Masuk Daftar
My Getplus

Dari BBS hingga Facebook

Jejaring sosial bukan barang baru. Cikal-bakalnya sudah tercipta sebelum internet meluas di dunia.

Oleh: Devi Fitria | 04 Mei 2010
Mark Zuckerberg, pembuat media sosial Facebook, tahun 2005. (Wikimedia Commons).

Jika saja salah satu badai salju terbesar tak terjadi di Chicago pada Januari 1978, mungkin saat ini kita belum bisa berasyik-asyik mengomentari status terbaru dari teman di salah satu situs jejaring sosial.

Badai itu membuat banyak orang tak bisa meninggalkan rumah selama berhari-hari. Termasuk Ward Christenssen dan Randy Suess, keduanya anggota Chicago Area Computer Hobbyist Exchange. Sementara terkurung keduanya mengolah sebuah ide sederhana yang dicetuskan Christenssen, mantan karyawan perusahaan komputer besar IBM.

“Dalam pertemuan-pertemuan kami, biasanya ada sebuah papan gabus dan sebuah papan bulletin dengan paku payung dan kartu-kartu berukuran 3x5 yang ditempelkan di atasnya. Kami menuliskan pesan-pesan pada kartu-kartu itu. Misalnya saja: mari bertemu untuk membahas soal memory chip, atau ada yang bisa memberi tumpangan untuk pertemuan kita berikutnya?“

Advertising
Advertising

Dua minggu setelah terjebak salju, duo Christenssen dan Suess merealisasikan konsep sederhana itu. Mereka masih memendamnya selama dua minggu karena takut orang tak percaya bahwa ide revolusioner itu bisa diolah dalam dua minggu saja. Pada 16 Februari 1978 lahirlah situs jejaring sosial yang pertama: CBBS (Computerized Bulletin Board System) atau biasa disebut BBS saja.

Serupa dengan papan gabus yang terdapat di kantor-kantor, para anggota BBS dapat mengunggah pesan-pesan mereka. Pesan itu akan terbaca oleh siapapun yang menjadi anggota BBS. Ternyata banyak orang bergabung dengan BBS. Cikal-bakal sebuah komunitas virtual pun mulai terbentuk.

Saat itu internet belum berkembang seperti sekarang. Untuk mengakses internet diperlukan modem dan saluran telepon. Akses dari luar kota dikenakan tarif telepon luar kota juga. Karenanya BBS hanya berkembang secara lokal. Meski kemampuannya terbatas, popularitas BBS meningkat hingga 1990-an, terutama di kalangan para penggiat teknologi. Bentuk sederhana interaksi virtual sejenis BBS lalu dikembangkan oleh CompuServe dan AOL (American Online).

Baca juga: Elon Musk, X.com, dan PayPal

Menurut Danah M. Boyd dari School of Information University of California Berkeley, dalam “Social Network Sites: Definition, History and Scholarship”, bentuk situs jejaring sosial seperti yang kita kenal sekarang baru dimulai pada 1997. Boyd mengategorikan situs jejaring sosial sebagai sebuah situs yang memungkinkan penggunanya membuat sebuah profil yang bersifat publik, memuat daftar teman, dan melihat profil anggota lain.

Situs pertama yang memuat semua katagori itu adalah SixDegrees.com. Ia didasarkan pada teori Six Degrees of Separation bahwa siapapun di bumi terhubung satu sama lain dalam sebuah rantai “teman dari teman” sebanyak enam tingkat atau kurang.

Situs ini mengizinkan penggunanya mengirim pesan dan mengunggah pesan di bulletin board kepada orang-orang di tingkat pertama, kedua, dan ketiga rantai pertemanan mereka. Di puncak kepopulerannya situs itu memiliki satu juta anggota.

Meski populer, situs yang dibuat oleh perusahaan komputer MacroView itu tak membawa keuntungan sebesar yang diharapkan. Banyak pengguna mengeluh karena tak banyak kegiatan yang bisa mereka lakukan. SixDegrees.com kemudian diambil-alih oleh YouthStream Media Networks pada 2000. Situs ini masih ada hingga kini, tapi orang hanya bisa menjadi anggota jika diundang oleh anggota lainnya.

