar.”

Meski Jobs merasa terpukul, dia yang resmi keluar pada 17 September 1985, kemudian mendirikan NeXT Computer. Bahkan pada 1986, Jobs membeli The Graphics Group (kemudian menjadi Pixar) dari Lucasfilm’s, perusahaan komputer animasi dengan harga US$60 juta. Sedekade kemudian, Pixar merilis film animasi pertamanya, Toy Story. Selama 15 tahun berikutnya, di bawah kepala kreatif John Lasseter, Pixar membuat film-film animasi yang laris-manis di pasaran seperti A Bug’s Life (1998), Toy Story 2 (1999), Monsters, Inc (2001), Finding Nemo (2003), The Incredibles (2004), Cars (2006), Ratatouille (2007), WALL-E (2008), Up (2009) dan Toy Story 3 (2010).

Baca juga: Ponsel Segede Sepatu

Pada 24 Januari 2006, Jobs dan Bob Iger, kepala eksekutif Disney, mengumumkan bahwa Disney telah setuju untuk membeli semua transaksi saham Pixar senilai US$7,4 milyar. Setelah transaksi ditutup, Jobs menjadi pemegang saham terbesar tunggal The Walt Disney Company dengan sekitar 7% dari saham perusahaan. Dia juga bergabung dengan dewan direktur perusahaan dan duduk di komite pengarah perusahaan.

Pada 1996, Apple mengumumkan membeli NeXT sebesar US$429 juta. Jobs “pulang kampung”. Dia resmi menjadi kepala eksekutif interim pada September 1997 dan melepaskan titel “interim” pada 5 Januari 2000. Pada Maret 1998, untuk mendorong Apple kembali ke profitabilitas, dia menghentikan sejumlah proyek seperti Newton, Cyberdog, dan OpenDoc.

Perusahaan kemudian mengembangkan dan memperkenalkan peralatan digital lainnya, seperti pemutar musik portabel (iPod), perangkat lunak musik digital (iTunes), dan iTunes Store. Pada 29 Juni 2007, Apple memasuki bisnis telepon seluler dengan memperkenalkan iPhone, ponsel layar multisentuh.

Baca juga: Sebelum Ponsel Merajalela

Untuk merangsang inovasi, Jobs mengingatkan karyawannya bahwa memberikan produk yang bekerja tepat waktu sama pentingnya dengan inovasi dan desain menarik. Selama kariernya, Jobs telah merevolusi enam industri: komputer pribadi, film animasi, musik, ponsel, komputer tablet, dan penerbitan digital.

Sejak usia 17 tahun, Jobs telah meresapi makna kematian. Dia terkesan dengan ungkapan: “Jika Anda hidup setiap hari seolah-olah itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari Anda akan pasti paling benar”. Dalam pidato kelulusan di Universitas Stanford, 12 Juni 2005, cerita ketiga Jobs tentang kematian –dua cerita sebelumnya tentang menghubungkan titik-titik, cinta dan kehilangan.

“Tidak ada yang ingin mati,” kata Jobs. “Bahkan orang yang ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk mencapainya. Namun kematian adalah tujuan kita semua. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus demikian adanya, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan. Itu mengubah kehidupan. Sangatlah jelas bahwa yang lama membuat jalan bagi yang baru. Sekarang yang baru adalah Anda, tapi suatu hari tidak terlalu lama dari sekarang, Anda secara bertahap akan menjadi tua dan menghilang. Maaf bila terlalu dramatis, tetapi sangat benar.”*

TAG

steve jobs

ARTIKEL TERKAIT

Ada Rolls-Royce di Medan Laga Rolls-Royce Punya Cerita Bumi Pertiwi Hampir Mati Lomba Bercocok Tanam di Masa Silam Enam Gempa Paling Mematikan di Negeri Tirai Bambu Purnatugas Heli Puma Pesawat Multifungsi Tulang Punggung Matra Udara Jerman Bom Fosfor Putih Bukan Senjata Biasa Doa yang Terkabul Awal Mula Ponsel Pintar