Masuk Daftar
My Getplus

Triple Agent di Indonesia

Di Jakarta, Wolfgang Reif direkrut intelijen Jerman Timur, Jerman Barat, dan CIA. Terungkap dan tertangkap intelijen Jerman Timur.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 05 Nov 2020
Bekas markas HVA (Hauptverwaltung Aufklarung) atau badan intelijen luar negeri Jerman Timur di Berlin. (Wikimedia Commons).

Wolfgang Reif tiba di Jakarta pada 1971 untuk bertugas sebagai diplomat di Kedutaan Besar Republik Demokratik Jerman atau biasa disebut Jerman Timur. Tak lama kemudian, dia direkrut oleh HVA (Hauptverwaltung Aufklarung), badan intelijen luar negeri Jerman Timur, bagian dari Stasi (Ministry of State Security atau State Security Service).

“Namun, penangannya (handler) menganggap pekerjaannya ‘tidak dapat diterima’ dan dia mencoba melepaskan diri,” tulis Kristie Macrakis, sejarawan spionase, dalam Prisoners, Lovers, & Spies.

Di samping sebagai diplomat dan agen, Reif juga berbisnis impor mobil dengan pengusaha Indonesia. Dia menyalahgunakan posisinya di kedutaan dengan mengklaim mobil-mobil itu untuk penggunaan resmi, namun kemudian menjualnya. Dia bermasalah dengan mitranya dalam bisnis ini.

Advertising
Advertising

Reif khawatir CIA mungkin akan memerasnya jika mengetahui bisnis sampingannya yang menguntungkan itu. Untuk mengantisipasinya, dia segera menghubungi orang CIA di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.

“CIA merekrutnya di Hotel Hilton Jakarta pada Januari 1979; diberi nama sandi William, dia menjadi saluran Agensi untuk informasi rahasia tentang kedutaan Jerman Timur dan kebijakan luar negeri Blok Komunis,” tulis Kristie.

Baca juga: Pelatihan Perwira Angkatan Darat di Jerman

Menurut Kristie, penangan (handler) CIA-nya melengkapi Reif dengan alat pembaca microdot kecil yang disembunyikan di pulpen spidol (felt-tip pen) untuk membaca instruksi-instruksi miniatur tentang apa yang kemudian dikatakan Reif kepada interogator sebagai “micro-chip”, juga termasuk di dalam pulpen. Selain itu, dia menerima kertas tulis dengan lima lembar kertas karbon sehingga dia dapat menulis pesan rahasia.

Sementara itu, lanjut Kristie, masalah pribadi Reif semakin membesar. Pernikahannya terancam, dia minum berlebihan, dan kehidupan profesionalnya menderita. Dia pun terpikir untuk membelot ke Jerman Barat, dan dia membiarkan masalahnya diketahui (di bawah pengaruh alkohol) kepada rekan-rekan Jerman Barat, yang memberi tahu Dinas Intelijen Jerman Barat (BND).

“Intelijen Jerman Barat mengambil umpan tersebut dan merekrutnya di Jakarta pada April 1980 dengan kode nama Bernhard,” tulis Kristie.

Ruang kontrol di bungker yang dibangun HVA (Hauptverwaltung Aufklarung) atau badan intelijen luar negeri Jerman Timur. (cia.gov).

Menurut sejarawan Bernd Schaefer dalam “Dua Jerman dan Indonesia Tahun 1965/1966”, termuat dalam 1965: Indonesia and The World, Jerman Barat telah membuka kedutaan besar di Jakarta pada 1952. Sedangkan Jerman Timur membuka Konsulat Jenderal di Jakarta pada 1960.

“Sementara Jerman Timur membina hubungan dengan para pejabat, wartawan dan intelektual di Jakarta,” tulis Bernd, “negara ini juga terlibat dalam perang propaganda melawan Jerman Barat.”

Dengan demikian, Reif menjadi aset penting bagi Jerman Barat. Dia mulai bekerja untuk Jerman Barat, memberikan informasi dengan imbalan uang.

“…dia terus melakukan pekerjaan menerjemahkan untuk intelijen luar negeri Jerman Timur, sehingga menjadikannya triple agent,” tulis Kristie.