Setelah SixDegrees, bermunculan situs-situs jejaring sosial lain dengan berbagai variasi seperti LiveJournal, BlackPlanet, MiGente, Cyworld, dan Ryze. Ryze, misalnya, dibuat untuk memperluas jejaring bisnis dan profesional.

Baca juga: Penemuan Emoji Tersenyum Tertua

Tapi tak ada yang bisa menandingi Friendster yang diluncurkan secara resmi pada 2002. Menggunakan konsep yang sama dengan SixDegrees.com, Friendster menambahkan fitur yang kemudian disebut sebagai circle of friends. Ide dasarnya, komunitas virtual yang solid akan terbentuk di kalangan orang-orang yang memiliki latar belakang sama juga teman-teman yang sama.

Friendster berkembang pesat. Setahun setelah peluncurannya, CEO Friendster Jonathan Abrams mengklaim Friendster memiliki 3 juta anggota. Tapi Friendster tak memiliki sumber daya memadai untuk mengimbangi perkembangan mereka. Server dan database yang tak cukup canggih kerap membuat pengguna kecewa.

Ditambah lagi kemunculan MySpace pada 2003. Situs jejaring sosial ini menawarkan fitur-fitur yang jauh lebih canggih. Anggotanya dapat berbagi konten seperti musik dan video. MySpace juga mengizinkan penggunanya, termasuk remaja, memodifikasi tampilan halaman profil. Kepopuleran Friendster di Amerika tergantikan oleh MySpace. Situs itu malah lebih mendapat tempat di negara-negara Asia. Lalu muncul pula situs-situs jejaring sosial lain seperti Linkedln, Flickr, Multiply, YouTube, Xanga.

Tapi tak ada yang bisa mengalahkan popularitas Facebook yang dirancang Mark Zuckerberg pada Januari 2004. Saat itu dia masih berstatus mahasiswa jurusan Psikologi Universitas Harvard.

Baca juga: Kematian Penemu Apple Steve Jobs

Thefacebook –demikian namanya saat itu– diluncurkan pada 4 Februari 2004 di kamar Zuckerberg di salah satu asrama Harvard. Awalnya situs itu dimaksudkan sebagai sebuah media jejaring sosial antarmahasiswa Harvard. Zuckerberg dan kawan-kawannya menyebarluaskan situs itu melalui mailing-list asrama yang memiliki anggota sekitar 300 orang. Dalam waktu 24 jam, 1.200-1.500 mahasiswa mendaftar jadi anggota situs itu. Dalam waktu singkat situs itu menyebar ke kalangan mahasiswa di universitas lain semisal Stanford, Boston, dan universitas Ivy League lainnya. Hingga 2006 penggunaan Facebook masih terbatas di kampus-kampus.

Barulah pada September 2006 Facebook terbuka untuk masyarakat luas di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun saja Facebook mengukuhkan diri sebagai situs jejaring sosial terdepan. Alasan popularitasnya adalah ketersediaan begitu banyak opsi untuk penggunanya, mulai dari memperbarui status, ruang tak terbatas untuk mengunggah foto, menulis blog, hingga bermain game online.

Hingga tahun 2018, pengguna aktif Facebook di seluruh dunia mencapai lebih dari 2,17 miliar. Naik hampir 15 persen dibanding tahun sebelumnya. Indonesia menjadi negara di Asia Tenggara dengan jumlah pengguna Facebook paling banyak mencapai 130 juta. Sedangkan di dunia, Indonesia menempati urutan keempat setelah India, Amerika Serikat, dan Brasil.

Tulisan ini diperbarui pada 4 Februari 2019.

TAG

internet media sosial

ARTIKEL TERKAIT

Ada Rolls-Royce di Medan Laga Rolls-Royce Punya Cerita Bumi Pertiwi Hampir Mati Lomba Bercocok Tanam di Masa Silam Enam Gempa Paling Mematikan di Negeri Tirai Bambu Purnatugas Heli Puma Pesawat Multifungsi Tulang Punggung Matra Udara Jerman Bom Fosfor Putih Bukan Senjata Biasa Doa yang Terkabul Awal Mula Ponsel Pintar