Belum lama Reif bekerja untuk Jerman Barat, pernikahannya membaik. Dia pun memutuskan untuk kembali ke Jerman Timur pada musim semi tahun 1981. Keputusannya ini seakan menyerahkan diri dan mengakhiri petualangannya sebagai triple agent.

Terungkap dan Tertangkap

Kristie menyebut bahwa pada Mei 1981, penggeledah surat di Stasi menemukan surat yang tulisan tangan pengirimnya tidak cocok dengan tulisan tangan penulis surat. Dengan mesin forensik baru untuk mendeteksi tayangan tak terlihat, Nyom (Petunjuk) yang dinamai dari Bahasa Hongaria, mirip dengan alat milik Barat, Electrostatic Detection Apparatus (ESDA), mereka menemukan sejumlah karakteristik mencurigakan lainnya, seperti tekanan penulisan yang tidak konsisten yang membuat mereka percaya surat itu melibatkan aktivitas intelijen. Mereka meneruskannya ke divisi layanan teknis departemen deteksi penulisan rahasia, yang berhasil mengungkap pemilik surat itu.

Stasi menempatkan Reif di bawah pengawasan dan mengamatinya ketika menyimpan surat ke dalam kotak surat kuning di hari yang dingin dan bersalju pada 15 Desember 1981.

“Surat itu dialamatkan ke alamat sampul intelijen Jerman Barat yang terkenal dan merupakan salah satu surat yang telah ditulis sebelumnya, yang oleh Stasi dikenal sebagai ciri khas keahlian penulisan rahasia Jerman Barat,” tulis Kristie.

Markus Wolf, kepala intelijen luar negeri Jerman Timur. (Bundesarchiv/Wikimedia Commons).

Agen-agen Stasi menggeledah apartemen Reif. Mereka menemukan semua perlengkapan CIA bersama dengan sepuluh surat yang telah ditulis sebelumnya, tiga lembar kertas dengan 195 lembar karbon, dan instruksi bagaimana menulis surat dengan tinta tak terlihat.

“Mereka bahkan menemukan banyak surat yang ditulis dengan tinta tak terlihat. Ini semua adalah bukti aktivitas mata-mata,” tulis Kristie.

Stasi menginterogasi Reif dengan sengit tentang metode komunikasi CIA. Para penyelidik sangat tertarik dengan alat pembaca microdot dan micro-chip di spidol. Reif menggambarkannya dengan detail.

Baca juga: Indonesia, CIA, dan Crypto AG

Markus Wolf, kepala intelijen luar negeri Jerman Timur, membuat film dokumenter tentang proses persidangan Reif. Film ini menampilkan metode komunikasi dan berfokus pada serangan dinas rahasia musuh terhadap kedutaan asing dan warga negara Jerman Timur yang tinggal di negara-negara kapitalis. Reif dipaksa untuk berbicara dengan sangat rinci tentang perekrutannya.

Menurut Kristie, Reif adalah salah satu dari beberapa lusin mata-mata yang ditangkap karena jaringan penangkap mata-mata Jerman Timur yang bergerak erat. Departemen intersepsi surat mengambil peran utama dalam menangkapnya dan bekerja sama dengan departemen penangkap mata-mata. Kasusnya hanyalah salah satu dari sekian banyak kasus yang menggambarkan keberhasilan luar biasa yang dicetak oleh interseptor surat di Blok Timur Komunis yang mengarah pada pengungkapan tulisan rahasia. Negara-negara Blok Timur lainnya dan KGB (Dinas Intelijen Uni Soviet) juga cukup berhasil dalam menangkap mata-mata karena pengawasan dan sensor surat mereka yang mencekik.

TAG

intelijen jerman

ARTIKEL TERKAIT

Mobil yang Digandrungi Presiden Habibie Memburu Kapal Hantu Keponakan Hitler Melawan Jerman Kisah Musisi Belanda Menyamar Jadi Laki-laki Ketika Melawan Nazi Kisah Atlet Wanita Jerman yang Ternyata Laki-laki Nasib Mereka yang Terbuang di Theresienstadt dan Boven Digoel Kasus Penipuan Buku Harian Adolf Hiltler Lebih Dekat Menengok Katedral Sepakbola di Dortmund Kisah Seniman Yahudi Pura-pura Mati demi Menghindari Nazi Skandal Perselingkuhan Propagandis Nazi Joseph Goebbels